49

95 13 4
                                    

"Apa yang kau tulis?" Tanpa melihat pada tulisan di dalam kertas, Joy menyahut.

"Point kelima. Pihak pertama tidak boleh memiliki hubungan dengan perempuan lain atau selingkuh selama masih berstatus suami dari pihak kedua." Ken tertawa sarkas. Dia hanya menggeleng samar, menatap Joy dengan tatapan mencemooh.

"Apa kau berharap aku mencintaimu?" ejeknya pada Joy.

Seolah tidak peduli dengan apapun yang Ken ucapkan, Joy kembali melanjutkan ucapannya.

"Point ke enam. Pihak kedua bisa mengajukan gugatan cerai kapan pun dia mau tanpa alasan, dan tidak akan di persulit oleh pihak pertama." Joy menaikkan pandangannya, menatap Ken tanpa ekspresi. Tidak ada senyum tipis ataupun tatapan marah di dalamnya. Dia mencoba memanipulasi keadaan.

Saat itu juga senyum mencemooh di wajah Ken sirna dengan cepat. Tatapannya semakin tajam dan membunuh. Sepertinya amarah sedang bergejolak dalam dirinya. Ken bergerak maju dua langkah hingga menipiskan jarak antara dirinya dan Joy. Ia mengamati pergerakan mata serta tangan Ken.

"Kau tidak memiliki hak untuk mengajukan cerai padaku!" Suara Ken berat dan dalam. Membuat bulu roma Joy berdiri karena aura mencekamn yang memenuhi seluruh ruangan.

"Kalau kau bisa berbuat sesuka hatimu. Kenapa aku tidak?" tanya Joy, semakin menyulut amarah Ken.

"Karena aku-"

"Suamiku?" sahut Joy menyela ucapan Ken. "Begitu maksudmu?" Sudut alisnya tertarik keatas. Namun, membalas tatapan tajam Ken dengan teduh. Meski pun hatinya terasa hancur. Hening sesaat. Ken memilih untuk mencoba menarik kertas berisi kontrak perjanjian yang telah Joy tambahkan poinnya dan dibubuhi tanda tangan dirinya dan sang istri. Sayangnya Joy kembali menghindar.

"Kau hanya perlu mengetahuinya, Andra." Menatap Ken dalam. "Aku mau menikahimu, karena aku mencintaimu. Dan bodohnya aku yang tidak peka jika semua perhatian yang kau berikar padaku selama ini hanyalah sebuah kebohongan." Suara Joy mulai bergetar dan matanya berair.

Tampaknya, hatinya mulai merasakan sakit yang teramat dalam. Tapi, sayangnya Ken tidak bereaksi. Dia masih dengan posisi yang sama seperti sebelumnya.

"Meski pun begitu, tidak apa apa. Aku tidak akan menyerah untuk saat ini. Aku akan membuatmu jatuh cinta dan tergila gila padaku. Setelah itu aku akan memberitahumu bagaimana rasanya hancur sehancur hancurnya karena mencintaiku. Dan disaat itu juga, kau akan menyesal dan kehilanganku untuk selamanya," sambung Joy.

"Kau ingin mengancamku?" tanya Ken.

"Lebih tepatnya peringatan untuk suamiku," sahut Joy seraya mengulas senyum tipis di wajahnya.

Siapa sangka, Joy akan berbicara seperti itu pada Ken. Ken kira Joy adalah gadis lemah yang hanya pasrah akan keadaan. Tapi, ternyata Ken salah. Istrinya memiliki sisi kuat tersendiri sebagai seorang perempuan. Sepertinya Joy tidak akan menyerah pada pernikahan ini dalam waktu dekat.

"Berikan itu padaku!" pinta Ken seraya menjulurkan tangannya.

Joy tidak langsung menyerahkannya. Dia terlebih dahulu berjalan mendekati meja rias, mencari sesuatu di atasnya. Hanya beberapa detik Joy menemukan sesuatu yang dia cari sejak tadi. Ken bertanya tanya dalam hati, apa yang akan dilakukan Joy pada benda kecil memiliki ujung yang tajam itu.

Di tempatnya berdiri, Joy menusuk jempol tangannya sendiri dengan jarum pentul hingga mengeluarkan cairan berwarna merah kental. Kemudian menempelkannya pada surat perjanjian yang dia letakkan di atas meja rias. Tepat di samping tanda tangannya sendiri.

