6

108 10 0
                                    

Ken masih setia duduk disamping ranjang pesakitan yang sedang menopang tubuh sang istri diatasnya. Tak henti dia mengelus dan menciumi punggung tangan Zella, lalu mendekatkannya kewajah agar Zella bisa merasakan kehangatan dari Ken yang selalu mengharapkan istrinya segera terbangun dan kembali pulih
seperti biasa.

"Sayang, kamu bangun ya. Apa kamu tidak lelah tidur terus? Kamu harus lawan rasa sakit ini, aku selalu ada untuk kamu, Sayang. Jangan pernah tinggalkan aku," ucap Ken terdengar lirih.

Ken terus menciumi tangan dan wajah Zella dengan penuh kerinduan dan sayang. Ken menatap wajah istrinya yang masih terlihat cantik meskipun wajahnya tak mulus seperti dahulu karena lebam yang belum juga menghilang dari wajahnya. Air mata Ken juga mulai berjatuhan membasahi wajahnya, isak tangisnya tak terhenti saat ia memikirkan nasib sang istri yang belum ada perubahan.
Terdengar suara pintu terbuka dari luar.

"Mas Ken," ucap Anna yang mendapati sang kakak tengah menangis tersedu. Ken menundukkan pandangannya, menyeka setiap bulir air mata yang masih terus membasahi wajahnya. Anna memeluk Ken dari arah belakang dengan erat dan uraian air mata yang tak kalah deras yang
telah tertahan sejak masih beberapa menit yang lalu. Anna sangat mengerti kegundahan hati yang tengah dirasalkan sang kakak. Sama seperti apa yang ia rasakan saat ini. Bahkan Anna juga ingin menghukum Axel dengan caranya sendiri, membalas setiap perbuatan keji yang telah Zella terima dan juga pada dirinya yang telah tersakiti oleh kebohongan Axel selama ini.

Betapa kacaunya Ken dan Anna. Dua beradik ini seakan terjatuh dan tertimpa tangga hingga mereka mendapatkan kepahitan hidup yang teramat dalam. Kegagalannya untuk menikah dengan orang yang ia cintai bahkan ia juga harus menanggung
malu pada orang orang yang mulai
mengetahui kejadian yang tengah
di alami keluarganya saat ini.

"Jangan menangis." Ken berbalik badan. Menyeka air mata yang telah membasahi wajah cantik sang adik. "Tidak perlu menangisi pria brengsek itu," sambungnya dengan suara deep yang dia miliki. Tangannya juga beralih mengelus kepala adik semata wayangnya.

"Karena dia, kita semua jadi hancur seperti ini, Mas. Aku tidak sanggup melihat kondisi Kak Zella seperti saat ini. Lihatlah, wajah cantik Kak Zella kini dipenuhi dengan luka lebam." Anna semakin terisak. Dia sendiri
sebenarnya tidak sanggup untuk menghadapi kenyataan seperti ini. Ken terdiam sejenak. Hatinya hancur saat melihat Anna bergerak memeluk tubuh istrinya yang tak kunjung sadarkan diri. la tak mengeluarkan kata kata sedikitpun, namun kedua bahunya yang mulai berguncang mewakili perasaannya saat ini.

"Maafkan aku, Kak. Seandainya aku tidak mengenalnya dan tidak memberikan kesempatan untuknya mendekatiku, mungkin ini semua tidak akan pernah Kakak rasakan. Maafkan aku, Kak. Ku mohon, bangun. Bangun, Kak." Menggoyangkan tubuh Zella sambil beruraian air mata. Kemudian kembali memeluk tubuh Zella dengan penuh kasih sayang.

"Maafkan aku, Kak," ucapnya lagi. Ken menghela napas panjang. Mengatur ulang oksigen yang keluar masuk terlalu cepat di tubuhnya. Kemudian, tangannya menyentuh pundak Anna.

"Anna, jangan menyalahkan dirimu. It's ok. Dia akan mendapat hukumannya."

Perlahan Anna merenggangkan pelukannya. Lalu memilih untuk menyandarkan dirinya pada sofa yang tersedia di dalam kamar perawatan tersebut.

"Bagaimana menurut dokter, Mas?" tanya Anna setelah lebih tenang dari sebelumnya.

"Kalau sampai besok pagi belum sadar juga, dokter terpaksa akan memindahkan Zella ke ruangan khusus untuk mendapatkan perawatan lebih intensif lagi," sahut Ken.

