Chapter 4

163 20 0
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
Sudah waktunya pulang, Varo mencari-cari kembarannya tapi tidak ketemu.

Padahal mereka sekelas, tapi kenapa Varo gak tau Vira dimana? Karna Varo tadi rapat mendadak untuk Olimpiade saat pelajaran terakhir, jadi saat kembali kekelas sudah waktunya pulang.

"Nan, Vira kemana kok gaada?"

"Vira tadi pulang duluan katanya ada urusan, dia juga udah ngabarin lo"

Varo segera membuka ponselnya dan melihat chat dari Vira, benar saja ia mengabarinya.

Adek beda limamenit🕊

Gue pulang duluan ada urusan mendadak, lu langsung pulang aja.

'Bisa kena amuk gue'

Varo harus bagaimana, pulang pun pasti ditanya dimana adiknya.
-
-
-
-
-
Vira sedang berjalan di gang kecil yang sepi, tiba-tiba 3 orang laki-laki menghadangnya.

"Mau kemana neng?" Tanya salah satu dari mereka.

"Mau ke Hongkong"

"Jauh amat"

"Pake nanya lagi, kepo banget sih"

"Jangan galak-galak atuh neng, mending ikut abang aja yuk"

"Dih, apaan si"

Tiba-tiba salah satu dari mereka merangkulnya, Vira memejamkan matanya, karna merasakan sakit dipundaknya.

"Lepas gak"

"Ayolah main sama abang"

Vira berusaha untuk melepaskan rangkulannya. "Lepasin, atau lo bakal nyesel" Ancam nya.

"Iii serem, abang jadi takut" Balas mereka seolah meledek.

"Oke kalo gitu" Ucap Vira sambil menunjukan Smirk nya.

Gadis itu langsung menyikut perut lelaki yang merangkulnya lalu menendang lelaki yang lainnya dan menendang kejantanan lelaki terakhir, disaat sedang melawan salah satu dari ketiganya, tiba-tiba lelaki yang tadi merangkul Vira mengeluarkan pisau kecil dari dalam jaketnya dan mengarahkannya ke perut Vira, untung saja Vira cepat menyadari dan segera memukulnya, tapi sayangnya pisau itu menggores tangan kanannya, kini Hoodie yang semula putih bersih sudah robek dan berubah warna menjadi merah pekat, tangannya banyak mengeluarkan darah.

'Shit'

Ia menatap tajam mereka bertiga dan langsung menghajarnya habis-habisan, sampai tak sadarkan diri. Setelahnya ia melanjutkan perjalanan nya yang sempat tertunda sembari menutup lukanya agar pendarahannya berhenti.

"Lo yang kemarin kan?" Tiba-tiba ada lelaki menghampirinya.

"Hah, siapa"

"Astaga, itu tangan lo kenapa" Paniknya melihat kearah Hoodie yang berwarna merah darah itu, ia jadi merasa Deja vu. Ya, orang itu adalah Jerico sang ketua basket.

"Nggak, nggak kenapa-napa" Ucap Vira sambil menyembunyikan tangannya.

"Gimananya yang nggak, itu tangan lo berdarah" Ucapnya sambil menarik lembut tangan Vira untuk melihatnya.

Vira meringis saat tangannya ditarik oleh lelaki itu. "Apaan si, gue gapapa. Lagian lo siapa gue gak kenal" Ucap Vira menarik tangannya.

"Yaudah kalo gitu, kenalin nama gue Jerico panggil aja Rico, yang kemarin nolongin lo"

Vira berpikir sejenak. Ah Iya, ia ingat sekarang pada pemuda yang dihajar kembarannya waktu kemarin .

"Ohh yang waktu itu, btw thanks and sorry ya"

"Sorry buat apa?"

"Gara-gara kembaran gue, lo jadi luka"

Rico terkekeh lalu. "Santai aja,
Lo kan udah tau nama gue, sekarang nama lo siapa"

"Gue Nalvira, panggil Vira aja"

"Oke, Sekarang lo ikut gue"

"Kemana?"

"Obatin luka lo"

"Gausah lah nanti ngerepotin, gue obatin dirumah aja"

"Udah ayo gaada penolakan, kalo terlalu lama nanti Infeksi"

Vira pun pasrah mengikuti lelaki itu.
-
-
-
-
-
Mereka sampai disalah satu minimarket.

"Lo duduk aja, gue kedalem dulu"

Rico masuk kedalam minimarket meninggalkan Vira dimeja yang berada didepan tempat tersebut.

Selang beberapa menit, Rico membawa beberapa barang dan obat luka.

"Nih minum" Kata Rico sembari memberikan sebotol air.

"Makasih"

Rico mengangguk sambil duduk sebelah Vira.

"Siniin tangan lo, biar gue obatin"

"Gausah, gue bisa sendiri" Tolak Vira.

"Udah, gaada penolakan" Ucapnya seraya menarik tangan Vira secara perlahan dan sedikit menyingkapkan Hoodie di pergelangan tangan Vira dengan pelan agar tak terkena lukanya, Rico yang melihat meringis lalu mengobatinya.

Hening tak ada perbincangan sama sekali diantara mereka, tak lama pun Rico selesai mengobati nya.

"Ini tangan lo kenapa? lukanya ngeri banget"

"Tadi nggak sengaja kena besi dijalan"

"Masa sih, sampe begini"

"Ya i-iya lah bi-bisa" kata Vira jadi gelagapan.

"Lo bohong ya" Tuduh Rico.

"Ng-nggak kok" Elak Vira sambil mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Jujur gak, kalo gak gue cium" Ancam Rica seraya mendekatkan wajah mereka.

Vira terkejut dengan perlakuan pemuda itu yang secara tiba. "Ih apaan si. Iya iya gue jujur, sebenernya tadi gue dihadang preman, trus kita berantem. Eh ada yang bawa pisau, jadinya gini" Ucap Vira cepat, sambil mendorong dada Rico agar menjauh.

"Hah, lo bisa berantem?" Beo Rico.
-
-
-
-
-
Varo masih berada disekolah bersama teman-teman nya, karna ia bingung pulang tanpa adiknya pasti ia kena marah.

"Ayo Var, balik" Ajak Dylan.

"Gue ntar dulu deh"

"Lah, emangnya kenapa?" Tanya Brian.

"Iya, apa lo masih ada urusan" Kata Haikal sang sepupu.

"Vira pergi, tapi gak bilang mau kemana. Gue bingung kalo pulang harus jawab apa kekeluarga gue, diakan masih sakit"

"Telepon aja"

"Udah, tapi ga aktif"

Merekapun terdiam, lalu salah satu dari mereka berseru. "Yaudah, kita cari siapa tau ketemu dijalan" Usul Candra.

Merekapun menjalankan kendaraan nya masing-masing dengan empat motor sport di depan, diikuti satu mobil milik Varo dibelakang.

Dengan mengendarai motor perlahan sembari melirik-lirik mencari Vira, tiba-tiba salah satu dari mereka melihat gadis yang mereka cari-cari sedang bersama pria di depan Minimarket.

"Itu Vira!" Ucapnya sedikit keras.

"Mana?" Tanya yang lain.

"Minimarket" Tunjuk nya lalu menberi kode pada Varo, setelah melihatnya merekapun segera menuju tempat gadis itu berada.

Sesudah sampai, Varo segera turun dan menghampirinya, "Al!"

Panggilan seseorang membuat atensinya teralihkan, lalu membelalakan matanya, dengan cepat ia berdiri dan menyembunyikan tangannya.

'Aduh gimana ini, disembunyiin juga pasti ketahuan' Batin Vira panik.
'
'
'
'
'
'
'
'
'
'
Dukungan kalian adalah semangatku, jadi jangan lupa Vote byeeee

The Fight [END]Where stories live. Discover now