43. ʰᵃᵖᵖⁱᵉʳ

21.8K 1.9K 141
                                    

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

43. ʰᵃᵖᵖⁱᵉʳ 

Qira membuka pintu apartemen Lexa. Sejak tadi pagi, perempuan itu mengurung diri di dalam kamar. Pemandangan yang pertama kali Qira lihat, adalah beberapa koper yang sudah penuh di atas meja di ruang tamu.

Setelah kejadian tadi, Lexi memutuskan akan membawa Lexa jauh dari tempat ini. Dia tidak peduli adiknya setuju atau tidak, keputusannya sudah bulat.

Qira masuk kedalam kamar Lexa yang gelap, hanya ada penerangan dari jendela saja. Itupun samar-samar, karena gordennya tidak dibuka.

Qira bisa melihat siluet tubuh Lexa yang duduk bersandar pada ranjang, tatapannya kosong dengan air mata yang terus mengalir. Di tangannya ada bingkai foto yang kacanya sudah pecah.

Qira ikut bergabung, duduk bersama Lexa. Dia lihat di bingkai itu ada dirinya, Are dan Lexa. Qira mengerti perasaan Lexa, karena dia pun merasakannya.

“Xa ....” Qira menyentuh lengan perempuan itu. Tidak ada respon, walaupun Qira tahu Lexa mendengarnya.

Rasa kehilangan Lexa pasti lebih besar dari dirinya, bagaimanapun juga perempuan itu mencintai Are. Jika perasaan Qira masih sama seperti dulu, mungkin dia akan menjadi orang yang paling hancur. Qira bukannya tidak hancur sekarang, tapi dia masih bisa tegar.

Qira mengusap air matanya, begitu suara ponselnya berdering. Dari notifikasi di atas layar ponselnya, terlihat pesan dari Nayla.

Bunda Nay

Qira, bunda akan mengikhlaskan Are.

Qira menggeleng keras. Tidak, dia tidak akan membiarkan Are pergi. Setidaknya mereka masih bisa berharap dan berjuang, jangan menyerah begitu cepat.

“Xa, ayo! Kita harus ke rumah sakit!” Qira bangkit sambil menarik tangan Lexa. Namun, Lexa hanya menatapnya sendu. “Bunda mau lepasin Are, kita harus cegah!”

Mendengar itu, Lexa mencoba melepaskan tangannya. “Aku gak mau pergi.”

“Lo gak mau pertahanin Are?” Qira tidak menyangka, Lexa bisa berpikir seperti itu.

“Buat apa? Are juga udah meninggal!”

Yang Lexa katakan tidak salah, tapi tidak bisakah mereka sedikit berjuang dan berharap? Mungkin saja akan ada keajaiban.

Qira terkekeh, dia menghempas begitu saja tangan Lexa. “Kalo Are masih bisa denger, dia pasti kecewa. Cewek yang dia suka, justru menginginkan kematiannya. Lo egois, Xa!”

Sepeninggal Qira, Lexa kembali menangis dengan memeluk lututnya. Dia bukan menginginkan Are meninggal, dia hanya tidak tahu harus bagaimana. Sekuat apapun dia berharap akan ada keajaiban, kenyataan mati otak sudah menghancurkan setiap harapannya.

“Are ... aku minta maaf ....”

𝓢𝓾𝓶𝓶𝓮𝓻 𝓣𝓻𝓲𝓪𝓷𝓰𝓵𝓮

“Bunda, jangan!” Cegah Qira, saat Nayla akan menutup kain putih pada tubuh putranya. “Bunda ... Are masih hidup!”

“Qira sudah, lepaskan Are!” Arze datang menahannya.

Summer Triangle  (Revisi)Where stories live. Discover now