Chapter 64

56 8 0
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
"Darimana hm?"

Lima pemuda sedang duduk di sofa sambil menatapnya, dua pemuda lainnya menatap ia tajam.

"K-kalian kenapa b-bisa ada disini"

"Darimana?"

"Ngapain disini"

"Da.ri.ma.na, apa kurang jelas" Kata Artan menekankan.

Vira diam, ia tak mau sebenarnya terus berbohong ia lelah, tapi tak mungkin juga kan ia menceritakan yang sebenarnya sekarang.

"Kenapa diem Al, jawab"

Vira menggeleng pelan, "Kenapa? Kamu mau so jagoan keluar malem-malem terus berantem, hah" Karna Artan melihat wajah gadis itu lebam-lebam. "Gak peduliin rasa khawatir kita buat kamu, kamu malah keliatan sengaja"

Vira menunduk memegang erat tangannya, bilang saja jika ia ditakuti banyak orang untuk dunia yang kejam itu, tapi jika bersama orang terdekat nya malah ia yang ketakutan, dan kenapa Artan lebih menakutkan dari Daddy nya.

"Harus gimana sih biar kamu nurut, kita selalu pengen ngejaga kamu biar gak terluka, tapi kamu malah nyari luka itu sendiri"

"Kamu gamau kita khawatirin? Kamu gak mau kita peduliin? Coba aku pengen denger, apa yang sebenarnya kamu mau"

Rendra hanya diam, ia tau bagaimana bijaknya Artan, apalagi ini mengenai orang tersayang nya, terlihat sifatnya melebihi Daddy nya.

"Ngomong" Tuntut Artan.

Bahu Vira bergetar, ia berusaha menahan tangisnya.

"Nanti aja Ar, kasian Vira dia lagi luka" Kata Raihan ia lalu merangkul Vira agar duduk, lalu mengambil kotak p3k yang terlihat diatas nakas dekat mereka.

Dengan telaten Raihan mengobati wajah Vira, ada beberapa luka yang harus di plaster, "Udah"

"Makasih" Raihan hanya mengangguk.

Selanjutnya mereka hanya diam, Vira mengalihkan pandangan dari para pria itu yang terus memperhatikan nya dalam diam.

Artan menghela nafas, "Kamu tidur aja udah malem, nanti sekolah kita bangunin. Masalah ini dilanjut nanti"

Dengan ragu Vira menatap Artan tak lama ia mengangguk, perlahan bangkit dan berjalan menuju kamarnya dengan menunduk.
-
-
-
-
-
"Dek bangun"

Vira menggeliat lalu membuka matanya, ia melihat Rendra sedang duduk ditepi kasurnya.

"Ayo mandi terus sekolah, kita tunggu dimeja makan"

Setelah Rendra pergi, Vira pun bergegas kekamar mandi.

Tak lama ia sudah siap dengan seragamnya, lalu berjalan keluar kamar menuju meja makan, sudah ada lima pria yang masih diam, sepertinya menunggu dirinya.

"Maaf lama"

"Gapapa, ayo makan" Ucap Revan, mereka pun memakan nasi goreng yang sudah Revan masak.

"Kamu aku anter, gausah bawa motor" Kata Artan di sela-sela makannya.

"I-iya"
-
-
-
-
-
Mereka berdua sudah berada di dalam mobil, Vira tak tau ini mobil siapa, tapi dilihat dari barang-barang didalam mobil sepertinya ini punya Artan sendiri, tapi bagaimana bisa sedangkan mereka menggunakan motor kesini.

Mau bertanya pun ia masih tak berani, "Ini mobil aku, tadi di anter suruhan papa aku" Jelas Artan seakan tau apa yang gadisnya itu pikirkan.

Vira mengangguk sambil melihat-lihat keluar kaca mobil.

"Selama aku disini, aku yang bakal anter kamu kemanapun"

"Hah!" Dengan cepat Vira langsung menoleh pada Artan.

Karna sedang dilampu merah, Artan juga menatap Vira dengan alis sebelah terangkat, "Kenapa?"

Yang benar saja, bagaimana ia mengurus semuanya jika harus terus diikuti Artan, bisa berabe urusannya.

"Kalo kamu berani kabur" Artan mendekatkan wajahnya, "Aku bakal langsung nikahin kamu"

Cup

Artan mengecup singkat bibir Vira lalu kembali menjalankan mobilnya.

Vira masih terdiam kaku dengan perlakuan Artan yang tiba-tiba.

"Udah sampe"

Vira tersadar, langsung membuka pintu mobil, saat ingin keluar artan menahan tangannya, lalu menariknya kedalam dekapannya, "Nanti pulang sekolah aku jemput, dan aku masih nunggu penjelasan kamu tentang tadi malam"

Vira yang masih dalam dekapan Artan hanya mengangguk, Artan pun melepasnya, menatap wajah Vira yang memar, lalu mencium memar itu lembut, "Biar cepet sembuh, dah sana keburu bel"

Vira buru-buru keluar dan berlari masuk kesekolah nya, Artan yang melihat hanya terkekeh lalu melajukan mobilnya.

"Muka lo kenapa Al" Tanya Varo ketika berpapasan dikoridor.

"Muka gue cantik" Jawab Vira dengan santai.

"Lo jangan kepedean, muka lo jelek"

"Lo pikir lo ganteng" Kata Vira melanjutkan langkahnya.

"Gue serius Al" Kata Varo menyamakan langkah nya dengan Vira.

"Gue juga serius, muka lo emang jelek"

"Bukan itu, kenapa muka lo babak belur gitu"

"Berantem sama monyet gue"

"Yang bener dong Al"

"Bawel lu" Vira menjepit bibir Varo sampai kelas.

"Bibir gue jadi monyong anjir"

"Bodo" Tak memperdulikan Varo yang mengomel, Vira langsung duduk dibangku barunya.

"Muka lo kenapa Vir"

"Sutttt" Vira langsung menelungkupkan wajahnya.
-
-
-
-
-
Kringg kringg

"Ayo Vir ke kantin" Ajak Rina.

"Duluan aja, gue mau ke toilet dulu"

"Mau gue anter"

"Gausah"

Setelah mereka pergi, Vira berjalan keluar kelas.

Tok tok

"Masuk" Suara dari dalam.

Ceklek

Yuan langsung berdiri dari duduknya, "Eh Queen, ada apa?"

"Aku hanya ingin menanyakan keadaan kalian, tadi malam belum sempat bertanya"

"Kau tidak perlu repot-repot bertanya Queen, kita hanya mendapat luka kecil saja, kalau kau bagaimana?"

"Seperti yang kau lihat, hanya ini" Vira menunjuk wajahnya.

"Untuk sementara aku tak bisa bertemu kalian secara bebas, karna akan ada orang yang selalu mengikuti ku"

"Siapa? Kekasih mu kah"

"Ya kau tau, yasudah aku mau ke kantin, kau juga jangan lupa makan"

"Baik Queen"

Ketika melewati sebuah gudang, tiba-tiba ada yang memukul dari belakang lalu mendorong masuk kedalam gudang, setelah itu semuanya gelap.
'
'
'
'
'
'
'
'
'
'
Dukungan kalian adalah semangatku, jadi jangan lupa Vote byeeee

The Fight [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang