5

120 9 3
                                    

"Bisa, tapi hanya di depan sel tahanan saja dan waktunya hanya lima belas menit," ucap seorang polisi yang berada di sana. Ken mengangguk patuh. Kemudian polisi itu mengantarkan Ken ke tempat tahanan yang berada tak jauh dari
ruangan tempat mereka menyerahkan barang bukti. Melihat itu Wira akhirnya juga menyusul dari belakang.

"Hanya lima belas menit ya, polisi yang bernama Roni itu mengingatkan kembali. Ken mengarahkan pandangannya pada sosok pria yang tengah duduk menyanderkan tubuhnya di sudut ruangan dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya.

"Ini belum setimpal dengan apa yang telah kau lakukan pada istriku," ucap Ken. Tiba tiba pandangan pria itu mengarah pada asal suara yang di
kenalinya dan berdiri menuju jeruji besi tahanan yang menjadi batas antara dirinya dan Ken.

"Maafkan aku, Ken. Aku mohon maafkan aku. Aku nggak punya niat saat itu," ucap Axel mencoba menarik tangan Ken.

"Tak punya niat katamu?" Ken Menaikkan sudut alisnya. Axel mengangguk pelan, seraya menatap Ken dengan mata yang berkaca kaca.

"Kau tahu? Karna kau istriku sampai saat ini belum sadar, dan karna kau jugalah aku harus kehilangan calon bayiku. DASAR Biadab!" Teriak Ken Kencang.

Axel menatap Ken sangat dalam, kini air matanya menetes dari sudut sudut matanya mendengar kenyataan bahwa orang yang juga ia cintai tak kunjung sadarkan diri bahkan ia tak mengetahui bila Zella tengah mengandung.

"Zella ... Ha-hamil?" tanya Axel terbata.

"Apa pedulimu bangsat?! Kau telah menghancurkan istriku, bahkan kau juga telah menghancurkan perasaan adikku, Anna. Kau memang biadab, kau tak berperasaan. Apa belum cukup menghancurkan Zella dengan
ulahmu saat kami baru menikah? Apa kau tak sadar betapa gilanya kau? Hah? Jawab!" ucap Ken sembari memukul kuat jeruji besi yang ada di hadapannya.

"Ken, Cukup. Jangan buang buang energimu hanya untuk ini. Kita akan membuatnya membusuk di penjara dengan pasal berlapis." Wira menenangkan Ken yang tampak kacau dengan emosinya yang tak terkendali.

"Aku mohon maafkan aku, Ken," ucap Alex bernada lirih.

"Kau akan mendapat balasannya di
dunia saat ini, dan juga di akhirat," sahut Ken menatap sinis. Ken dan Wisnu berniat untuk meninggalkan kantor polisi tersebut, tapi niatnya urung saat melihat Wisnu yang tengah berdiri dan memeluk Olivia tepat di depan sel tahanan wanita yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Kita kesana," ajak Wira seolah mengerti apa yang sedang di fikirkan Ken saat itu. Ken mengangguk dan berjalan ke arah Wisnu dan Olivia, meninggalkan Alex yang masih tampak menyesal dengan perbuatannya.

"Olivia," sapa Wira di buat semanis mungkin.

"Sudah lama kita tidak bertemu, ya." Wira segera memeluk Olivia dan di sambut hangat oleh Olivia dengan mata yang berbinar binar. Olivia yang belum mengetahui maksud kedatangan Wira, dengan percaya dirinya merasa bahwa ayahnya yang dengan sengaja mengirimkan pamannya untuk menjadi pengacaranya saat ini.

"Aku sudah menduga bahwa Om akan datang menemuiku," ucap Olivia dengan yakin. Wira dan Ken hanya tersenyum saling menatap, begitu langkah kaki Ken tiba tepat di samping keduanya.

"Yakin sekali, kau." Ken mencibir sambil tersenyum sarkas. Melihat senyuman terbit di wajah Ken, seketika tubuh Olivia spontan memeluk Ken, seolah memiliki rindu yang mendalam pada sosok yang dulu pernah mengisi hari harinya dengan keindahan dan romantisme saat menjalin kasih.

"Benar, aku akan selalu menemuimu hingga kau membusuk dipenjara." Ken mendorong tubuh Olivia yang masih menempel ditubuhnya.

"Ma-maksudnya?" Olivia sedikit terbata.

"Yap. Pikiranmu, benar sekali Olivia. Om kesini untuk membantu Ken sebagai pengacaranya dan juga Zella.
Bahkan kami telah memberikan beberapa bukti yang akan menguatkan semua kesalahanmu dan itu sepertinya cukup memberatkan hukuman untukmu, Sayang," ucap Wira sembari mengelus ujung kepala Olivia.

Olivia segera menepis tangan Wira dan memandangnya sinis, raut kekesalan dan amarah muncul di wajah Olivia, bahkan dia berteriak histeris di hadapan Wira dan Ken. Dan dia tak akan pernah tinggal diam dengan apa yang telah di perbuat mereka saat ini.

"Aku tidak akan pernah masuk
penjara, apa kau lupa, Om? Papaku orang yang terkenal di jakarta ini. Dan tidak mungkin papa akan membiarkanku seperti ini," ucapnya dengan nada tinggi.

"Kasian sekali kau Olvia, bahkan kekuasaan Papamu tak mampu melawan kehebatanku membela
kebenaran dalam kasus apapun. Kau lupa? Oh ... atau kau belum tau, bahwa Papamu hampir saja membusuk di penjara atas kasus penggelapan aset beberapa tahun yang lalu? Kalau bukan karena kemurahan hati klienku Papamu tak akan pernah menghirup udara segar seperti saat ini." Dengan bangganya Wira bercerita.

Wisnu hanya menatap sinis Wira. Dia tampak gelisah menahan amarahnya yang telah memuncak akibat perbuatan Wira dan Ken, mereka sangat kompak menghancurkan harapan demi harapan yang masih tersisa dalam benak Wisnu dan Olivia.

"Akan aku pastikan kau tidak akan
pernah bahagia bersama perempuan kotor itu, pelacur murahan," maki Olivia.

Plak!!!

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Olivia, bahkan jejak tangan Ken yang lebar tertinggal jelas di wajahnya.

"Awh," rintih Olivia kesakitan.

"Ken! Kau keterlaluan," ucap Wisnu dengan tangan yang telah siap untuk membalas menampar Ken. Namun, lagi lagi di tangkis oleh Wira.

"Jaga ucapanmu, atau kau akan menyesal seumur hidup." Rahang
Ken mengetat sempurna. Dia tidak terima jika istri tercintanya mendapat caci makian dari orang lain. Terlebih, tidak ada satupun kesalahan Zella pada mereka. Ken segera pergi dari sana, di susul dengan Wira yang mengikuti dari belakang. Ken mengatur pernafasannya yang terasa sesak sejak tiba di kantor polisi, tampak ia menarik nafas dalam dan membuangnya beberapa kali hingga ia harus menghentikan langkahnya saat berada di luar bangunan yang identik dengan warna coklat tua.

"Kau harus tenang, Ken. Jangan
sampai emosimu menjerumuskanmu pada kesalahan fatal," ucap Wira mengingatkan Ken agat tak bertindak gegabah.

"Maafkan aku, Om. Aku hilang kendali saat berhadapan dengan Orang tua dan anak yang sama gilanya itu." Ken meraup wajahnya
kasar.

"Saat ini yang terpenting memastikan kondisi istrimu agar segera membaik dan kita bisa meminta bukti yang lebih akurat darinya. Tapi, Om sarankan jika kau mau bertanya padanya, gunakan cara yang tak akan melukai perasaannya saat mengingat kembali kejadiaan itu."

"Aku juga sangat berharap Zella akan segera sadarkan diri. Sudah dua hari ini belum ada perubahan, dan jika sampai besok dia belum juga sadar, dokter akan memindahkannya ke ruang ICU," ucap Ken lirih.

"Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kesabaran dan kemampuan umatnya. Jangan pernah kau lupakan sang pencipta alam semesta. Bahkan setiap makhluk yang bernyawa bisa merasakan kehidupan dan kematian atas kehendak-NYA." Sisi religi Wira mulai muncul untuk memberikan semangat pada Ken.

"Terima kasih, Om."

REVENGEWhere stories live. Discover now