21). WILLIAM X

16 7 0
                                    

16 Tahun lalu—Milan, Italia (2006)

.
.
.

Detakan jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan seorang laki-laki yang saat ini menatap sunyi keluar kaca mobil memggema pelan, namun mampu meracuni pikirannya.

Ting

Laki-laki itu tersadar saat mendengar sesuatu berbunyi dibalik saku celananya, dengan cepat ia langsung mengeluarkan benda itu dari sakunya.

"Bisa kau datang ke Penthouse setelah ini? Aku tidak mungkin meninggalkan mereka dalam keadaan mabuk."

Terdengar helaan nafas kesal keluar dari sela bibirnya saat notifikasi pesan Lion terlihat, mau tak mau dia harus membalas pesan dari temannya itu.

Aku harus mengurus sesuatu sekarang. Tetap disana.

Aku ingin memastikan keadaan View, biarkan aku pergi.

Kau bisa menemui nya besok pagi

Sat!

"Eugh.."

Atensi William beralih saat suara lenguhan terdengar memasuki indra pendengarannya. William menoleh kesisi kanannya, dimana ada Lendrina yang baru saja sadar.

"Kau mau minum?" Tawar laki-laki itu seraya menarik sebotol air mineral yang ada didekat mereka, tak lupa membukakan nya juga.

"Kenapa aku bisa bersama mu?"

"Kau pingsan."

"Pingsan?"

William mengangguk dan menarik tangan Na, memberikan air mineral yang tadi ia bukakan untuk sang gadis "Tenangkan dirimu." Setelah mengatakannya laki-laki itu memalingkan lagi wajahnya kearah kaca mobil, menikmati sunyi dan keindahan malam yang samai untuk dirinya, tak peduli jika saat ini ada gadis yang ia dambakan, William tetap lebih tertarik pada ketenangan.

Hanya kekosongan yang kini menjadi situasi keduanya, tidak ada pembicaraan apapun yang dimulai untuk mencairkan suasana, saat ini bahkan Lendrina sedang berfikir bagaimana bisa laki-laki disampingnya kini bisa sangat berbeda.

Kenyataannya, alasan William diam karena dia sedang bergelut dengan pikirannya sendiri, ia mencoba mengalihkannya saat siang dengan cara melakukan banyak hal, sedangkan saat malam ia tidak bisa melakukan apapun kecuali menepis semua pikiran buruk, ditambah lagi ada sesuatu yang benar-benar mengganjal untuk nya beberapa hari terakhir.

"Kemana kita akan pergi?" Lendrina membuka suara.

"Penthouse ku." Laki-laki itu masih belum mengalihkan pandangannya.

"Tapi aku ingin pulang."

"Sudah sangat larut, Letramon menyuruhku untuk tidak membawamu pulang."

"Kau mengenal kakakku?"

"Bahkan, Ayahmu." Lendrina memejamkan matanya mendengar itu, ia ingin heran namun pada kenyataannya Lendrina sudah mengetahui jika William mengenal hampir seluru anggota keluarganya, namun Na harus tetap pada pendiriannya untuk tidak membuat laki-laki ini semakin tertarik padanya, laki-laki yang selalu datang dan mengganggu dengan pertanyaan ‘Hei, siapa namamu?’

William mengejarnya setiap hari, benar-benar mencoba segala cara agar dirinya dapat dilihat.

"Jadi ini rencana mu?"

Giocare Per Amore E Morteحيث تعيش القصص. اكتشف الآن