33. ᶜʰᵉᵉˢᵉ ⁱⁿ ᵗʰᵉ ᵗʳᵃᵖ

21.1K 1.7K 78
                                    

“ᵘᵐᵖᵃⁿ ᵗᵉʳᵇᵃⁱᵏ ᵃᵈᵃˡᵃʰ ˢᵉˢᵘᵃᵗᵘ ʸᵃⁿᵍ ᵈⁱˢᵘᵏᵃⁱ ᵐᵃⁿᵍˢᵃ.”

-ᵇᵘˢʰᵐᵃˢᵗᵉʳ

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

33. ᶜʰᵉᵉˢᵉ ⁱⁿ ᵗʰᵉ ᵗʳᵃᵖ

Qira tidur terlentang di kamar Chen. Pagi-pagi sekali dia sudah datang, tetapi tidak menemukan sang pemilik rumah. Qira juga tidak memberi kabar kalau dirinya akan datang.

Qira bangkit dari tidurnya, dia tatap jam dinding yang ada di atas televisi. Baru lima menit sejak dia tertidur. Sejak tiba tiga puluh menit yang lalu, hanya itu yang Qira lakukan. Tidur tidak lebih dari lima menit, kemudian bangun lagi.

Tidak. Sebenarnya tidak hanya di sini, semalaman Qira juga melakukan hal yang sama. Sejak percakapannya dengan Pasya kemarin, Qira jadi memikirkan ucapan laki-laki itu. Apa benar jika ingin kembali, dia hanya perlu bangun?

Qira datang ke tempat ini, berharap Chen akan memberikan solusi. Mungkin dengan begitu, keduanya bisa kembali lagi. Namun jika itu benar, Qira ingin berpamitan lebih dulu dengan sang Oma.

Di masa depan, Qira tidak akan bisa melihat Shaina lagi. Walaupun berat Qira harus melakukannya, dia tidak ingin penyesalannya terulang kembali sama seperti saat Shaina meninggal dulu.

Qira kembali menjatuhkan tubuhnya, matanya kembali tertutup. Sampai Chen datang, dia akan terus mencoba. Siapa tahu kali ini berhasil.

Saat Qira sudah terlelap sepenuhnya, Chen datang membuka pintu. Dia sedikit terkejut melihat ada Qira di ranjangnya. Chen baru kembali setelah membeli sarapan.

“Lo ngapain?”

Chen masuk lebih dalam tanpa menutup pintu. Dia duduk di meja belajar, sambil menatap Qira yang entah mendengarnya atau tidak. Melihat Qira yang diam saja, tentu itu artinya perempuan itu tidak mendengarkannya.

Chen ingin pergi ke luar, tapi Qira tiba-tiba bangun. Perempuan itu menatap Chen sayu. “Waktu pertama kali lo ke tempat ini, lo bangun di sini?”

“Ya iyalah!” Chen memang terbangun di ranjangnya itu.

“Sini deh!” Qira menepuk-nepuk kasur di sampingnya.

Namun Chen tidak kunjung menuruti Qira. Laki-laki itu terdiam sebentar sampai Qira akhirnya menarik Chen. Tidak berhenti sampai disitu, setelah duduk di sampingnya, Qira mendorong kedua bahu laki-laki itu agar tidur terlentang.

Setelahnya dia ikut berbaring di sisi Chen. “Kata Pasya, caranya cuma bangun.”

Mendengar nama itu, Chen bangkit kembali. Rasanya kesal karena Qira datang hanya untuk membahas Pasya. “Kalo cuma mimpi ya harus bangun!”

“Nah kan, tapi dari tadi gue coba gak berhasil-berhasil!” Qira ikut bangkit dari tempatnya.

Dengan kesal Chen keluar dari kamarnya. Apa Qira tidak puas menikmati hari-harinya bersama Pasya, sampai-sampai saat bersamanya pun perempuan itu masih membahas laki-laki itu.

Summer Triangle  (Revisi)Where stories live. Discover now