12

99 9 3
                                    

Sebuah mobil berlogo bintang tiga
tengah terhenti tepat di depan sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam yang terparkir di pinggir jalan di susul dengan dua mobil lainnya. Dari dalamnya keluar seorang laki laki bertubuh besar tinggi dengan wajah penuh amarah berjalan mendekati mobil sedan itu.

"Shit!" umpan Ken begitu melihat sebuah ponsel milik salah satu
orang kepercayaannya tergeletak di
bawah jok mobil. Ken meraup kasar wajahnya, matanya terus mengedar ke seluruh isi dalam mobil untuk mencari jejak yang bisa jadi di tinggalkan oleh sekelompok orang yang berhasil melarikan dua orang anak buahnya yang sedang membawa beberapa senjata ilegal miliknya.

"Roy, cepat lacak keberadaan ponsel lainnya. Temukan petunjuk apa pun," titah Ken pada Roy yang berada di sisi mobil lainnya.

"Baik, Tuan Muda." Roy segera melaksanakan perintah dari Ken. Sementara itu, Ken dan Kai memutar otak mencari cara agar bisa menemukan keberadaan anak buahnya. Pikirannya terlalu kacau dua hari terakhir. Terdengar suara nada dering yang berasal dari ponsel Ken.

"Nomor tidak di kenal?" ucapnya dengan sudut alis terangkat. Tanpa menunggu lebih lama lagi jari tangan Ken menggeser tombol gagang telpon berwarna hijau untuk menjawabnya.

"Siapa kau?" tanyanya tanpa basa basi. Karena Ken tahu, orang yang
menghubunginya itu adalah orang yang berniat jahat.

"Wow ... Kau terlalu terburu buru rupanya " Suara dari seberang sana
membuat darah Ken semakin mendidih

"Katakan dimana barang barangku?!" bentaknya emosi.

"Kau terlalu sibuk dengan urusanmu, hingga melupakan hal penting ini."
Ken meradang, namun masih tetap
dia tahan emosinya. Saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk terpancing oleh kata kata dari seorang pria yang belum di kenalnya itu. Mata Ken menatap Roy sembari memberi isyarat untuk melacak panggilan suara yang terhubung dengannya.

"Kau ingin main main denganku
rupanya," sahutnya dingin. Tidak perlu di ragukan, dalam lima menit Roy telah berhasil mendapatkan data dan lokasi penelpon yang terhubung dengan Ken.

"Jika kau ingin aku mengembalikan anak buah dan sedikit barang berhargamu ini, maka kau harus datang membawa sejumlah uang."

"Cih, jangan bermimpi." Ken segera memutus sepihak sambungan telepon itu.

"Sudah, Tuan. Posisi sudah terlacak dengan sempurna," ucap Roy berjalan mendekati Ken sembari menunjukkan sesuatu yang tertera pada tablet di tangannya pada Ken.

"Apa ini benar?" tanya Ken memastikan. Roy menganggukkan kepala yakin, laki laki bertubuh tak kalah kekar itu tidak pernah gagal dalam hal retas meretas. Salah satu keahlian yang dimilikinya selain menggunakan senjata api.

"Mereka berada di dermaga pelabuhan tempat kita sering menerima dan mengirim barang barang kita, Tuan muda." Tanpa membuang waktu lagi Ken bergegas mendatangi lokasi tersebut, di dampingi Kai dan Roy, serta dua pengawal pribadi lainnya.

Selama di perjalanan, Ken menerima panggilan dari orang kepercayaan lainnya untuk memberikannya informasi tentang musuh yang sedang menyerang mereka. Jika dugaan Ken benar, anak buahnya yang menjadi sandera sang musuh, seharusnya tidak akan berada di posisi yang sama
dengan barang barang milik mereka, karena musuh tidak akan dengan mudah menyerahkan sanderanya apalagi memberi tahu secara langsung keberadaan sanderanya pada lawan. Mobil yang di kendarai Roy mnelaju di atas rata rata menyusuri setiap jalanan berliku dan bebatuan, sampai mereka kembali bertemu jalanan aspal. Pertanda jika mereka telah kembali ke jalanan kota.

"Apa ada yang membuntuti kita?" tanya Ken dengan mata yang memperhatikan jalanan melalui kaca jendela di sampingnya.

"Aku rasa tidak, Tuan muda. Hanya ada mobil kita dan dua mobil orang orang kita dibelakang." Roy menjawab.

REVENGEWhere stories live. Discover now