48). WILLIAM XXXVIII x ALKEYGOVI [4/8]

7 4 0
                                    

16 Tahun lalu — Roma, Italia (2006)

.
.
.

10:15

Kelvin mengeratkan tangannya pada pembatasan balkon saat matanya menangkap pemandangan tidak menyenangkan ditaman, benar-benar kesialan bagi Kelvin karena memilih kamar yang memiliki balkon dengan suguhan pemandangan taman belakang Villa.

Jika saja dia bisa melihat pemandangan indah dari tari Fandango mungkin dirinya akan sangat bersyukur, tapi kini yang terjadi didepan matanya adalah Albert dan Queen yang sedang bermain kejar-kejaran, mereka sangat bahagia namun kebahagiaan itu terjadi diatas sakit hati Kelvin.

Kelvin baru saja berbaikan dengan William dua jam lalu, suasana hatinya baru membaik tapi langsung di rusak lagi oleh pasangan itu.

"Albert hanya anak dari pemilik The Galaxy, apa yang kau lihat darinya." Kelvin berdecih "Ah, sepertinya pergi ke Roma bukan ide yang bagus, aku tidak akan kesini untuk kedua kalinya!"

Lilac mengusap punggung Kelvin yang saat ini menangis dikamarnya, diluar sana ada William yang berkali-kali mengetuk pintu untuk bisa berbicara pada mereka berdua, tidak perlu ditanyakan kemana perginya Arthur, semua orang sudah berada di meja makan kecuali mereka bertiga.

Ini sudah tepat pukul delapan pagi, harusnya mereka sudah bercanda tawa bersama alih alih harus bertengkar seperti ini.

"Biarkan dia bicara dulu.." Lilac mengelap air mata Kelvin yang terus menetes karena rasa sakit hatinya seakan menyerang seluruh organ tubuh nya saat ini.

"Kelvin, kita masih perlu bicara..." William menggedor pintu dengan cukup kuat sekarang.

Kelvin semakin terisak, laki-laki itu beralih memeluk Lilac erat, melupakan semua rasa penat nya dipelukan gadis itu, dan Lilac tidak bisa melakukan apapun selain mengucap kata kata penenang.

"Tidak ada yang ingin seperti ini.." Lilac mencoba memberi pengertian "Ini sudah terjadi, dia juga tidak bisa melakukan apapun sekarang."

"Aku lelah, sungguh." Kata Kelvin disela-sela tangisannya, dia menyembunyikan wajahnya di leher Lilac, menangis sepuas-puasnya disana, Kelvin tidak memiliki gengsi tinggi, jika dia memang merasa lelah, dan sakit hati dia akan langsung melupakannya, dia akan menangis jika dia mau, dan akan marah juga jika dia mau.

"Vin.." Lilac mendorong pundak Kelvin agar laki-laki itu melepaskan pelukannya, gadis cantik dengan bibir tipis yang dipoles lipstik berwarna merah muda itu tersenyum saat ia menangkup pipi Kelvin seraya mengusap air mata laki-laki yang kini menangis layaknya bayi "Ini sudah terjadi dan William hanya bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat, dan itu memang seharusnya dia lakukan. View perempuan, dia perlu dia akui—"

"Tapi kita bahkan tidak tahu siapa dia."

"Siapa dia atau siapa keluarganya bukanlah inti dari masalahnya.." Lilac menggenggam tangan Kelvin dan menepuk nepuknya beberapa kali untuk memberi isyarat "Bagiamana jika aku yang ada di posisi View sekarang? Apa kau akan menyuruh William mengugurkan—"

"Gila! Aku tidak—"

"Kalau begitu lakukan hal yang sama pada View, dia perempuan dan aku juga perempuan.. jangan melihatnya dari keturunan siapa dia." Kelvin mungkin terlihat biasa saja dan bisa berteman dengan siapapun, tapi jika benar-benar dilihat siapa saja yang ada dalam lingkaran pertemanan nya mungkin orang orang tidak akan berfikir demikian.

Kelvin adalah keturunan bangsawan, keluarga Wijnapan adalah yang paling berpengaruh di Bangkok, hingga pernikahan Krist dan Dhaza semakin memperkuat koneksi dua keluarga itu, Wijanpan dan Cassano memiliki koneksi paling berpengaruh dibeberapa belahan bumi, jadi sangat tidak mungkin jika Kelvin akan berteman dengan sembarangan orang, bahkan sebelum mengajak Lilac berteman, dia dan William harus berdebat dulu, karena Kelvin tidak ingin salah pilih teman, jadi mereka berdua bertanya pada guru untuk bisa mengetahui marga gadis itu.

Dan, keluarga Lactof adalah salah satu pebisnis yang bergerak dibidang teknologi jadi mereka akan cukup berpengaruh pada kemajuan Italia.

Semakin dewasa Kelvin juga semakin memfilter pertemanan mereka, menarik hanya orang-orang tertentu saja yang bisa berbicara dan berteman dengan mereka, semua orang yang ada di lingkaran mereka saat ini adalah orang-orang yang memasuki tingkat cukup untuk memenuhi standar Kelvin untuk dijadikan teman.

"Temui dia.."

Kelvin menghela nafasnya, mencoba menenangkan dirinya sebelum menghadapi William. Laki-laki itu perlahan mengangguk, bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu, ia membuka kunci pintu dan membukakan pintu itu untuk seseorang yang sejak jadi mengemis agar di bukakan pintu, dan laki-laki itu nampak kacau sekarang.

"Vin.." William memeluk Kelvin erat saat laki-laki itu mau membukanya pintu, tangisnya pecah disana, Lilac juga berlari untuk ikut berpelukan.

"Kalian cengeng!" Lilac mengejek.

Kelvin memejamkan matanya erat, laki-laki itu menarik tirai setelah ia menutup pintu kaca balkon, laki-laki itu bergerak menuju kursi goyang, mendudukkan dirinya disana, berharap bisa terlelap saat dirinya memejamkan mata.

"Barang-barang kemungkinan akan dikirim ke Roma hari minggu tuan." Kelvin membuka matanya saat perkataan asisten pribadi kakek nya melintas di kepala.

Kelvin bangkit dari kursi goyang yang baru ia duduki beberapa detik lalu, laki-laki itu mengencangkan tali bathrobe nya saat menuju kearah nakas, mengambil sebuah telfon Analog vintage yang ada disana, Kelvin mengambil telfon Analog itu, membawanya menuju ranjang seraya memencet tombol supir yang bertugas hari ini.

Tak butuh waktu lama untuk mereka mengangkat telfon walaupun nomor asing yang masuk.

"Ini aku, Kelvin." Kelvin memulai pembicaraan.

"Selamat pagi tuan muda.."

"Dimana kau mengantar barang hari ini?" Kelvin langsung pada intinya.

"Kami menuju Roma tuan, dan kemungkinan akan sampai siang nanti."

Kelvin berdehem "Aku dengar.. istrimu sedang mengandung mero, dan putra sedang dirawat.. bagaimana keadaan mereka sekarang?"

"A,ah.. putraku masih dirawat dirumah tuan, dan istriku merawatnya secara mandiri."

Sudah sangat jelas jika beberapa orang orang yang bekerja dengan keluarga Wijnapan tidak mendapatkan perawatan medis pribadi, walaupun mereka memiliki rumah sakit dan farmasi terbesar didua negara itu tidak akan menjamin jika semua karyawan mendapatkan hak yang sama.

"Kenapa kau tidak membawanya kerumah sakit keluarga ku?"

"Aku masih mengumpulkan uang untuk membawanya kerumah sakit tuan, kenapa tuan bertanya?"

Sejujurnya Kelvin juga enggan bertanya masalah hidup orang lain, jika saja ini bukan karena imajinasi gila dikepalanya mungkin dia masih duduk tenang di kursi goyang tanpa harus terbebani dengan rasa sakit hatinya.

"Aku akan memberimu perkejaan tambahan."

"Pekerjaan tambahan?"

"Ada berapa mobil yang dikirim ke Roma hari ini?"

"Oh sekitar sepuluh truck, tuan."

"Bagus, kirim dua ke Villa keluarga Chaud setelah pekerjaan kalian selesai, aku ada disana."

"T,tapi tuan.."

"Aku akan membiayai putra mu hingga sembuh, dan menanggung biaya persalinan istrimu, kau yakin tidak ingin pekerjaan ini?"

"B,baik tuan, aku akan datang."

"Bagus, kabari aku segera." Kelvin memutus sambungan telepon dengan senyuman terang diwajahnya, laki-laki itu tertawa sekarang, dia tertawa saat menyadari bahwa imajinasi gila nya akan menjadi kenyataan sekarang, Kelvin tidak perduli apapun lagi sekarang, sekalipun nanti nya dia akan di cap buruk karena obsesinya pada Queen.

Dia benar-benar tidak perduli.

"Jika aku tidak bisa memilikinya.. itu berarti kau juga tidak, Albert."

.
.
.

To Be Continued..

Giocare Per Amore E MorteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang