24. ʳᵒᵘⁿᵈ ᵃⁿᵈ ʳᵒᵘⁿᵈ

21.6K 1.9K 26
                                    

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

24. ʳᵒᵘⁿᵈ ᵃⁿᵈ ʳᵒᵘⁿᵈ

Arze melipat tangan di dada, sambil duduk di kursi meja makan. Tatapannya mengarah pada Rebecca dan Qira yang sedang duduk bersama di anak tangga. Qira terlihat cengengesan, berbeda dengan Rebecca yang menunduk dalam.

Di belakang tubuh Arze, ada Nayla yang sedang berusaha melepaskan mainan slime dari rambut putra sulungnya. Pelakunya tentu tidak lain dan tidak bukan adalah Rebecca. Ingat! Hanya Rebecca. Kali ini Qira tidak ikut campur.

Qira yang sebelumnya sedang bersantai di balkon kamarnya selepas pulang sekolah, tiba-tiba dikejutkan oleh suara bising dari rumah sebelah. Tidak lama setelahnya, terlihat Arze yang mengejar Rebecca yang keluar rumah.

Awal mula semua itu terjadi, saat Arze sedang menemani Rebecca bermain salon-salonan. Saat pertama bermain Arze yang menjadi pemilik salon, dia melakukan banyak modifikasi di rambut adiknya.

Mulai bosan menjadi pelanggan, akhirnya Rebecca dan Arze bertukar posisi. Semuanya berjalan normal pada awalnya, sampai Arze merasa ada sesuatu yang dingin di kulit kepalanya.

Saat Arze raba, hampir seluruh rambutnya sudah dipenuhi slime. Arze berteriak dan memarahi Rebecca sampai menangis. Qira dan Nayla yang mendengar keributan lekas datang.

“Potong aja ya, Az?” usul Nayla.

“Enggak!” tolak Arze. Jika rambutnya di potong, itu artinya semua rambutnya akan di pangkas habis. Arze tidak bisa membayangkan, jika dia tidak memiliki rambut sehelai pun.

“Tapi tangan Bunda pegel!” Nayla sudah berusaha membersihkan slime tersebut menggunakan minyak zaitun, sampai rasanya tangan Nayla sudah kebas, tapi rambut Arze tidak kunjung bersih.

“Udah gundulin aja Bunda!” provokasi Qira.

“Sebelum kepala gue, mending kepala lo dulu!” Arze menatap Qira dengan kilatan amarah di matanya.

Qira menaikan bahunya. “Uh, takut!” Tawanya pecah seketika.

“Qi, sudah!” tegur Nayla.

Qira menurut, dia kulum bibirnya.

“Lo kenapa?” Pertanyaan yang diselingi tawa itu berhasil mengalihkan atensi semua orang yang ada di sana.

Di ambang ruang tamu, Arze dan Lexa berdiri. Berbeda dengan Lexa yang sudah mengganti seragamnya dengan kaos dan celana bahan, Are masih nampak mengenakan seragam sekolahnya.

“Bangsat!” umpat Arze yang setelahnya meringis kesakitan.

“Ngomong apa barusan!?” marah Nayla. Arze diam. Kekesalannya bertambah sejak Are datang. “Are cepet ganti baju!”

Are menghentikan tawanya, lalu meminta Lexa menunggu bersama bundanya selagi dia mengganti pakaian. Saat jaraknya dengan Qira hanya tersisa 10 langkah, Are bersiap menyapa sahabatnya.

Namun, Qira lebih dulu bangkit lalu melengos mendekati pintu. “Bunda, Qira pamit dulu ya!”

“Eh! Mau kemana?” Nayla bergerak lincah menggandeng tangan Qira. “Katanya mau bantu Bunda masak makan malam?”

Qira mengerutkan keningnya. “Kapan Qir--”

“Ayo udah mau jam 6 sore!” potong Nayla. Nayla ikut menarik Lexa yang berdiri tidak jauh darinya.

Summer Triangle  (Revisi)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt