47

67 12 0
                                    

Baru kali ini Joy mengutuk gaun panjang indah yang kini sedang dia kenakan. Seraya mengangkat sisi gaunnya, Joy melebarkan langkahnya menaiki satu persatu anak tangga demi mencapai kamar utama di dalam villa tersebut. Setelah mendapat kabar dari Kai jika suaminya jatuh pingsan, Joy tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. Tidak peduli dengan para tamu undangan yang masih ramai, Ia meninggalkan pesta pernikahannya untuk menemui
suaminya.

Karena tidak adanya orang tua dari masing masing mempelai, alhasil Kai yang mengambil alih pesta tersebut. Dia meladeni beberapa tamu yang hadir disana.

Meski pun pernikahan itu tidak terlalu berarti bagi Ken, tetap saja Kai tidak ingin merusak suasana pernikahan tersebut dengan insiden insiden kecil yang akan terjadi di luar perkiraannya.

"Joy, pelan pelan." Anna sejak tadi berada di belakang Joy mengikuti setiap langkah kaki pengantin baru itu seraya memegang ujung gaun di bagian belakang yang panjang. Dia takut, perempuan yang telah berstatus kakak iparnya itu akan terjatuh dan terluka. Joy tidak menyahut. tatapannya tetap fokus ke depan. Dia hanya ingin cepat sampai dan menemui suaminya.

"Sial! Kenapa tangganya panjang sekali!" guman Joy mengumpat.

"Aw.." Joy meringis pelan saat dirinya nyaris tersungkur saat tiba di anak tangga paling atas.

"Hati hati, Joy." Anna berdiri sejajar dengan Joy, memegang pundaknya agar perempuan itu berdiri seimbang. "Jangan terlalu khawatir. Dia hanya pingsan. bukan mati," seloroh Anna begitu saja. Seketika Joy menatap Anna serius.

"Kau ingin aku menjadi janda di hari pernikahanku, An? Kejam sekali bercanda kau." Mencebikkan bibirnya.

Anna menggeleng pelan seraya menyunggingkan bibirnya keatas. Tidak sangka jika Joy menganggapnya bercanda. Padahal Anna sudah siap untuk mendapat cacian atau umpatan
dari kakak iparnya itu. Jika kau tahu pernikahan ini hanya untuk ajang balas dendam mungkin kau sendiri yang memilih akan menjadi janda saat ini, Joy. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan saat ini? Apa harus aku bongkar semua kelicikan mas Ken padanya? Tapi aku tidak tega jika harus melihatnya kembali bersedih. Setidaknya, hari ini dia bisa merasa bahagia.' Anna membatin bimbang.

"Anna. Hei!" Menggoyangkan tangannya di hadapan Anna hingga mnembuyarkan lamunan Anna.

"Ha? Apa?" tanya Anna seraya mengedipkan mata beberapa kali.

"Malah bengong." Joy menggeleng pelan. "Sudahlah, ayo." Kembali melangkahkan kakinya.

Begitu pintu kamar terbuka, Joy bisa melihat dengan jelas suaminya tengah menyandar di kepala ranjang ditemani sahabatnya yang sedang memberikan sebuah obat dan segelas air putih.

"Apa kau sakit, An?" Joy mendekat. Menggantikan posisi Nata yang sebelumnya berdiri di samping ranjang. Tangannya bergerak memindahkan gelas kaca dari tangan Ken ke atas meja nakas. Ken menggeleng samar.

"Aku baik baik saja." Meski pun begitu, wajah pucatnya tidak bisa di pungkiri jika dirinya sedang mengalami masalah pada kesehatannya.

"Tapi wajahmu pucat, An." Kemudian menoleh kebelakang menatap Nata.

"Kenapa dengan dia, Nat? Sakit apa?" tanya Joy penasaran. Nata mengulas senyum tipis di wajahnya. Dari tatapannya dia bisa menangkap kekhawatiran yang tulus untuk Ken. Sayang sekali, Ken tidak tertarik dengannya. Pikirnya.

"Hanya kelelahan, Joy. Kau tidak perlu khawatir. Suamimu itu bukan laki laki lemah. Setelah minum obat, dia akan sehat kembali." Joy bisa bernapas dengan lega. Setidaknya bukan masalah yang serius yang menimpa suaminya.

"Aku akan turun. Jika perlu sesuatu, hubungi saja aku," ucap Nata seraya membawa beberapa perlengkapan obat obatan yang sempat dia minta dari Bibi Ine. Beruntung, Nata ada disana dan segera memberikan penanganan pertama pada Ken yang terkena serangan panik secara tiba tiba. Jika tidak, mungkin sahabat baiknya itu akan lama sadarkan
diri.

REVENGEWhere stories live. Discover now