Chapter 70

85 9 0
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
"Apaansi"

Dia Caca, teman Anna di SMA Antariksa, Vira memang tidak memberitahu Varo tentang Caca yang melukai bahunya waktu itu.

"Dahlah, gue males sama lo" Vira berjalan keluar dari kamar Varo.

"Loh, Al ada apa?" Kata Varo bingung sambil menyusul Vira.

Vira memasuki kamarnya, masih sama pasti Maid selalu membersihkannya. Ia mengambil kotak hitam ukuran sedang di laci kamarnya, lalu memasukan kedalam paper bag.

"Al kenapa si"

"Apa?"

"Maksud lo tadi apa?"

"Gaada" Balas Vira sembari mencari-cari barangnya, "Lo ngambil barang gue" Tuduh Vira pada Varo.

"Barang apa? Gue sama sekali gak pernah ngambil-ngambil barang lo"

"Ihhh flashdisk gue ilang"

"Tanya aja sama Maid"

Vira langsung berlari sambil menjinjing paper bag nya diikuti Varo.

"Kalian ngambil flashback aku" Tanya Vira pada Maid.

"Enggak Nona, kita gak ngambil apa-apa, kita juga gak liat ada flashdisk dikamar Nona"

"Kalian jujurkan"

"Benar Nona kita tidak tau"

"Kamu nyari ini" Kata Rendra yang baru saja datang bersama Artan, menunjukkan benda kecil yang ada ditangannya.

Vira dengan cepat mengambil nya, "A-abang dapet darimana?"

"Tadi abang kekamar kamu, kirain kamu ada disana, terus liat ada itu dilantai"

"Gak di cek kan" Pria itu hanya diam, membuat Vira was-was, ia pun menatap Artan, pria itu juga sama hanya diam menatapnya.

"Emang isinya apa? Sampe lo cari-cari" Tanya Varo.

"Kenapa kamu gak pernah bilang"

Vira terkejut, berarti Rendra melihat isi flashdisk nya, kenapa juga ia bodoh sampai lupa memasukan benda itu pada tempat nya.

"Kenapa pada kumpul disini, ayo ke meja makan" Kata Alaric yang datang bersama Elina.

"Dad-"

"Enggak bang" Potong Vira.

"Ada apa?" Tanya Alaric.

"Ternyata selama in-"

"Gaada kok Dad"

"Diem Al" Kata Rendra dingin, "Ternyata selama ini Al tau siapa penyebab kecelakaan Rendra" Rendra kembali merebut flashdisk itu dari tangan Vira, "Ini buktinya, Rendra gatau dia siapa, tapi kayanya Al kenal"

Alaric mengambil flashdisk itu, lalu pergi dari sana, mereka pun mengikuti nya, mau tak mau Vira pun ikut.

Awal suara terdengar deheman berat, menandakan itu seorang pria, 'Bagaimana kejutannya? Menyenangkan sekali bukan haha, sebenarnya aku ingin menghabisi semua orang terdekat mu, tapi aku masih punya sedikit rasa kasihan jika dirimu hidup sebatang kara nantinya, dan kau akan disebut pembawa sial karna penyebab semua orang terdekat mu mati, jadi aku akan bermain secara perlahan, ini baru awal gadis manis' Rekaman itupun berakhir, dengan diakhiri tulisan Vangster.

Mereka langsung menatap Vira, gadis itu menunduk, Alaric merebut paper bag yang Vira bawa, "Dad ja-"

"Diam"

Mereka pun terkejut melihat isi kotak itu, ada beberapa surat ancaman, benda tajam dengan darah yang mengering, lalu ada 1 peluru.

"Kamu apa-apaan berurusan dengan gangster hah!"

"Gangster?" Beo keempat orang lainnya.

"D-daddy tau darimana?"

"Daddy tau nama-nama itu, dan jawab, apa maksud ini semua"

Kacau jika Vira memberi tahu mereka, ia menjadi pemimpin Atlantis saja hanya Artan yang tau, bagaimana jika ia memberitahu jika dirinya juga menjadi ketua sebuah gangster.

"Jadi ini alasan lo pindah ke apartemen, dan ini juga masalah yang selalu lo bilang" Kata Varo tak percaya.

"Kamu pindah karna ini, bukan seperti apa yang kamu bicarakan, kamu bohongin Daddy"

"Bukan gitu Dad"

"Ya terus apa?"

"Al cuma gamau kalian dalam bahaya"

"Terus ngebahayain diri kamu sendiri gitu, kamu kenapa sampai bisa berurusan sama mereka Al"

Vira diam tak menjawab, "Apa kamu masuk kelompok mereka"

"Enggak Dad" Jawab Vira dengan cepat.

"Kenapa kamu bisa berurusan sama mereka Al" Tanya Alaric kembali dengan menekankan perkataan nya.

Lagi-lagi Vira hanya dia membuat Alaric naik pitan, ia langsung menarik tangan Vira kasar.

"Mas" Panggil Elina ketika Alaric menarik Vira secara kasar.

Alaric membawanya kekamar gadis itu, "Handphone kamu Daddy sita, dan jangan keluar kamar" Alaric menutup pintu kamar Vira kencang lalu menguncinya.

"Daddy buka pintunya!" Teriak Vira dari dalam kamarnya.

"Daddy!"

"Daddy buka pintunya, Al mohon"

"Mas jangan terlalu keras sama Al"

"Biarkan" Alaric lalu pergi darisana.

Keempat orang itu hanya memandang pintu kamar Vira, mereka tak bisa melawan Alaric jika pria itu sedang marah.

"Ini lebih bagus" Kata Artan datar lalu pergi darisana.

'Kenapa dia mirip banget sama Daddy'
-
-
-
-
-
Artan membuka pintu kamar Vira, ia tadi sudah berbicara dengan Alaric, dan sekarang sudah malam, ia membawa makanan untuk gadisnya, karna Alaric tak membiarkan nya untuk keluar sama sekali.

Gadis itu tidak ada, saat melihat pintu balkon kamarnya terbuka, ia pun berjalan kesana, seperti dugaannya jika gadis itu ada disana.

"Makan dulu"

Sebenarnya Vira terkejut tiba-tiba Artan disini, tapi ketika melihat pria itu membawa piring makanan, ia pun mengerti.

Vira menggeleng, Artan menarik lembut gadis itu masuk kedalam kamar, lalu duduk di sofa kamar Vira.

"Angin malam gak baik buat kesehatan kamu, sekarang makan ya"

Vira diam tak menerima suapan Artan, "Kalo kamu mau nikah sama aku sekarang, kamu bisa keluar dari kamar ini"

Vira membulatkan matanya langsung melahap makanan disendok yang Artan sodorkan, lebih baik ia dikamar ini daripada langsung menikah dengan Artan sekarang.

"Selalu aja nolak" Kata Artan kecewa, tapi ia tetap lanjut menyuapi gadisnya itu.
'
'
'
'
'
'
'
'
'
'
Dukungan kalian adalah semangatku, jadi jangan lupa Vote byeeee

The Fight [END]Where stories live. Discover now