31

70 12 3
                                    

Mengikuti pilihan Ken, saat ini Joy sudah duduk manis menghadap sajian makanan yang tertata rapi di atas meja kaca bundar. Keduanya sangat menikmati makan siang yang sudah terlambat satu jam. Itu semua karena tempat yang Ken pilih berada cukup jauh dari butik. Hingga memerlukan waktu hampir tiga puluh menit perjalanan.

Joy sendiri nyaris kelaparan karena perutnya yang sudah tidak tahan untuk meminta asupan gizi.

Yakinlah. Itu semua sudah diatur oleh Ken. Laki laki itu sengaja memilih restoran lezat yang berada jauh, agar bisa mengulur waktunya. Demi menggagalkan rencana dinner Joy bersama Aiden. Ken tidak akan membiarkan itu terjadi. Joy tidak boleh dekat dengan orang baru yang
berpotensi mencurigainya dan menghasut untuk kabur dari villa tersebut.

"Kau menyukainya, Joy?" tanya Ken pada Joy.

"Apanya?" Joy tidak ingin salah menjawab dan salah mengerti maksud pertanyaan yang Ken lontarkan.

"Makanannya." Ken menunjuk dengan dagu pada makanan yang nyaris habis itu.

"Enak. Aku suka." Joy tersenyum tipis dan menjawab dengan jujur.

"Kau sering makan disini?"

"Tidak terlalu. Beberapa kali pernah."

"Dengan kekasihmu?" Ken tidak langsung menjawab. Dia memperlambat gerakan mengunyahnya saat mendapat pertanyaan dari Joy. Entah kenapa, mulut Joy spontan saja melontarkan pertanyaan yang terkesan ingin tahu itu. Mungkin, Joy terlalu penasaran karena tidak mungkin laki laki tampan seperti Ken masih sendirian. Alias jomblo.

"Kekasih?" Mata Ken menatap sejurus pada Joy yang tetap sibuk menikmati makanan di piringnya. Joy menganggukkan kepalanya seraya berdehem.

"Jangan bilang kau tidak punya kekasih," tebak Joy sekenanya.

"Ya. Aku memang tidak mempunyai kekasih." Ken membenarkan tebakan  Joy. Dan itu cukup membuat Joy bereaksi terkejut.

Lihatlah, pipinya yang kembung di penuhi makanan dan mulutnya
yang membulat membentuk huruf
O, sungguh membuat Joy terlihat seperti anak kecil.

"Wah. Kau masih jomblo? Tidak bisa di percaya." Menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Apa salahnya kalau aku tidak memiliki kekasih?" Giliran
Ken yang bertanya.

"Aku pikir, pria matang sepertimu bahkan sudah memiliki istri. Ya meski pun kau masih terlihat sangat tampan seperti laki laki berusia dua puluhan. Tetap saja aku berpikir kau sudah memiliki pasangan." Bahkan seharusnya sudah memiliki anak. Sambung Joy dalam hati. Dia akan terlalu lancang jika mengatakannya secara langsung di pertemuan kedua
mereka.

Ken berdehem pelan. Tenggorokannya terasa tercekat. Tiba tiba saja hatinya terasa ngilu. Seperti tertancap puluhan anak panah di dalamnya.

"Ya. Harusnya saat ini aku masih memiliki seorang istri. Karena kebiadaban kakakmu, aku harus menjadi seorang duda. Di tinggal mati istri dan calon bayiku.' Ken mengutuk
dalam hati.

Ken segera menyesap minuman dingin yang masih tersisa setengah di dalam gelas. Menenangkan dirinya dan mengatur kembali ekspresi wajahnya seperti biasa.

"Apu aku setua itu menurutmu, joy? Usiaku baru mau tiga puluh omong omong." Sambil tersenyum tipis, Ken menahan diri agar tak terbawa emosi.

"Seharusnya, aku memanggilmu dengan sebutan Kak. Ku rasa itu lebih cocok dari pada harus memanggil nama seperti ini. Aku merasa tidak sopan padamu." Atau mungkin daddy, ucap Joy dalam hati di iringi kekehan pelan."

Hatinya tergelak sendiri membayangkan dirinya yang
memanggil dengan sebutan demikian. Terlebih, saat merasakan vibes Ken yang seperti sugar daddy.

"Lebih tepatnya, apa aku terlihat seperti sugar daddy di matamu?
Begitu?" Lagi lagi Joy terkejut. Kenapa
bisa kebetulan seperti ini? Apa Ken
bisa membaca isi hatinya? Atau dia
hanya menebak saja? Entahlah. Yang penting Joy sangat terkejut.

REVENGEWhere stories live. Discover now