40. 119

23.3K 2.3K 108
                                    

“ʰᵃʳᵘˢ ᵃᵈᵃ ᵗᵘᵐᵇᵃˡ, ᵃᵍᵃʳ ᶜᵉʳⁱᵗᵃⁿʸᵃ ˢᵉˡᵉˢᵃⁱ.”

-ᵃʳᵉᵒ ˢᵏʸˡᵃᵛᵃⁿᵈʳᵃ

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

40. 119

Sebuah lagu yang di putar di sebuah radio, terdengar sangat merdu, juga suasana jalanan yang nampak sepi, serta langit cerah dengan semburat jingga yang mulai menghitam.

Lagu yang menceritakan indahnya cinta pertama, dengan lirik puitis membuat pendengar terhipnotis. Penyanyi laki-laki itu, memiliki suara lembut tetapi agak berat.

“Bagaimana, lagu yang sangat mewakili tema kita malam ini bukan?”

Lagu berhenti digantikan suara seorang penyiar perempuan. Gaby menatap radio di dalam mobilnya, akhir-akhir ini dia memang sering mendengarkan radio.

Namun, hanya di jam dan di satu acara saja. Bukan hanya karena lagu-lagunya yang menarik, tapi tema yang diusung setiap harinya juga sukses membuatnya tertarik. Seperti sore ini yang bertemakan first love.

“First love, semua orang pasti pernah mengalaminya. Menurut kalian benar tidak, kalau cinta pertama tidak pernah berhasil?”

“Kalau cinta pertama berhasil, tidak akan ada yang namanya sakit hati,” jawab Gaby.

Gaby jadi teringat cinta pertamanya. Dia mulai jatuh cinta saat pertama kali masuk universitas, pada seorang senior di fakultasnya. Namun, cintanya kandas karena ditinggal menikah.

“Baiklah, ada beberapa pesan yang sudah masuk. Mari kita baca!”

Suara penyiar itu berhenti, di gantikan sebuah lagu yang sebelumnya telah di putar. Setelah reff, lagu kembali berhenti di lanjutkan suara penyiar.

“Hai, kak Chan. Aku Moa dari Jatim, menurutku iya. Kalau cinta pertama berhasil, tidak akan ada yang namanya sakit hati.”

Gaby menganggukkan kepalanya, dia sangat setuju dengan yang dikatakan Moa.

“Benar juga, jadi ada yang setuju seperti Moa? Kasih tahu Chan di SMS, oke!”

Suara penyiar itu kembali hilang, berganti dengan sebuah lagu yang masih bertema cinta pertama. Gaby bersenandung, mengikuti setiap lirik yang dia dengar.

Saat sedang asik menikmati lagu, ponsel Gaby berdering. Dapat dia lihat, Qira yang menghubunginya.

“Kenapa, Qi?” sapa Gaby begitu terhubung.

“Hari ini kumpul di rumah Are, ya!”

Gaby mengernyit, tumben sekali Qira ingin berkumpul di sana. “Emang mau ada acara apa?”

“Udah kumpul aja di sana, gue rindu Bunda!”

Entah hanya perasaan Gaby saja, atau memang benar. Qira terdengar terburu-buru seperti dikejar waktu. “Qi, kamu ken--”

“Gue tutup!”

“Qi, Qira!” Gaby menghentikan laju mobilnya, lalu berusaha lagi menghubungi sahabatnya. Ada yang aneh, Gaby takut terjadi sesuatu.

Gaby semakin frustasi, saat Qira tidak kunjung menerima panggilannya. Dia kembali melanjutkan perjalanan, tetapi ke tujuan yang berbeda.

“Aku harap kamu baik, Qi.”

Summer Triangle  (Revisi)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt