Chapter 33

63 9 0
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
Saat Vira sampai, seorang Dokter keluar dari ruangan itu.

"Dok, gimana keadaan abang saya"

"Kamu keluarga nya?"

"Iya Dok"

"Kemana orangtua kalian"

"Mereka di jakarta, kita berdua disini. Gimana keadaan abang saya"

"Baiklah, keadaan pasien cukup parah, kakinya patah karna sempat terjepit, dan kepalanya terbentuk cukup keras membuatnya sedikit retak, kemungkinan pasien koma. Kami akan memindahkan pasien"

"Pindahkan ke ruang VVIP" Ucap Artan yang sedari tadi mendengar ucapan Dokter itu.

"Baik"

Vira yang syok mendengar keadaan abang nya yang parah, ia terjatuh ke lantai dengan menangis histeris. Artan berjongkok dan memeluk gadis itu, "A-abang koma"

Para pemuda itu mengalihkan pandangan nya karna merasa mata mereka memanas mendengar keadaan temannya bahkan sampai koma.

"Obatin kaki lo dulu ya"

"Gak, gue mau liat abang" Vira bangkit ingin melangkah pergi tapi Artan kembali memeluk nya, "Iya kita liat abang lo, tapi obati dulu kaki lo, nanti Rendra marah liat lo luka lagi"

Vira pun mengangguk lemah, Artan langsung memangku nya, "Kalian duluan aja, nanti gue nyusul" Ucap Artan pada ketiga temannya lalu pergi menuju salah satu ruangan Dokter.

"Obatin dia Om"

"Dia siapa?" Tanya pria berjas putih yang sedang duduk di kursinya.

"Gausah banyak nanya, obatin aja" Artan mendudukan Vira di sofa besar yang ada disana, rumah sakit ini adalah milik keluarga nya dan Dokter itu adalah om nya sendiri atau lebih jelasnya adik ayahnya.

Dokter itu pun mengambil alat-alat serta obatnya dam menghampiri mereka, "Udah luka ya" Ucap Dokter itu ketika melihat kaki Vira yang diperban sudah berlumuran darah, ia pun membukanya dan membersihkannya.

Vira hanya menatap kosong ke depan, "Kamu ngapain dia"

"Gak ngapa-ngapain"

"Terus kenapa dia sampe gini"

"Dia adik Rendra, Rendra abis kecelakaan"

"Apa!" Dokter itu terkejut, dia tau teman-teman dekat keponakan nya itu, dan Rendra adalah anak yang cukup baik menurutnya.

"Dia baru aja kecelakaan beruntun, pas mau pulang dari kampus, dan sekarang dia koma"

Dokter itu memandang sendu Vira, pantesan gadis itu terlihat kacau.

"Udah, kamu jangan jalan dulu ya" Ucap Dokter itu ketika sudah mengobati nya.

Vira pun tersadar dari lamunannya, "Terimakasih Dok" Vira menurunkan kakinya ke lantai ingin berdiri tapi ditahan oleh Artan, "Kan barusan Dokter bilang lo gak boleh jalan dulu" Ia langsung memangku nya.

"Kita keruangan Rendra dulu om"

"Iya, nanti om juga bakal jenguk dia"
-
-
-
-
-
"Gue mau berdua dulu sama bang Rendra" Ucap Vira pada para pemuda itu ketika sudah duduk di kursi samping Rendra berbaring.

"Iya, kalo ada apa-apa panggil kita" Vira hanya mengangguk, mereka pun keluar meninggalkan dua bersaudara itu.

Vira menggenggam tangan Rendra yang tak di infus, "Abang bangun yuk"

"Al kesini mau main sama abang, bukan ditinggalin tidur, Al tinggal sendiri dong dirumah. Gimana Al bilang ke Daddy sama Mommy"

"Bangun bang" Tangis Vira kembali pecah melihat abangnya yang tak bergerak sedikit pun.

Ceklek

Seorang perawat tiba-tiba masuk, "Maaf, saya ingin mengganti infus pasien"

"Silahkan" Vira menghapus air matanya.

"Apa anda keluarga nya"

"Iya, saya adiknya"

Perawat itu mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, "Saya menemukan benda ini digenggaman pasien ketika sampai" Ia memberikan benda itu pada Vira, dan Vira pun menerimanya.

"Kalo begitu saya permisi" Ucap Perawat itu ketika sudah menyelesaikan tugasnya.

Sebuah flashdisk, ia ingin melihatnya, tapi menggunakan apa, ia pun melihat televisi diruangan itu, sepertinya itu lumayan canggih.

Ia pun menyambungkan flashdisk itu pada televisi, hanya ada satu video disana, lalu menyalakannya.

Gelap, hanya ada suara pria, dan itu membuat Vira mengepalkan tangannya.

"Udah berani lo ganggu keluarga gue, bangsat" Dengan emosi ia mencabut flashdisk itu.

"Vir lagi ngapain berdiri disana" Tanya Fian yang baru saja masuk dengan yang lainnya.

Vira segera memasukkan flashdisk itu kesaku piyama nya dan berjalan tertatih menuju kursi.

"Lo ngapain si pake jalan-jalan segala" Artan membantu Vira.

"Gue pengen nyalain tv"

"Kan gue udah bilang, kalo ada apa-apa panggil kita"

"Gue gamau ngerepotin"

"Kita gak bakal kerepotan kok" Ucap Revan dianggukin yang lainnya.

"Lo belum ngabarin keluarga"

"Besok aja, ini udah malem, pasti mereka langsung berangkat kalo tau"

"Lo istirahat Vir udah malem"

"Gue nunggu bang Rendra bangun"

"Vira, ntar abang lo bangun, lo yang sakit"

"Gue tidur disini aja"

"Di sofa aja, ntar badan lo sakit-sakit kalo sambil duduk"

"Tapi kalian gimana?" Sofa panjang itu hanya ada dua, dan jika satu oleh Vira sendiri, masa mereka satu sofa berempat.

"Kita mah duduk juga bisa"

"Gue disini aja, biar kalian di sofa, atau kalian pulang aja deh"

"Gak, kita gamungkin ninggalin lo sendiri disini, udah gapapa Vir lo tidur aja di sofa"

"Hhhh, iya deh" Ia juga malas terus berdebat.
-
-
-
-
-
"H-halo Dad" Di pagi buta Vira memberanikan diri untuk menelfon keluarga.

"Iya princess, tumben pagi-pagi nelfon"

"Al ganggu ya"

"Enggak kok, ada apa sayang?"

"Kalian b-bisa kesini gak, sama Nal juga"

"Emangnya kenapa?"

"Bisa gak Dad"

"Emm, Daddy sih ada meeting, Nal juga kan sekolah, Mommy sih bisa kayanya"

"Al mohon kalian semua kesini ya, kalo bisa pagi ini"

"Iya ada apa Al"

"Bang R-rendra..."

"Kenapa Rendra?"

"Bang Rendra"

"Iya kenapa Al"

"Bang Rendra kecelakaan" Suara Vira memelan.

"Apa!!"

"D-dia koma sekarang"

"Astaga, kita berangkat sekarang"

"Hati-hati Dad"
'
'
'
'
'
'
'
'
'
'
Dukungan kalian adalah semangatku, jadi jangan lupa Vote byeeee

The Fight [END]Where stories live. Discover now