43

79 11 1
                                    

Mata Ken mulai terasa berat dan perih setelah hampir dua jam berdiskusi dengan dua orang terdekatnya. Terlebih, kepalanya nyaris pecah memikirkan rencana demi rencana agar bisa memuluskan urusan mereka dalam bisnis gelap yang telah di gandrunginya dalam beberapa tahun terakhir.

Dua gelas kopi nyatanya tak mampu membuat mata Ken menjadi lebih segar. Sepertinya, tubuhnya mulai kelelahan dan meminta untuk beristirahat

"Aku menunggu kabar darimu Kai. Pilih waktu yang paling aman untuk keberangkatanmu." Ken menyandarkan tubuhnya di kepala
kursi seraya menengadahkan kepala keatas dengan mata terpejam. Memang tidak bisa di bohongi lagi jika laki laki itu benar benar lelah.

Kai mengangguk samar, kemudian melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Aku harus pulang dan menyiapkan
beberapa keperluan untuk keberangkatanku," ucapnya. Ken berdehem sebagai jawaban. Matanya masih tetap terpejam. Sepertinya dia akan tertidur dalam waktu dekat ini.

Melihat sahabatnya yang kelelahan. Kai akhirnya memilih untuk pergi dari sana, meski pun jarum jam masih berada di angka tujuh pagi. Waktu yang seharusnya di gunakan untuk bangun dan memulai aktivitas,
justru menjadi awal untuk Ken
memejamkan matanya.

"Kau tidak ingin pulang juga, Roy?" tanya Kai dengan sudut alis terangkat. Matanya melirik Ken, sepertinya dia sedang memberikan isyarat pada Roy agar tidak mengganggu waktu istirahat Ken. Terlebih, di dalam kamar pribadi itu ada seorang gadis yang juga sedang tertidur.

"Atau kau ingin menjadi nyamuk?" sambung Kai, kemudian mulai melangkahkan kakinya.

Roy yang menyadari maksud sindiran Kai, segera mengikuti langkah kaki Kai. Tapi sebelumnya dia berpamitan terlebih dahulu pada sang tuan muda.

"Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu, Tuan muda," Samar samar Ken menjawab dengan berdehem.

Sekitar hampir lima belas menit
memejamkan matanya. Ken tersentak bangun karena terdengar suara teriakan yang cukup keras yang berasal dari arah kamarnya. Ken melebarkan langkahnya sampai terhenti tepat di depan ranjang berukuran tak terlalu besar itu.

"Kau kenapa?" tanyanya begitu melihat Joy meringis kesakitan seraya menggerakkan sebelah tangannya di bahu. Dengan mata yang masih setengah terpejam Joy menjawab,

"Aku terjatuh." Melihat rambut Joy yang sedikit berantakan serta wajahnya yang mencebik, membuat Ken dilema harus tertawa atau prihatin dengan keadaan Joy saat ini. Alhasil, setelah menahan tawa dia segera mendekati Joy untuk melihat
anggota tubuhnya yang sakit.

"Sini, biar aku lihat." Menyentuh lembut pundak Joy, seraya memastikan apakah terdapat luka memar di sana. Joy meringis saat tangan Ken menekan pelan pundaknya.

"Sakit," ucapnya. Masih dengan mata yang terpejam.

"Kenapa kau ceroboh sekali?" Pertanyaan Ken hanya di jawab dengan gelengan kepala. Entah apa itu artinya. Joy masih terlalu mengantuk untuk menjawab pertanyaan pertanyaan itu. Sampai sampai, kepala Joy terjatuh tepat di dada Ken. Semua itu refleks terjadi akibat rasa kantuk yang teramat besar.

Posisi Ken memang duduk di samping Joy, hanya saja tidak sejajar, melainkan saling menghadap. Dan itu membuat Ken terdiam beberapa detik. Sekaligus, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Sungguh, situasi seperti ini selalu berada di luar kendali Ken.

Detik setelahnya, Ken perlahan memindahkan tubuh Joy di atas kasur. Memberikan kenyamanan penuh pada gadis yang sepertinya telah berhasil mencuri hatinya sedikit demi sedikit. Tak lupa Ken juga memberi selimut yang tak terlalu tebal pada tubuh gadis itu.

Setelahnya, Ken membuka kancing kemeja bagian atas, melepaskan dasi yang masih terpasang rapi di sana, dan meletakkannya asal. Ken berbaring ikut merebahkan tubuhnya di sisi kasur yang kosong, tepat di samping Joy.