"Mas," sapa Anna ragu ragu. Ken menyahut dengan deheman dan tatapannya yang dalam. Menunggu Anna melanjutkan kata katanya. Ken tahu, adiknya itu sedang menimbang untuk menyampaikan sesuatu padanya.

"Tante Sherly tadi malam menghubungi aku."

"Tante Sherly?" Menaikkan sudut alisnya. Rahangnya kembali mengetat beberapa detik setelahnya.

"Dia memintamu memaafkan bajingan itu?" tebak Ken sekenanya.
Anna menganggukkan kepalanya.
Tidak meleset sedikitpun tebakan Ken. Seolah semua sudah berada
didalam otaknya. Mata Ken memancarkan amarah yang membara, bagaikan si jago merah yang siap membakar apa pun yang ada disekitarnya.

"Jadi, dia telah mengetahui perbuatan biadab keponakannya?" tanya Ken.

"Heum." Menganggukkan kepalanya.

"Hari ini dia menuju Indonesia. Aku juga mengatakan bahwa aku sudah memutuskan untuk membatalkan pernikahan kami." Tampak kekecewaan, amarah, sekaligus kesedihan terpancar jelas di wajah Anna. Meskipun begitu, dia tidak akan pernah merubah keputusannya.
Tidak juga memaafkan perbuatan
Axel yang telah menorehkan luka
yang begitu dalam. Ken tahu jika adiknya sedang tidak baik baik saja. Tapi, tidak ada alasan untuk membuat adiknya berubah pikiran.

Dia tidak akan pernah membiarkan adik kesayangannya memiliki seorang
suami bersikap tak ubahnya binatang liar. Cukup istrinya yang mendapat kemalangan seperti ini, dia tidak ingin terjadi juga pada adik kandung satu satunya yang dia miliki.

"Hatiku hancur sekali, Mas." Anna menggelengkan kepalanya samar.
Tangannya memukuli dadanya sendiri. Berharap agar rasa sakit
yang sedang bermain main dihatinya segera berakhir. "Aku tidak pernah menyangka dia memiliki niat buruk. Apa aku hanya dia jadikan sebagai umpan agar dia bisa leluasa bertemu
dengan Kak Zella saat kami sudah resmi menikah? Begitu cintanya dia sama Kak Zela, sampai tega menyakiti perasaanku seperti ini?" Air mata Hana kembali berlinang. Sakit sekali hatinya. Sungguh, selama hidupnya, baru kali ini merasakan sakit yang luar biasa dari orang terdekatnya.

"Cintanya tidak tertuju dengan orang yang tepat, dan itu telah merubahnya menjadi obsesi yang menyesatkan, begitu pula dengan Olivia. Mereka berdua terlalu di kuasai oleh rasa ingin memiliki, hingga mereka melupakan perasaan orang orang yang tidak berdosa karena ulah mereka." Ken kemudian memeluk Anna, memberikan ketenangan untuk
adiknya yang baru saja patah hati
teramat dalam.

Sebenarnya bisa saja Ken tak menjebloskan Axel ke dalam penjara. Tapi, perbuatan Axel kali ini sungguh di luar batas dan telah menginjak injak harga diri Zella dan merusak
kehormatannya sebagai istri yang
baik. Masih dalam perasaan yang kacau dan tak menentu. Keduanya di
kejutkan dengan suara getaran yang berasal dari ranjang tempat Zella berbaring. Sontak pandangan keduanya beralih dan tertuju pada
sosok perempuan yang masih terbaring lemah dengan mata yang
terpejam.

"Zel, Zella. Kenapa, Sayang?" ucap Ken seraya memegangi tubuh Zella yang bergetar seperti orang yang sedang menggigil hebat.

"Kak Zella. Kak, sadar kak." Anna sangat panik.

"Panggil dokter, Anna," titah Ken
pada Anna. Tanpa mengulur waktu lagi, Anna berlari keluar dari dalam kamar perawatan Zella, dan langsung
menemui perawat jaga yang sedang bertugas disana.

"Suster. Suster ... tolong, tolong
kakak saya tubuhnya tiba tiba gemetar hebat," teriak Anna dengan
uraian air mata ketakutannya. Beberapa perawat yang ada di sana
segera menuju kamar rawat inap yang ditempati Zella dengan membawa beberapa peralatan kesehatan ditangannya.

"Maaf, bisa mundur sebentar," ucap salah satu perawat jaga begitu langkahnya terhenti tepat di
samping Ken.

"Tolong istri saya, tolong," Ken sangat frustasi melihat istri tercintanya.

REVENGEWhere stories live. Discover now