38

69 11 0
                                    

Mata Joy menatap sejurus pada
Ken. Membuat Ken bereaksi.

"Ada apa, Zu?"

"Kau menganggapku apa, An?" tanya Joy dengan tatapan mata yang sendu.
Ken tidak menyangka Joy akan mempertanyakan hal ini dengan cepat. Dia kira, Joy hanya menyambut perlakuan lembutnya sebagai teman dekat atau rekan yang peduli padanya. Ternyata Joy sudah larut dalam permainan yang di ciptakan oleh Ken.

Joy tersenyum masam seraya menunduk, kemudian menggelengkan kepala seolah menyadarkan dirinya sendiri.

"Maaf, aku tidak tahu malu bertanya ini padamu. Lupakan saja."

"Lihat aku." Ken meggerakkan dagu Joy dengan jari tangannya hingga kepala Joy terangkat dan netra sehitam tinta milik Ken kembali beradu dengan netra indah miliknya.

Joy tidak menolak. Matanya bahkan seolah terikat, tampak sinar yang terpancar di dalamnya. Sinar yang seolah menandakan jika dirinya sangat istimewa. Ya. Joy istimewa. Secara tidak langsung Ken mengakui jika gadis itu terlihat istimewa dari semua sisi. Ken bergerak maju. Tanpa aba aba dan rencana apa pun, dia mencium bibir Joy. Memagutnya dengan begitu lembut dan teratur.

Mata Joy membesar, kaget. Tapi itu justru tidak membuat Ken menghentikan kegiatannya. Dengan kedua tangan yang sudah menguasai penuh wajah Joy, Ken memimpin permainan, setelah mendapat balasan dari Joy.

'Bibir sialan! Kenapa kau ikut bergerak dan justru menikmatinya. Dasar tidak tahu malu!' rutuk Joy dalam hati.

Mata Joy terpejam sejenak. Dirinya merasa melayang ke langit ke tujuh. Sentuhan bibir Ken padanya sungguh membuatnya semakin dilema mengartikannya sebagai apa. Joy tidak bermaksud memancing gairah Ken. Dia hanya ingin tahu apa yang Ken pikirkan tentangnya. Dan ingin
menganggapnya sebagai apa. Agar Joy tak salah mengartikan kebaikan Ken selama ini.

Joy membuka matanya, mendorong pelan dada Ken hingga tautan bibir keduanya terlepas. Setelah ini, Ken pasti akan mengatakannya tidak tahu malu dan agresif. Meski pun Ken lah
yang memulainya terlebih dahulu. Sungguh  Joy terlalu malu. Wajahnya sampai merah seperti tomat. Bibirnya terasa kelu. Bukan karena ciuman yang Ken lakukan padanya, tapi karena gugup dan sulit untuk berkata kata.

"Ini tidak benar, An." Menggelengkan kepalanya, menahan rasa malu sekaligus gugup yang bercampur menjadi satu.

"Joy, Kau bisa memiliki aku. Begitu pun sebaliknya," ucap Ken tidak terlihat seperti sedang berbohong. Pupil Joy membesar. Pandangannya kembali terangkat, menumbuk iris hitam pekat milik Ken. Apa maksudmu, An? Kira kira seperti itu lah arti tatapan Joy saat ini.

"Aku ingin menjadi kekasihmu,Joy." Ken mengangguk samar.

"Lebih dari itu. Aku ingin kau menjadi bagian penting dari hidupku," sambungnya. Apa ini artinya? Ken menyatakan perasaannya pada Joy? Apa bisa di sebut sebagai lamaran juga? Ken serius? Atau ini bagian dari permainannya? Sulit sekali untuk
dimengerti.

"K-kau? Ini artinya ... Kau?" Joy sampai terbata untuk memastikan apa yang baru saja dia dengar dari mulut laki laki itu. Bahkan, kedua tangannya saling meremat kuat. Hal itu selalu dia lakukan saat dirinya merasa gugup. Kedua tangan Joy sudah berpindah dalam genggaman tangan Ken. Telapaknya yang dingin, perlahan mendapat kehangatan dari laki laki yang baru saja menyatakan cinta padanya.

"Kau bisa memikirkannya, Joy. Tidak perlu terburu buru untuk menjawab. Aku tahu, ini pasti terkesan mendadak bagimu. Tapi aku sangat mengharapkan kau menerimaku sebagai kekasihmu, bahkan lebih dari itu. Aku bisa menyiapkan pesta per-"

"Berikan aku waktu, An," selanya dengan pelan. Joy tidak ingin menyinggung perasaan Ken. Ken mengangguk setuju.

"Baiklah. Aku akan bertanya beberapa hari lagi padamu."


REVENGEWhere stories live. Discover now