50

99 13 2
                                    

"Maaf sudah membuat kalian lama menunggu," ucap Joy begitu langkahnya terhenti tepat di hadapan Anna dan Lucia yang telah menunggu kedatangannya sejak beberapa menit yang lalu.

"Oh, Joy. Tidak apa apa. Duduklah." Anna menepuk kursi kosong di sampingnya. Joy mengangguk dan langsung menempati kursi tersebut untuk dia duduki.

Lucia mengedarkan matanya. Mencari keberadaan seseorang yang tak lain tak bukan putra tercintanya. Sayangnya ekor matanya hanya mendapati dua orang laki laki yang bertugas sebagai bodyguard Joy yang
berada beberapa langkah dari tempat mereka duduk saat ini.

"Maaf, Ma. Mereka bodyguard yang bekerja untukku," ucap Joy ketika menyadari Lucia menatap dua laki laki berperawakan besar tinggi itu.

"Dimana suamimu, Joy?" tanya Lucia tak bisa menahan rasa penasarannya.
Joy mengulas senyum tipis. Menjauhkan rasa kecewa sekaligus bersedih dari raut wajah cantiknya.

"Dia sedang ada pekerjaan mendadak, Ma. Sebenarnya tadi sudah siap untuk
pergi bersamaku, tapi koleganya tiba tiba menghubunginya. Dia mengirim salam untuk Mama dan Anna," dusta Joy. Tidak mungkin dia berkata yang sebenarnya. Apa pun keadaannya, Ken tetaplah suami yang harus dia tutupi aibnya.

Anna dan Lucia saling pandang beberapa detik. Keduanya merasa curiga jika terjadi sesuatu yang tidak beres dengan Ken dan Joy. Terlebih, saat Lucia menyadari jika mata menantunya itu terlihat sedikit sembab dari sebelumnya.

"Ini baru hari pertama setelah kalian menikah. Seharusnya suamimu belum bekerja dan menghabiskan masa libur pernikahan. Bahkan seharusnya kalian bisa pergi honeymoon." Anna menimpali. Dia sengaja tersenyum pada Joy untuk menghilangkan kesan kecurigaannya pada jawaban Joy sebelumnya.

'Honeymoon? Ya, seharusnya memang begitu, An. Tapi sepertinya itu tidak akan pernah terjadi padaku. Bahkan, untuk tidur sekamar pun tidak akan terjadi. Cih, istri seperti apa aku ini?' Joy membatin pilu, memikirkan nasibnya yang mengenaskan.

"Pekerjaan itu salah satu tanggung jawabnya. Jadi aku tidak akan mempermasalahkannya." Jawaban dari Joy akhirnya menutup pembicaraan mengenai Ken. Karena terbilang baru saling mengenal, Anna tidak ingin terlihat terlalu mencampuri urusan sepasang suami istri baru itu.

"Kapan kamu mau ke Jakarta Joy?" tanya Lucia di tengah tengah menikmati santapan makan siangnya.

"Aku belum bisa memastikan, Ma. Kenapa?" tanya Joy.

"Menginaplah di rumah Mama kalau kau ke Jakarta. Mama akan senang kalau di kunjungi rekan dan keluarga." Joy mengangguk.

"Pasti, Ma. Aku pasti akan mengunjungi Mama kalau aku ke Jakarta. Selain makam mendiang mama dan kakakku, kini satu satunya tempat yang akan aku kunjungi saat ke Jakarta, rumah Mama." Ada kesedihan yang terselip dalam kata kata yang Joy ucapkan.

Miris sekali mendapati kenyataan pahit seperti ini. Tapi ia akan membiasakan dirinya mulai sekarang. Dia tidak ingin selalu terlihat lemah dan sedih di hadapan orang lain. Cukup saat bersama Ken dia menunjukkan sedihnya saat kehilangan orang yang dicintai. Bodohnya lagi, Joy percaya jika Ken benar benar tulus ingin melindunginya dan menghapus kesedihannya. Ternyata itu semua hanya kebohongan belaka. Joy merasa terjebak dan ingin membenci Ken. Tapi, saat bersamaan rasa cintanya untuk Ken telah berhasil tumbuh dengan subur.

"Kau bisa menjadikan rumah Mama tujuan utamamu. Biarkan yang telah terjadi berlalu bersama angin, tanpa melupakan kenangan kenangan indahnya. Kau cukup fokus dengan apa yang ada di depan matamu saat ini." Lucia memberikan sedikit pesan menyentuh pada menantunya itu.

"Nak, kau harus yakin, kebahagiaan pasti akan menyertaimu." Lucia mengelus lembut pundak Joy.

Entah kenapa, hatinya merasa adem setelah mendapat nasihat dari Lucia. Sosok yang telah lama pergi meninggalkannya, seolah hadir kembali dalam hidupnya. Tenang sekali rasanya. Joy sampai melupakan sejenak kesedihan yang bertubi tubi menimpanya.

REVENGEWhere stories live. Discover now