14). WILLIAM III

34 10 0
                                    

16 Tahun lalu-American School of Milan (2006)

.
.
.

"Kurasa kekasihku tidak akan ikut lagi akhir pekan nanti." Pangeran datang dengan membawa nampan makanannya.

Di Jam makan siang ini, tentu saja mereka semua akan menjadi penguasa kantin, dengan duduk disalah satu meja yang diberi tanda khusus dan dihak milik oleh mereka, tentu saja tidak akan yang berani duduk disana saat ketiga keturunan dari donatur sekolah berada di satu lingkaran yang sama.

Entah sejak kapan peraturan mengenai hak milik meja itu diresmikan, pada intinya ini akan tetap berlaku dan berakhir saat mereka semua lulus dari sana.

"Kita sudah sangat lama tidak bertemu dengan Yasmine, bagaimana kabarnya, apa dia baik-baik saja?" Ares memastikan.

"Dia bekerja keras untuk kuliahnya."

"Katakan padanya jangan terlalu keras, kesehatan nya lebih penting daripada pesawat pesawat itu." Albert memberi peringatan.

"Bahkan tanpa kau minta, aku sudah menyuruh kakak kesayangan mu itu untuk mementingkan kesehatannya."

Albert tertawa mendengarnya begitupun yang lainnya "Oke, aku minta maaf."

Jika teman-temannya bak hanyut dalam pembicaraan mereka mengenai Yasmine, lain halnya yang kini dilakukan William, laki-laki itu hanya mengulas senyum tipis saat semua orang dimeja makan membahas Yasmine, perempuan cantik yang menjadi rebutan antara Albert dan Pangeran, perempuan cantik yang mampu menerobos masuk kedalam Zona berbahaya yang terbentuk di lingkaran mereka.

Walaupun Albert menjaganya dengan sangat baik tapi tetap saja perempuan itu bisa masuk kedalam lingkaran kotor itu, entah bagaimana caranya Pangeran menarik Yasmine untuk masuk saat Albert lengah dan tidak menjaga miliknya dengan baik.

William mengaduk aduk pastanya, mencoba ikut tersenyum dan tertawa saat nama Yasmine terus menerus diucapkan, seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya tapi tak mampu ia suarakan, begitu banyak kekhawatiran yang tersirat digaris wajah tampannya.

"Lalu bagiamana dengan Arthur? Apa dia bisa membawa kekasihnya untuk pergi bersenang senang akhir pekan nanti?" Diego mengalihkan saat sadar kalau seseorang didepannya mulai tidak nyaman.

"Itu bukan masalah untukku, coba tanyakan saja pada Lion dan Arel." Arthur melempar ejekan kepada temannya yang lain.

"Jangan menyebut namaku." Sahut Lion kesal , laki-laki itu sedari tadi hanya diam dan fokus untuk menghabiskan makanannya, ia lapar dan tidak ingin tahu apa yang kini dibicarakan oleh temannya. Ia bahkan memasang headset ditelinga nya agar tak mendengar sekumpulan bajingan berbicara didekatnya, namun Diego menariknya.

Lionel Richie jika bisa dibilang laki-laki itu sama dengan Key, sepertinya Key bisa dijadikan panutan dalam lingkaran mereka, Lionel adalah manusia dengan emosional paling tidak stabil diantara yang lain, namun Key berhasil membuat nya berfikir sebelum emosi, dan mementingkan dampak dan tindakan yang ia ambil. Disisi lain Lionel adalah manusia yang paling setia dalam pertemanan, namun sepertinya tidak lagi jika ia dikhianati.

"Aku tidak tahu apakah aku akan datang atau tidak."

Helaan nafas kesal mulai terdengar dari mereka semua saat Andreal Anakin mengatakan kalimat tak menentu seperti itu, laki-laki yang tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek itu adalah adik dari salah satu musuh bebuyutan William, namun entah bagaimana Arek juga membenci kakaknya sendiri.

Sama seperti Key, Arel juga orang yang mampu menjaga emosi nya, dia bukan tipikal orang yang meledak ledak, dia adalah salah satu dari taman temannya yang sangat menghindari perkelahian bahkan jika ia sudah tersulut emosi sekalipun.

Giocare Per Amore E MorteWhere stories live. Discover now