Kebetulan, Ken baru saja tiba di belakang Joy. Tanpa bertanya dan meminta izin terlebih dahulu, Joy segera menarik tangan Ken dan melakukan hal yang serupa dengan apa yang dia lalukan sebelumnya. Menusuk jempol Ken hingga berdarah, lalu menempelkannya di surat perjanjian tersebut.

"Apa yang kau lakukan?" Ken menarik tangannya hingga terlepas dari tangan istrinya.

"Sidik jari kita sudah menempel di sini. Artinya, surat ini lebih dari sah, An." Memberikan surat tersebut pada Ken.

"Tidak berlaku untuk point keenam!" Ken menentang.

"Sudah terlambat. Tanda tangan kita sudah tertera di atas materai bersama dengan cap jari kita." Menjeda beberapa detik.

"Peraturan itu mulai berlaku hari ini, kan?" Ken tidak menjawab. Dia hanya menatap Joy dengan ekspresi dingin dan rahang yang mengretat.

"Ok. Aku anggap tatapanmu sebagai jawabannya." Joy mengangguk pelan. Dia berbalik badan dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Sebelum benar benar masuk kedalam kamar mandi, Joy kembali berbalik badan dan berkata pada Ken,

"Siang ini kita memiliki pertemuan
dengan-"

"Aku ada urusan lain," sela Ken ketus. "Jika kau mau, silahkan pergi sendiri." Lalu pergi keluar kamar.

Joy kembali tersenyum getir. Bahkan, dia belum sempat menyelesaikan ucapannya. Tapi, dengan entengnya Ken menolaknya. Begitu pintu kamar mandi tertutup dari dalam, tubuhnya merosot dilantai seraya menyandar di belakang pintu. Air matanya luruh begitu saja, melewati pipi mulusnya. Kedua bahunya berguncang hebat. Sebelah tangannya bergerak memukul dadanya sendiri, seolah ingin menghentikan rasa sakit yang teramat luar biasa yang saat ini dia rasakan.

"Kenapa sesakit ini rasanya, Tuhan?" gumanya dalam isak tangis yang pecah. "Apa lagi rencana yang kau siapkan untuk hidupku?" Hancur sudah hatinya.

Pernikahan yang dia banggakan kemarin, ternyata hanyalah sebuah topeng belaka. Sepertinya, Ia harus mengubur dalam dalam keinginannya mendayung biduk rumah tangga yang harmonis bersama Ken--sialnya, laki laki yang kini telah dia cintai. Joy kira, dia akan benar benar bahagia setelah menyandang status menjadi istri sah Ken. Tidak akan ada lagi kesedihan yang menyelimuti dirinya. Bahkan, Joy tidak merasa kesepian dengan hadirnya sosok suami yang berada disampingnya. Sayang sekali, semua perkiraannya sangat jauh berbeda dengan apa yang terjadi saat ini.

Di tempat yang berbeda, Ken membanting kasar surat kontrak perjanjian pernikahan yang dia bawa dari kamar Joy. Meraup kasar wajahnya seraya mengumpat keras.

"Sialan! Bisa bisanya dia mengancamku seperti itu! Dia pikir siapa dia, berani membuatku marah." Menendang meja bundar di dekatnya hingga terbalik dan pecah.

Ken menjatuhkan tubuhnya diatas Sofa panjang. Beberapa kali dia mengusak kasar rambutnya kebelakang saat perkataan Joy beberapa menit yang lalu terngiang di telinganya.

Saat ini Ken sedang berada di pavilliun belakang. Sejak semalam, Ken menghabiskan waktu di pavilliun tersebut untuk beristirahat dan menghindari Joy. Rupanya, Ken tidak benar benar pergi meninggalkan Joy semalaman. Dia masih berada di lingkungan yang sama untuk
memantau istri kontraknya itu.

Roy yang berada bersama Ken saat itu, hanya bisa terdiam, memperhatikan dengan jelas apa yang akan dilakukan oleh sang tuan muda setelahnya. Dia tebak, itu berkaitan dengan isi kontrak perjanjian pernikahan yang di minta Ken semalam.

Sebenarnya, Roy menyayangkan sikap tuan mudanya yang langsung mengajukan kontrak perjanjian pada Joy dihari pertama mereka berstatus suami istri. Dengan kata lain, Ken sungguh sungguh melukai hati dan mental Joy--gadis cantik yang menurutnya memiliki sifat baik dan tulus itu.

REVENGEWhere stories live. Discover now