Mata Ken memperhatikan wajah
damai Joy di sampingnya. Tangannya bergerak merapikan anak rambut yang menutupi wajah gadis itu. Tidak ada ekspresi apa pun yang di tunjukkan Ken. Datar seperti biasanya. Sepertinya hanya Ken yang tahu apa yang saat ini sedang dia pikirkan.

Tak butuh waktu lama, Ken menyusul Joy di alam mimpi. Laki laki itu juga tertidur dengan pulas. Semalam, Ken tidak tidur karena lembur bersama Roy di kantor. Sayangnya, saat dia ingin pulang dan beristirahat di hotel
tempat Joy menginap, insiden kecil justru terjadi hingga akhirnya, Ken kembali ke kantor.

Tapi, kali ini Ken di temani oleh Joy.
Satu satunya perempuan yang telah berhasil menginjakkan kakinya di ruangan pribadi miliknya. Bahkan, mendiang istrinya saja tidak pernah tidur di kasur tersebut. Selain jarang mengganggu waktu kerja Ken saat
di kantor, mendiang istrinya tidak
pernah mengantuk saat mengunjungi Ken beberapa kali di sana.

Joy orang pertama yang Ken ajak masuk kedalam kamar di dalam ruang kerjanya. Sekaligus perempuan asing yang berani tidur sekasur dengannya. Ya, meski pun itu bukan kemauan Joy, tetap saja Joy menjadi orang pertama yang Ken bawa masuk ketempat pribadinya.

***

Joy merasakan sesuatu yang sangat berat sedang menimpa perutnya. Selain itu, aroma yang begitu segar menguar di indera penciumannya hingga membuat ia mengendus seraya membuka matanya.

Matanya mengedar di langit langit kamar. Joy mengerutkan dahinya, dia merasa asing dengan tempat itu. Berbeda dengan langit langit kamar di hotel tempatnya menginap sejak beberapa hari yang lalu.

Joy melirik perutnya yang terasa berat. Matanya terbelalak saat mendapati sebuah tangan kekar sedang memeluknya. Dengan cepat dia menoleh kesamping. Dan

"Aaaaa ... " Joy berteriak karena
terkejut.
"Kenapa aku disini?" Joy menyingkirkan tangan Ken dari atas perutnya, kemudian dia beringsut duduk dan turun dari ranjang. Saat itu juga Ken terbangun dan memicingkan matanya menatap Joy.

"Ada apa?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Kau ... Kau ... Apa yang kau lakukan padaku, An?" Joy  panik. Pikirannya sudah melayang entah kemana.

"Kau meniduriku?" tanyanya spontan. Kemudian memeriksa tubuhnya sendiri. Joy menghela napas lega saat
mengetahui seluruh pakaiannya
masih utuh terpasang di tubuhnya.

"Oh, syukurlah," gumamnya pelan.
Sementara Ken, dia memijat pelipisnya yang mulai terasa sakit karena kekurangan waktu tidur dan terbangun paksa saat mendengar suara Joy yang berteriak.

"Dimana ini?" tanya Joy seraya mengedarkan matanya. Ken mendesah kesal. Suara Joy sangat mengganggu tidurnya. Hanya saja, dia tetap ingin mendengar suara bising itu. Aneh sekali.

"Di kantorku," sahut Ken singkat.

"Kantormu? Kenapa bisa? Seingatku, setelah mengunjungi restoran cepat saji itu, kita langsung pulang. Apa mungkin .." Mata Joy melebar dengan sebelah tangan yang menutupi mulutnya.

"Oh ... kau memberiku obat tidur, An? Agar kau bisa tidur denganku?" Mata Ken langsung terbuka lebar mendapat tudingan murahan dari Joy.

'Sialan! Kau pikir aku mau menidurimu? Bahkan, kalau pun aku memberimu obat tidur, kau akan ku jual dengan laki laki lain. Biar kau tahu rasa sakit seperti yang dirasakan istriku!" batin Ken mulai merasa marah.

"Pikiranmu sudah gila?" Suara milik Ken sepertinya mampu membuat Joy bergedik.

"Kau tertidur saat di perjalanan." Joy kembali mengerutkan dahinya, mencoba mengingat kembali kejadian beberapa jam yang lalu.

"Aku-"

"Sudahlah, aku masih mengantuk. Kemarilah, tidur lagi." Menepuk sisi kosong kasur. Kemudian, berbalik badan memunggungi Joy dan kembali tertidur.

Joy melongo. Dia bingung harus berbuat apa. Sementara, dia sendiri juga masih ingin melanjutkan tidurnya.

REVENGEWhere stories live. Discover now