Chapter 54

67 10 0
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
Pemuda itu terus saja menelfon kekasih nya, tapi selalu tak aktif, membuatnya khawatir, ketika mengingat saat malam wajah gadis itu terlihat panik, sebenarnya ada apa?

"Lo nelfon Vira?" Tanya Rendra, mereka sedang berada di kantin kampus sekarang.

Artan hanya mengangguk lemas, "Dia gak bakal angkat untuk sekarang"

"Hah, emangnya kenapa?" Tanya Artan dengan khawatir.

"Temennya meninggal semalem"

"Siapa?"

"Kata Varo, namanya Rico"

"Loh, bukannya Rico itu yang di instastory Vira waktu itu ya, yang foto bareng" Ucap Raihan, karna mereka emang sempat dikasih liat Artan.

"Berarti dia malem keliatan panik gara-gara itu" Kata Artan, sebenarnya ia sedikit cemburu, mengingat Vira begitu khawatir pada pria itu, tapi ia juga harus tau kondisi, jika pria itu sudah tenang di alam sana.

Ia ingin menghampiri gadisnya, tapi ia tak bisa terus saja menunda skripsi nya.
-
-
-
-
-
"Rico, putra mamah" Kata wanita itu ketika menghampiri jenazah sang anak.

"Ketika dia sudah tidak ada, kau baru mengakuinya sebagai putramu, kemana saja selama ini" Ucap Wijaya.

"Tapikan aku tetap ibu nya mas" Ucap wanita itu membuka kacamatanya menampilkan mata yang berkaca-kaca.

"Ibu mana yang tega menelantarkan putranya sendiri demi selingkuhan nya"

"Tidak usah membahas itu didepan Rico mas"

"Kenapa? Apakah dirimu malu, malu lah pada kelakuan mu. Berpikir lah, bagaimana Rico harus berjuang melawan kebenciannya terhadap perempuan akibat kau, ibunya sendiri, menjijikkan"

"Cukup mas, aku kesini hanya ingin menemui Rico untuk terakhir kalinya, bukan mendengar kan ocehan mu"

"Dia tak butuh dilihat olehmu, lebih baik kau pergi"

"Kamu gak berhak ngusir aku mas"

"Aku berhak karna ini rumah ku, pergi!"

"Tapi mas-"

"Pergi Ratih!"

Vira bangkit untuk keluar, "Vira!"

"Biarin dulu aja, mungkin dia mau cari ketenangan"

"Puas?"

"Siapa kamu"

"Puas nyonya Emilio, eh maksud nya selir Emilio"

"A-apa maksud mu"

"Sudah bahagiakah, dengan kesayangan mu itu"

"Saya tidak mengerti dengan apa yang kamu maksud"

"Bagaimana jika yang membunuh putramu adalah putra kesayangan mu itu"

"T-tidak mungkin"

"Kau tanya saja pada dia, jika dia tak mengakuinya, akan ku buat dia mengakuinya diakhirat langsung"
-
-
-
-
-
"Lo jujur sama gue"

Vira dan Nanda sedang berada di rooftop sekolah.

"Jujur apa?"

"Apa bener lo yang nyuruh Artan buat bunuh Dafa"

"A-apa, gak m-mungkin lah"

"Gue gak butuh omong kosong"

"Gue gak mungkin ngelakuin itu Vir"

"Gue bilang, gue gak butuh omong kosong" Tekankan Vira.

"Vir"

"Jujur Nan, selama ini lo udah bohongin gue, dan buat gue nuduh dia"

"G-gue..."

"Iya, gue yang ngelakuin itu" Ucap Nanda menunduk.

"Apa alasannya"

"Gue suka sama Tatan"

Vira terkejut mendengar nya, "Gue tau Tatan suka lo dan lo suka Dafa, jadi gue buat Tatan dibenci sama lo dengan cara dia nyelakain Dafa"

"Gimana lo bisa berpikir sedangkal itu, dan ngorbanin temen kita sendiri, kita waktu itu masih kecil Nan. Apa sekarang juga lo masih suka sama dia, kenapa lo gak ngomong dari awal, gue gak bakal setega itu ngambil orang yang temen gue suka dari pada buat hati lo sakit, apalagi sampai ngorbanin temen kita sendiri"

"Maafin gue"

"Ternyata selama ini lo bohongin gue, gue kecewa sama lo"

"Maaf Vir"

"Jangan temuin gue lagi"

"Vira"

Brakkk

"Arghh" Kesal Nanda sambil menarik rambut nya.
-
-
-
-
-
"Lawan gue"

"Gak"

"Lawan!"

Bugh

Bagas memukul pipi Vira, "K-kenapa lo gak ngehindar"

"Itu yang gue mau"

Bagas menghampiri gadis itu, tangannya menyentuh pipi Vira yang memar "Tapi pipi lo"

Vira mengambil tangan itu berbalik dan menariknya.

Brugg

Ia membanting tubuh besar Bagas, Vira menduduki perut Bagas dan memukuli wajah pemuda itu.

Ngingggg

"Akh" Vira bangkit sambil memegang telinganya.

"Lo kenapa?" Tanya Bagas khawatir, perasaan ia yang dipukul, tapi gadis itu yang kesakitan.

Merasa ada yang mengalir, Vira memegang apa yang mengalir dari telinganya dan melihat nya dari tangan, "Darah" Gumamnya.

Ia baru ingat pada pukulan Jaiden waktu itu, tapi kenapa sakit lagi, padahal ini sudah cukup lama, ia memang tak memeriksa nya.

"Gue pergi dulu"

"Vira mau kemana!" Kata Bagas agak meninggikan suaranya karna gadis itu pergi dengan cepat.
-
-
-
-
-
"Loh, Nal" Kata Vira yang baru saja datang.

"Lo darimana aja?" Tanya Varo yang berada di depan pintu apartemen Vira.

Vira tak menjawab dan langsung membuka pintu apartemen nya, "Lo ngapain kesini?"

"Gue takut lo kenapa-napa" Kata Varo yang mengikuti Vira masuk ke apartemen.

"Gue gapapa"

"Bang Artan nanyain lo terus"

"Gue baru inget, kalo HP gue mati belum gue cas, sebentar ya" Vira masuk kedalam kamarnya untuk mencari ponselnya, lalu kembali menghampiri Varo.

"Lo mau minum apa?"

"Gausah"

"Gapapa, gue kedapur dulu ya"

Tak lama gadis itu membawa dua gelas minuman, dan menyimpan dimeja lalu duduk berhadapan dengan Varo.

"Pulang Al, lo janji nya cuma sebentar loh, dan lo udah jarang jengukin Mommy Daddy"

"Nanti gue kerumah kok, buat jengukin Mommy Daddy"

"Kenapa lo ga pulang aja sih"

"Masih ada hal yang belum gue selesain"

"Ya apa, dari kemaren lo bilangnya gitu terus"

"Ini belum saatnya lo tau"

"Kenapa? Apa segitu gapenting nya gue atau emang gapenting gitu haha" Kata Varo tertawa hambar, ia muak sebenarnya mendengar alasan kembarannya itu yang tak jelas.

"Bukan gi-"

"Udah deh, terserah lo mau ngapain gue gapeduli" Varo bangkit lalu pergi dari sana.

"Nalvaro!!"

Brakk

Varo menutup pintu dengan kencang, Vira memijat pangkal hidungnya.
'
'
'
'
'
'
'
'
'
'
Dukungan kalian adalah semangatku, jadi jangan lupa Vote byeeee

The Fight [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon