28

65 12 3
                                    

Kai berdiri di depan ruang IGD sejak beberapa menit yang lalu. Menunggu seorang dokter keluar dari ruangan tersebut.

"Kenapa sampai bisa pingsan seperti itu?" Kai bertanya pada Leo yang berada di sampingnya.

"Aku tidak tahu pasti, Tuan. Tapi, setahuku sebelumnya dia menangis di toilet. Sekitar lima menit setelahnya, aku mendengar suara sesuatu yang cukup keras. Setelah ku lihat, dia sudah tergeletak di atas lantai dalam keadaan tidak sadarkan diri." Leo menjelaskan sedetail mungkin. Tentu saja dia tidak ingin di anggap lalai oleh Kai.

"Berita apa yang kau sampaikan padanya?" Kali ini menatap Leo
dengan serius.

Tuan muda memintaku untuk menyampaikan padanya mengenai kondisi Axel yang saat ini sedang kritis dan di larikan kembali ke rumah sakit setelah mendapat penyiksaan di sekujur tubuhnya yang cukup parah."

"Dan itu benar terjadi?" Leo menganggukkan kepalanya tanpa ragu.

"Benar, Tuan. Atas perintah Tuan muda, orang orang suruhan yang berada di dalam penjara yang sama, sudah melakukan kekerasan pada Axel." Kai menghela napas kasar. Dia
senang mendengar Axel sampai babak belur seperti itu. Bahkan, itu saja tidak cukup untuk membalas perbuatan biadabnya. Tapi, kenapa harus di sampaikan pada Joy? Biarkan saja kabar itu di simpan rapat rapat. Setidaknya itu tidak akan menambah beban pikiran bagi gadis muda itu. Tak lama kemudian, seorang dokter muncul dari balik pintu IGD.

"Keluarga pasien atas nama Joy?" tanya dokter muda tersebut. Kai mengangguk dan melangkah mendekat.

"Ya. Saya kerabatnya. Bagaimana dengan kondisi Joy, Dok?"

"Pasien mengalami anemia atau biasa di sebut kekurangan sel darah merah. Untuk saat ini pasien sudah disuntikkan beberapa obat."

"Apa dia sudah sadarkan diri?"

"Sampai saat ini belum. Tapi jangan khawatir. Dalam waktu dekat dia akan segera sadar." Kai mengangguk pelan. Cukup lega mendengarnya. Setidaknya Joy sudah di berikan pertolongan pertama.

"Saya harap, dalam waktu dekat ini untuk tidak membiarkan pasien berpikir terlalu keras atau terlalu kelelahan," ucap dokter itu lagi.

"Apa itu bisa menyebabkan penyakitnya kambuh?" tebak Kai
dan langsung di jawab anggukan
kepala oleh dokter tersebut.

"Seberapa parah penyakitnya,
Dok?"

"Sebenarnya jika di biarkan begitu saja, akan menyebabkan beberapa
masalah lainnya. Untuk kasus pasien Joy, belum sampai level parah dan masih bisa disembuhkan." Kai menghela napas lega. Masih ada harapan untuk menyelamatkan gadis itu. Setidaknya, Joy akan segera membaik dalam waktu dekat.

"Apa saya sudah bisa menemuinya
di dalam?"

"Tentu saja." Menganggukkan kepalanya. " Dan pasien akan segera di pindahkan ke ruangan rawat inap.

"Baik. Terima kasih, Dok." Setelah dokter itu pergi. Kai meminta Leo untuk mengurus semua administrasi. Sementara Kai, langsung masuk kedalam ruangan untuk melihat keadaan Joy. Kai mengamati Joy yang sedang tidak sadarkan diri, dengan jarum infus yang tertancap di tangannya.

Dia sendiri tidak sampai hati melihat wajah pucat Joy. "Bersabarlah sedikit, Joy. Aku akan membantumu untuk terlepas dari aksi balas dendam Ken. Aku pastikan, laki laki gila itu menyesali perbuatannya dan bertekuk lutut padamu. Tenang saja, bukan hanya aku yang akan bergerak, tapi juga ibu dan adiknya. Mereka bahkan menentang perbuatannya ini padamu, Joy." Kai tidak akan berkhianat pada sahabatnya sendiri. Hanya saja, yang akan Kai lakukan ini demi menyelamatkan keduanya. Kai
akan menyelamatkan Joy dari kegilaan Ken, sekaligus menyelamatkan Ken dari rasa dendamnya yang bisa berujung buruk untuk dirinya sendiri.

REVENGEWhere stories live. Discover now