41. ᵈᵉˢᵗⁱⁿʸ

22.7K 2.1K 169
                                    

“ʲⁱᵏᵃ ᵃᵏᵘ ᵇⁱˢᵃ ᵐᵉᵐⁱˡⁱʰ ᵗᵃᵏᵈⁱʳ, ᵃᵏᵘ ⁱⁿᵍⁱⁿ ᵐᵉⁿʲᵃᵈⁱ ᵗᵃᵏᵈⁱʳ ᵇᵃʰᵃᵍⁱᵃ ᵈⁱ ʰⁱᵈᵘᵖᵐᵘ.”

-ᵃʳᵉ

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

41. ᵈᵉˢᵗⁱⁿʸ

Layar ponsel Are menyala, menampilkan sebuah panggilan dari Qira. Setelah menghubungkannya dengan bluetooth, Are menjawabnya. Suara melengking sukses memekakkan telinga.

“Are kamu dimana?”

“Di jalan, kenapa?”

Walaupun matanya fokus menatap jalanan, Are tetap bisa menyimak setiap perkataan Qira. Dia dalam perjalanan menuju rumah teman sekampusnya, sekarang mereka seharusnya mengerjakan tugas kelompok.

“Yah, padahal aku mau ketemu Bunda.”

Are terkekeh mendengar Qira yang kecewa. “Ya udah, ke rumah aja.”

“Kamu pulangnya masih lama?”

Are nampak berpikir, sebenarnya kerja kelompok hari ini bisa saja dibatalkan. Salah satu teman kelompoknya pun, ada yang tidak bisa hadir. “Kenapa, kangen?”

Are mengernyit saat tidak mendapat jawaban. Apa Qira baik-baik saja? “Qi?” panggilnya. “Oke deh. Aku pulang sekarang, gimana?”

“Beneran?”

Are tersenyum tipis. Dia memang kurang menyukai sikap Qira yang terlalu menempel padanya, apalagi ketika ada Lexa. Namun tetap saja, ada sisi lain yang membuat Are menyukai setiap tindakan sahabatnya itu.

Setelah panggilan selesai, Are menatap ponselnya yang sudah menunjukan layar hitam.

Jika kejadian sebenarnya tidak berubah. Maka telpon tadi bukan dari Qira, melainkan tetangga Lexa yang melaporkan apa yang terjadi hari itu. Are yang juga berada di jalan yang saat ini dia lalui.

Pada masa itu, Are lolos dari maut berkat telpon itu. Namun, di hari dan jam yang sama, Are justru berbalik arah menuju rumahnya. Secara tidak langsung, telpon Qira lah yang mengubah nasib Are.

Mobil Are ada di barisan paling depan, menunggu lampu merah. Are celingukan mengamati sekitar, ada beberapa pejalan kaki yang berjalan di depan mobilnya.

Are tersenyum manis, saat melihat anak kecil yang dituntun oleh ibunya tersenyum kepadanya. Anak kecil itu menghentikan langkahnya juga sang ibu, dia menatap Are sambil melambaikan tangannya.

Are mulai mengangkat tangannya untuk membalas. Namun tanpa dia duga, sebuah mobil menabraknya dari belakang hingga dia tidak bisa mengendalikannya. Are mencoba meminta anak kecil dan ibunya itu untuk lari.

Sepertinya semesta sudah menuliskan nasib mereka. Are melihat jelas bagaimana tubuh anak itu melayang dipeluk sang ibu, setelah mobilnya menabrak mereka.

Setelah mobil Are melewati zebra cross.  Mobil Are berputar beberapa kali, sampai akhirnya berhenti tepat di tengah-tengah persimpangan. Are memegang stir mobilnya dengan kencang, juga kepalanya yang menumpu di sana.

Belum hilang rasa terkejutnya. Saat Are mengangkat kepalanya, dia melihat sebuah mobil tronton yang melaju kencang kearahnya. Sebelum terlambat, Are mencoba melepaskan sabuk pengamannya.

Namun, sepertinya memang takdir tidak mengizinkannya selamat. Saat Are berusaha keras, dia terlambat. Mobilnya ditabrak dari depan dan langsung berjalan mundur, hingga akhirnya berhenti setelah memasuki parit.

Summer Triangle  (Revisi)Where stories live. Discover now