32. ˢʷᵉᵉᵗ ᵈʳᵉᵃᵐ

21.1K 2K 68
                                    

ˢʷᵉᵉᵗ ʰᵃᵖᵖʸ ᵈʳᵉᵃᵐⁱⁿᵍ.

_ᵖᵃˢʸᵃ

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

32. ˢʷᵉᵉᵗ ᵈʳᵉᵃᵐ

Lexa berdiri di depan gerbang rumah Qira. Dia sudah berdiri lebih dari 30 menit, tangannya memegang pagar dengan erat. Dia ingin masuk, tapi masih merasa takut.

Setelah merenung semalaman, dia memutuskan untuk berdamai dengan Qira. Lexa merindukan kebersamaannya dengan Qira, dia rindu menghabiskan waktu bersamanya lagi.

Qira sahabat perempuan Lexa satu-satunya, rasanya salah jika mereka bertengkar hanya karena memperebutkan laki-laki. Seperti Are yang tidak bisa meninggalkan Qira sebagai sahabat, Lexa juga tidak bisa melakukannya.

Lexa tidak bisa terus egois mementingkan dirinya sendiri, toh masalah ini juga bukan salah Qira. Keadaannya saja yang mengharuskan semuanya terjadi.

“Lexa?” Shaina menghampiri Lexa. Awalnya dia akan membuang sampah, tapi malah menemukan Lexa hanya berdiri di depan gerbang.

“Oma.” Lexa mencium tangan Shaina setelah gerbang terbuka.

“Kenapa tidak masuk?”

“L-lexa ....”

“Sudah.” Shaina menghentikan kata-kata Lexa. “Qira ada di dalam, masuk saja. Jangan sungkan.” Shaina mendorong Lexa pelan, agar masuk ke rumahnya.

Lexa menurut, dia berjalan pelan memasuki rumah Qira. Sejak pertengkaran mereka, mungkin ini pertama kalinya lagi Lexa memasuki rumah ini. Setiap kenangan masih bisa Lexa lihat. Dulu mereka begitu bahagia.

Belum sempat Lexa mengetuk pintu kamar Qira, pintu itu sudah terbuka. Terlihat jelas Qira yang terkejut melihat kedatangan Lexa, tetapi perempuan itu sebisa mungkin menyembunyikannya.

“Mau apa lo?” tanya Qira. “Kalo nyari Are, dia gak disini.”

Qira melewati Lexa begitu saja. Dia sedang tidak ingin berurusan dengan Are ataupun Lexa, jadi biarkan saja perempuan itu. Namun, Lexa justru menahan tangan Qira.

“Qi, aku laper,” aku Lexa dengan wajah memelas.

“Terus? Rumah gue bukan restoran.”

Jika Lexa lapar, seharusnya perempuan itu pergi ke restoran, bukan ke rumahnya. Bahkan walaupun Lexa mengemis meminta makanan darinya, dia tidak akan sudi memberikannya.

Saat Qira akan kembali pergi, Lexa bergegas memeluknya dari belakang. “Qi, katanya kamu sekarang bisa masak. Aku boleh coba masakan kamu?”

“Enggak!” Qira melepaskan Lexa. “Makanan buatan gue terlalu mahal, buat mulut receh lo.”

“Qira!” tegur Shaina. “Kasih Lexa makan.”

“Tapi Oma--”

“Jangan membantah Qira!”

“Kenapa enggak Oma aja?”

Shaina berlalu sambil berkata, “Oma ada urusan, jadi mau keluar sebentar.”

Qira menatap punggung Shaina yang mulai menjauh, dia hentakan kakinya lalu turun untuk menuju dapur. Malas rasanya, jika harus memasak untuk orang yang telah melukainya.

Di saat Qira memasak, Lexa duduk dengan tenang di meja makan. Dia tersenyum senang, melihat Qira yang masih mendumel. Sebenarnya Lexa tidak benar-benar lapar, dia hanya mencari alasan agar bisa bersama Qira.

Summer Triangle  (Revisi)Where stories live. Discover now