Chapter 3

211 19 0
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
Seorang gadis dengan memakai piyama bergambar beruang itu sedang berdiri di balkon kamarnya dengan ponsel ditelinganya.

"Apakah ada kemajuan"

"....."

"Baik, terus pantau, jangan sampai ketahuan"

"....."

"Suruh se-"

Tok tok

"Saya tutup dulu"

Tut

Ceklek

"Ayo makan malem, ada abang juga, dia baru pulang"

Vira mengangguk lalu berjalan sejajar dengan Varo menuju meja makan, belum sampai kemeja makan, tiba-tiba seseorang memeluknya dan membuat lukanya tertekan, membuat ia meringis kesakitan.

Yang memeluk sadar dengan ringisannya. "kamu kenapa?" Menatap Vira khawatir.

"Gapapa"

"Dia tadi lu-" Belum selesai Varo berbicara Vira membekap mulutnya.

"Kenapa dek" Tanyanya kembali.

"Enggak kok bang, Al gapapa"

Ya, orang yang memeluk Vira adalah abang pertamanya, yaitu Narendra Indra Alaric putra sulung dari Tuan Alaric, panggil saja Rendra. Ia menempuh pendidikan kuliah dibandung, maka dari itu mereka jarang untuk berkumpul bersama, ia pun pulang hanya akan mengurus sesuatu esok hari dan langsung kembali kebandung. Sifatnya tegas dan dingin, tapi berubah menjadi lembut ketika bersama sang adik, ia akan melakukan apapun asal adiknya bahagia.

"Ayo sini, pada ngapain disitu" Ucap Nyonya Alaric bernama Elina Dwi Alaric.

"Iya Mom" Jawab mereka bertiga.

Merekapun berjalan menuju meja makan, dengan Renda dan Vira di depan dan Varo dibelakang, saat berjalan Rendra merangkul pundak sang adik.

'Awwws'

"Eh kamu kenapa dek" Kata Renda karna kembali terkejut mendengar ringisan sang adik.

"Pundaknya luka bang" Ceplos Varo.

Ketiga orang yang lain terkejut mendengar ucapan Varo, lalu beralih menatap Vira.

"Kenapa bisa luka sayang" Khawatir Elina, sembari menghampiri si bungsu.

"Siapa yang berani-beraninya buat princess Daddy luka hah" Dingin Tuan Alaric.

"Yaampun maafin abang ya, abang gatau" Rendra merasa bersalah karna sudah dua kali ia membuat adiknya kesakitan.

Sedangkan Vira, menatap tajam Varo yang dibalas dengan tatapan tajam juga, akhirnya ia menghela nafas, sebenarnya ia malas untuk menjelaskan, tapi kalo sudah begini mau bagaimana lagi.

"Al gapapa kok, tadi gasengaja jatoh disekolah, lukanya juga kecil. Jadi, gausah khawatir" Katanya sembari tersenyum.

"Tetep aja kamu luka sayang, apa udah diobatin, coba sini Mommy liat"

"Udah kok tadi sama Dokter. Gausah Mom, sekarang kita makan dulu aja ya"

Dengan berat hati, merekapun menuruti si bungsu dan melangsungkan acara makan malamnya.

Ketika selesai makan, Rendra terfokus pada adik perempuan satu-satunya itu, tanpa sengaja ia melihat bahu sang adik yang mengeluarkan cukup banyak darah.

"Dek, yaampun itu pundak kamu berdarah" Ucap Rendra dengan nada khawatir.

Otomatis yang lain pun melihat nya dan benar, baju yang awalnya biru laut menjadi merah pekat.

"Sayang kita ke Dokter aja ya" Kata Elina yang ingin memapah sang anak.

"Gak Mom, obatin sendiri juga bisa" Tolak Vira.

"Enggak Princess, pokoknya kita harus ke Dokter" Paksa Alaric tanpa ingin dibantah.

Vira pun pasrah dan mengikuti kemauan mereka.
-
-
-
-
-
Pagi harinya di Mansion keluarga Alaric, sedang diributkan dengan seorang gadis merengek kepada kakaknya.

"Pokoknya gak"

"Ish, Al mohon" Rasanya ia ingin menangis saja, inilah yang ia malas memberi tahu mereka jika ia terluka, mau sekecil apapun, keluarga nya akan berkali kali lipat sangat posesif kepadanya, dari biasanya.

"Kamu masih sakit, kalo kenapa-napa dijalan gimana, terus yang kemarin terulang lagi gimana Al. Pokoknya, kamu gaboleh sekolah dulu" Tegas Rendra, bagaimana ia tak kelimpungan jika adiknya itu ingin pergi sekolah dengan keadaan nya yang seperti itu ditambah lagi sang adik ingin membawa motor sendiri, gila saja pikirnya.

"Iya sayang, yang kakak kamu bilang itu bener, mending kamu istirahat aja ya"

"Mom, hiks" Akhirnya ia terpaksa mengeluarkan jurus andalannya.

"Al" Panggil Rendra lembut, "Ini demi kebaikan kamu, nanti Daddy marah loh, kalo tau kamu tetep pergi"

Yang menanyakan dimana kepala keluarga, ia sudah berangkat keluar negeri pada dini hari.

Vira pun melirik ke kembarannya yang sedari tadi hanya menonton, untuk meminta pertolongan, yang ditatap menghela nafas.

"Izinin aja Al sekolah, biar sama Nal. Kita bakal berangkat pake mobil kok, ntar juga biar Nal jagain disekolah, soal Daddy, Nal yang bakal bilang"

"Tap-"

"Bang" Rengek Vira sembari menitihkan air mata.

Rendra yang melihat pun tak tega lalu mengangguk setuju, Vira pun senang lalu menatap Nyonya Alaric dengan tatapan memohon.

"Iya sayang, asal kamu pulang dalam keadaan baik baik aja ya"

"Oke Mom" Senang Vira lalu menghapus air matanya.

"Yok Nal" Semangat Vira langsung menggandeng tangan Varo

"Kita berangkat ya" Ucap Varo.

"Iya hati-hati"
-
-
-
-
-
Si kembar sedang berjalan menuju kelas, ini masih sangat pagi dan para murid belum banyak yang ada disana.
Varo terus saja melirik Vira karna takut hal sebelumnya terulang lagi.

"Nal, udah deh. Gue gapapa gausah berlebihan" Kesal Vira.

"Yakan gue takut lo kaya kemarin lagi"

"Tapikan, sekarang ada lo"

"Makanya, jalan tuh liat pake mata"

"Kok lo nyalahin gue" Bela Vira.

"Yakan emang lo"

"Heh, gue korban ya" Tegas Vira.

"Ya terserah"

"Bener-bener ya nih anak ngajak berantem"

"Ya siapa takut"

"Maju kalo berani"

"Gue berani"

"Halah banci lo, masa berani sama cewe" Ledek Vira.

"Apa!!" Varo sedikit terpancing emosi.

"DIAM!!!! Lo berdua berisik tau gak" Lerai Dylan yang tiba-tiba muncul diantara mereka.

"LO JUGA!!" Teriak si kembar bersamaan.

"Hadeh, puyeng dah gua pagi-pagi" Ucap Dylan lalu pergi begitu saja.

Si kembar saling menatap sinis lalu membuang muka dan melanjutkan perjalanannya kekelas tanpa saling berdekatan menandakan kemusuhan.
'
'
'
'
'
'
'
'
'
'
Dukungan kalian adalah semangatku, jadi jangan lupa Vote byeeee

The Fight [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant