35

63 10 0
                                    

Joy mondar mandir di dalam kamar. Entah sudah berapa kali dia melakukan itu. Selama satu minggu terakhir Joy di buat gelisah karena tiba tiba pikirannya tertuju pada Axel.
Dua hari yang lalu, Joy juga sempat meminta Frans untuk mencari tahu kabar kesehatan Axel. Sayang sekali Frans tidak berhasil mendapatkannya. Joy benar benar kecewa. Dia bersedih hampir setiap hari. Kerinduannya pada Axel benar benar membuatnya tersiksa.

Joy harus mencari cara agar dirinya bisa menemui Axel. Ini sudah tidak bisa di tahan. Joy keluar dari dalam kamar. Langkahnya dengan tergesa
menuruni anak tangga.

"Frans, Leo," panggil Joy sedikit berteriak. Begitu langkah kaki Joy sampai di lantai bawah, dia melihat dua orang laki laki yang dia panggil
Namanya, berdiri saling berhadapan dengan posisi Frans sedang menggenggam telepon yang menempel di telinganya.

"Leo. Aku ingin bicara," kata Joy.
Dan menganggukkan kepalanya sebagai isyarat agar laki laki itu
mendekat. Joy baru saja ingin melangkah, sampai suara Frans terdengar di telinganya.

"Nona. Aku ingin menyampaikan
sesuatu padamu." Joy berbalik badan, mengalihkan tatapannya pada Frans.

"Ada apa?"

"Begini, Nona."

"Sebentar, Frans. Biarkan aku terlebih dahulu yang berbicara." sela Joy. Frans menganggukkan kepalanya.
Membiarkan gadis itu menyampaikan apa yang ingin dia ucapkan.

"Aku ingin ke Jakarta," ucap Joy dengan serius. "Menemui kakakku," sambungnya. Joy menjeda beberapa detik dengan cara menghela napas
panjang. Banyak sekali harapan di
benaknya. "Ku harap kalian tidak
menghalangiku untuk bertemu
kakakku."

"Baik. Kita akan berangkat siang ini juga," sahut Frans. Dia tidak menolak atau mencari alasan seperti biasanya.
Joy terkejut sekaligus curiga. Sejak tadi perasaan Joy memang gelisah. Dia takut pikiran buruknya benar benar terjadi.

"Kau serius, Frans?" Dari tatapan matanya, Joy benar benar ingin meyakinkan sebelum dia berekspresi sumringah.

Frans menganggukkan kepalanya. Entah bagaimana caranya akan menyampaikan hal besar itu pada
gadis yang dia jaga selama dua bulan lebih ini. Bagaimana pun juga, Joy seorang perempuan yang perasaannya lebih sensitif dari pada laki laki. Apa lagi, selam menjaga Joy, tidak pernah sekalipun Joy merepotkan atau membuat jengkel hatinya. Atau lebih parahnya, berkata kasar dan membuatnya sakit hati. Tidak pernah sama sekali. Itu lah yang membuat Frans berpikir dua kali untuk mencari cara penyampaian yang tepat pada Joy.

"Kenapa tiba tiba sekali, Frans? Ini
pertama kalinya kau tidak menolak
permintaanku untuk menemui
saudaraku."

"Nona. Sebenarnya ..." Frans menggantung ucapannya. Dia masih ragu untuk melanjutkan kata katanya.

"Kenapa kau jadi gugup, Frans? Katakan saja, ada apa?" Setelah berdiam diri beberapa menit. Frans akhirnya menjelaskan semua alasan kenapa dia tidak menolak permintaan Joy. Tanpa ada yang tertinggal.

Selama itu juga Joy tidak menyahut. Tubuhnya seperti mati rasa dan di siram semen hingga hingga kaku. Tiba tiba bulir bening mengalir membasahi wajah mulusnya. Tubuh Joy bergetar, kedua bahunya berguncang. Perlahan isakan tangisnya memenuhi indera pendengaran Frans dan Leo.

"Kau berbohong, Kalian pasti bercanda denganku," ucapnya dalam isakan tangis.

Berulang kali Joy menggelengkan
kepalanya. Dia tidak bisa menerima fakta yang baru saja dia dengar. Sungguh, ini mimpi buruk yang akan menghancurkan perasaan dan setengah jiwanya.

"Nona, maafkan aku jika harus menyampaikan ini padamu. Maafkan aku." Frans menundukkan kepalanya. Dia sendiri tidak sampai hati melihat
gadis yang dia jaga selama ini menangis terisak.

REVENGEWhere stories live. Discover now