45

57 8 0
                                    

"An. Boleh aku bertanya?" Ken mengangguk. Mempersilahkan Joy untuk mengajukan pertanyaan.

"Apa orang tuamu tidak akan menghadiri pernikahan kita?" Dari sorot mata Joy, dia tidak menaruh kecurigaan. Lebih kepada
pengharapan yang besar. Hening beberapa saat. Ken meletakkan kembali mangkok kaca di atas meja. Kemudian bergerak sedikit agar berhadapan sempurna dengan Joy.

"Aku hanya mempunyai seorang mama dan adik perempuan, Joy. Tapi mereka tidak bisa datang ke Indonesia karena urusan keluarga yang sangat penting. Dan juga akhir akhir ini hubunganku tidak baik dengan keduanya." Untuk keterangan awal, Ken memang jujur. Tapi di bagian tengah dan akhir itu semua hanya alasan yang Ken buat.

Ken memang mengaku pada Joy jika orang tua dan adiknya tidak berada di Indonesia, melainkan tinggal di Negara Swiss. Dia sengaja melakukan itu dan tak berniat untuk membawa Joy bertemu dengan kedua orang yang dia cintai dalam hidupnya itu. Sayangnya, di luar dugaan Joy sudah terlebih dahulu bertemu dengan Anna. Itu pun karena Anna yang sengaja mencari tahu informasi mengenai keberadaan Joy.

Beruntung, adik kesayangannya itu tidak buka mulut mengenai hubungan darah yang terikat antara mereka. Ken juga tidak benar benar berniat untuk membangun rumah tangga yang harmonis dengan Joy.
Tujuannya menikahi gadis itu hanya untuk melampiaskan dendam yang belum tuntas dalam dirinya. Semua sudah Ken siapkan sebaik mungkin.

Hanya saja dia tetap akan menikah secara resmi di mata hukum dan agama demi untuk kelancaran segala sesuatunya, serta membuat Joy tidak bisa kabur darinya untuk alasan apapun karena status mereka yang sah. Licik bukan? Ya, begitulah adanya. Jika diri sudah dikuasai oleh dendam, apa pun bisa di lakukan.

"Aku mencoba untuk mengerti, An. Tapi setidaknya aku bisa melihat mereka lewat sambungan video call. Mendengar mereka memberikan restu untukku sebagai anggota keluarga mereka." Menjeda beberapa detik dengan kepala tertunduk. "Aku hanya merindukan sosok orang tua dan saudara. Mungkin jika aku bertemu dan mendengar suara mereka cukup mengobati kesedihan dan luka di hatiku." Seharusnya semua yang Joy katakan terjadi. Karena menikah bukan perkara main main. Terutama untuk urusan restu. Joy ingin mendapatkan itu secara tulus tanpa paksaan. Sayangnya, itu semua sulit untuk terkabulkan.

Ken sangat puas mendengar penuturan jujur dari Joy mengenai kesedihan dan luka yang dia rasakan saat ini. Hanya saja seperti ada ribuan anak panah yang menancap di jantungnya. Rasanya, luar biasa perih. Tak bisa Ken ungkapkan dengan kata kata. Ken menarik tangan Joy dan menggenggamnya dengan erat.

"Mama dan adikku telah merestui kita dan menerimamu sebagai bagian dari anggota keluargaku," sahutnya.

"Tapi, aku ingin bertemu dengan mereka, An." Tatapan Joy seperti memohon dan penuh harap.

"Saat ini, keadaan belum memungkinkan untuk aku menghubungi mama. Tapi, aku
akan cari waktu yang tepat untuk membawamu menemui mereka." Joy mengangguk pelan. Setidaknya, dia masih memiliki harapan untuk bertemu calon mertua dan adik iparnya seperti yang diucapkan Ken.

"Kau yakin, mamamu sudah memberi restu untuk pernikahan kita, An?"

"Percaya padaku, Joy."

"Aku lega kalau begitu." Sayang sekali, Joy telah di bohongi oleh laki laki yang akan berstatus suaminya itu. Entah apa jadinya jika Joy mengetahui kebenarannya. Mungkinkah ia masih ingin melanjutkan pernikahan tersebut? Atau justru dia akan memilih untuk kaburbjauh dari Ken? Entahlah. Semoga saja setelah pernikahan berlangsung, ada keajaiban dalam rumah tangga mereka.

******

Sore ini Jakarta terasa sangat sesak dan panas bagi Anna. Padahal, cuaca di luar sana mendung dan sepertinya sebentar lagi akan dituruni hujan. Namun, Anna seperti sedang berjalan di gurun pasir tanpa alas kaki. Terlebih, suhu di dalam ruang kerjanya sudah menyala.

REVENGEWhere stories live. Discover now