34. ᵇⁱᵈᵃᵈᵃʳⁱ ᵛˢ ˢᵃⁿᵍ ᵈᵉʷⁱ

21.6K 2.1K 183
                                    

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

34. ᵇⁱᵈᵃᵈᵃʳⁱ ᵛˢ ˢᵃⁿᵍ ᵈᵉʷⁱ

Chen dan Are sudah sampai di basecamp Bushmaster yang dulu. Tidak hanya mereka berdua, ada teman-teman Are yang lain termasuk Lexi. Awalnya Lexi tidak ingin ikut, tetapi Are terus memohon kepadanya.

Saat mereka sampai, keadaan sangat sepi. Sebuah bangunan bekas rumah kosong, sudah tidak ada pintu dan kaca. Temboknya sudah mengelupas dan atapnya sudah berlubang, sarang laba-laba juga ada di setiap sudut ruangan.

Baim bersin-bersin kala menghirup banyaknya debu. “Qira beneran di sini?”

“Dia nipu kita!” umpat Chen.

“Bajingan!” Are berteriak sambil menendang sebuah botol minuman keras sampai pecah membentur dinding.

“DI MANA DIA BANGSAT!” Are melayangkan tinjuan kepada Chen. “LO KOMPLOTAN DIA KAN?!”

“JAWAB!” Pasya mengambil alih tubuh Chen, dia bogem pipinya hingga membentur lantai.

“Masih diem, mau gue tonjok juga!?” Gaby menggulung lengan bajunya, lalu menghampiri Chen. Namun, langkahnya terhenti karena Daehan.

Daehan genggam erat rahang Chen, tatapannya setajam belati. Menusuk sampai relung hati. Daehan mungkin salah karena ikut serta menjauhi Qira, tapi dia tidak benar-benar membenci perempuan itu. “Gue tanya sekali lagi, di mana Qira?”

“GUE GAK TAU ANJING!”

Chen menyentak tangan Daehan, dia tergeletak tidak kuat lagi berdiri. Memikirkan Qira mungkin terluka karenanya, sudah membuat Chen lemah. Pukulan mereka bukan apa-apa, karena hatinya jauh lebih terluka.

“Gue gak tau ....” Chen terisak, dia tutupi mata dengan satu tangannya.

Are berteriak tidak karuan, dia kembali menonjok dinding. Dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri, kalau Qira sampai terluka. Saku celana Are bergetar, hal itu membuatnya reflek mengambil.

Panggilan dari Parijata lagi. Kali ini tanpa membuang waktu, Are segera menerima panggilan video itu. Berbeda seperti sebelumnya, wajah yang muncul bukan Qira, melainkan laki-laki itu.

“BANGSAT QIRA DI MANA!?”

Kemarahan Are menjadi hiburan untuk Parijata. Laki-laki itu tertawa nyaring, kemudian mengarahkan kamera pada Qira. Are berkaca-kaca, Qira terluka. Mulut sahabatnya masih dibungkam kain, tetapi kini darah segar mengalir dari keningnya.

“Qi ....” Are tercekat, bagaimana dia bisa sebodoh ini? Bagaimana dia bisa menjelaskan  pada Shaina?

Chen dengan susah payah bangkit, dia rebut ponsel Are. “Lepasin Qira, dia gak ada hubungannya sama masalah kita!”

“Oke.”

Mereka serentak menatap ponsel Are, walaupun yang terlihat oleh Parijata hanya Are dan Chen. Tidak mungkin semudah itu Parijata akan menyerah, sebelum mencapai tujuannya.

Summer Triangle  (Revisi)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon