"Qi, bisa gak jangan kekanak-kanakan?! Kalo gue salah, kasih tau gue! Biar gue perbaiki!"
Are tidak mengerti dengan perubahan sahabatnya akhir-akhir ini. Qira yang terbiasa mengganggunya dengan Lexa, kini menjauh secara tiba-tiba. Perempuan itu bers...
Halo di sini ada reader Fizzo? Kalo ada boleh mampir ke ceritaku ya.
Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Blurb:
“Enggak mungkin dia mantan gue! Mantan gue kan udah dekil, gendut pula,” batin Amel.
Saat asik menatap, laki-laki itu menoleh membuat Amel buru-buru menatap bukunya. “Mati gue! Kenapa pake nengok segala lagi!”
Caraka Putra Jenggala. Laki-laki dengan lesung dikedua pipinya, kala tersenyum wajahnya memancarkan aura manis. Lihatlah saat dia tersenyum, ketika mendapati teman sebangkunya yang membaca buku terbalik.
“Lavanya Amelia!” teriak seorang guru perempuan yang menjadi wali kelasnya. “Sekarang kamu sudah punya teman sebangku, jangan mengeluh lagi!”
Bu Emi—wali kelas Amel—sudah bosan mendengar anak didiknya, yang setiap hari mengeluh karena duduk sendiri. Amel kesal karena dia terpisah dengan kedua sahabatnya.
“Bu!” Amel mengangkat tangannya. “Gak jadi deh, Amel mau duduk sendiri aja!”
“Kenapa?” tanya Bu Emi.
“Kalo modelan kaya gini.” Amel menunjuk Caraka. “Bukannya belajar pelajaran ibu, nanti Amel malah belajar mencintai dia.”
Ini kisah Lavanya Amelia. Jika ada ramuan penghapus ingatan, atau ramuan penghapus perasaan, Amel ingin meminumnya. Dia ingin melupakan masa lalu, dan perasaannya pada seorang kapten basket di sekolahnya.
Amel tidak tahu, jika perhatian yang diberikan laki-laki itu bukan tertuju padanya. Namun, pada sahabatnya. Amel yang terlanjur jatuh cinta, mulai membenci keadaan.
Tidak cukup menghancurkannya, semesta kembali mengirim dewa kehancuran padanya. Sosok dimasa lalu yang begitu ingin Amel lupakan, tiba-tiba datang kembali.
Awal kedatangannya Amel anggap petaka, tapi seiring berjalannya waktu, Amel mulai bahagia. Ramuan yang dia inginkan, hadir dalam wujud manusia.
Cerita tidak berakhir saat Amel bahagia, karena badai yang sesungguhnya baru saja tiba.
Mampukah Amel melawannya?
°°°
Ini gak ada sangkut pautnya sama Chendana Jenggala ya. Karena aku suka nama Jenggala, jadi kubuat lagi satu tokoh dengan nama yang sama.
Ceritanya mirip-mirip Summer Triangle, bedanya kali ini gak dan unsur Time travel nya. Jika berkenan, silahkan mampir ya.