23. ᵗᵃʳⁱᵏ ᵗᵃᵐᵇᵃⁿᵍ

21.8K 2K 92
                                    

“ⁱⁿᵍᵃᵗ ᵗᵃʳⁱᵏ ᵗᵃᵐᵇᵃⁿᵍ ʸᵃⁿᵍ ᵏⁱᵗᵃ ᵐᵃⁱⁿᵏᵃⁿ ᵏᵉᵗⁱᵏᵃ ᵏᵉᶜⁱˡ? ᵏⁱⁿⁱ ᵏⁱᵗᵃ ᵐᵉᵐᵃⁱⁿᵏᵃⁿⁿʸᵃ ˡᵃᵍⁱ, ᵈᵃˡᵃᵐ ᵃʳᵗⁱᵃⁿ ʸᵃⁿᵍ ᵇᵉʳᵇᵉᵈᵃ.”

-ᵃʳᵉᵒ ˢᵏʸˡᵃᵛᵃⁿᵈʳᵃ

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

23. ᵗᵃʳⁱᵏ ᵗᵃᵐᵇᵃⁿᵍ

Setelah pingsan di dalam dekapan Nayla, Qira di bawa ke rumah sakit. Tubuhnya demam tinggi, serta kehilangan banyak cairan. Sejak tadi Qira belum sadar, karena efek obat tidur.

Nayla dan Shaina duduk bersebrangan. Mereka sama-sama menggenggam tangan Qira, yang masih terlelap. Nayla menyesal, karena kelalaiannya Qira harus dilarikan ke rumah sakit.

“Maafkan Nayla, Oma.”

“Sudahlah. Qira memang sedang sakit, tidak usah menyalahkan dirimu.” Percuma Shaina marah, karena dia yakin Qira lah yang keras kepala di sini. Jika tidak, pasti cucunya itu sudah menolak keinginan Nayla.

Nayla tatap wajah Qira yang terlihat pucat, tangan kanannya yang di balut perban, juga tidak luput dari perhatiannya. Banyak yang terjadi kepada Qira, dan Nayla tidak mengetahuinya? Sungguh, rasanya hati Nayla sedang diiris oleh pisau tumpul.

“Oma pulang saja, biar Nayla di sini.”

“Tid--”

“Tidak!” potong Nayla. “Ini bentuk pertanggung jawaban Nayla.”

Shaina menghela nafas. Dia sedih karena cucunya sedang sakit, tetapi dia juga senang karena Qira dan Nayla sudah berbaikan. Jika seperti ini Shaina tidak perlu lagi merasa khawatir.

“Iya sudah, Oma pulang dulu.”

𝓢𝓾𝓶𝓶𝓮𝓻 𝓣𝓻𝓲𝓪𝓷𝓰𝓵𝓮

Jenggala keluar dari salah satu ruangan di rumah hantu, yang menjadi tempat tinggalnya. Ruangan yang menjadi kamarnya tidak menyeramkan, seperti keadaan di ruangan lain.

Dinding yang di cat biru, serta furniturnya yang sebagian berwarna coklat terang terlihat serasi. Satu jendela kecil, dengan gorden berwarna putih telah terbuka, terlihat dari gorden nya yang tertiup angin, serta cahaya matahari yang menerobos masuk.

Dari balik jendela, terlihat pemandangan bekas bangunan yang ditumbuhi bunga dan tanaman liar. Suasana nampak asri walaupun tidak terawat.

Rumah hantu yang Jenggala tempati sudah mengalami renovasi di beberapa ruangannya. Walaupun sederhana, tetapi tampak nyaman untuk ditempati. Seperti ruang tamu, tepat di dekat pintu masuk terdapat satu set sofa berwarna abu-abu, dengan dinding berwarna hitam.

Namun, adanya lampu-lampu tumbler berwarna keemasan memenuhi dinding di kanan, serta pajangan berupa bingkai foto dengan gambar-gambar aesthetic. Membuat ruangan terlihat nyaman. Area dapur yang dindingnya berwarna abu-abu, dengan furnitur nya yang ditata Serapi mungkin, juga tidak bisa di lewatkan.

Saat keluar, Jenggala sudah menemukan teman-temannya di sana. Kebiasaan setiap pagi, mereka akan berkumpul terlebih dahulu.

“Gimana rencananya?” Semalam Parijata sudah memberi tahu rencana yang telah dia susun, untuk menyerang SMA Nuri.

“Enggak bisa!”

“Kenapa? Ini jalan termudah, lo juga lagi deket sama dia!” Gading heran mengapa Jenggala menolak?

Summer Triangle  (Revisi)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu