15). WILLIAM IV

37 10 0
                                    

16 Tahun lalu—American School of Milan (2006)
.
.
.

Seorang laki-laki dengan polos Shirt berwarna putih yang dipadukan dengan celana kain berwarna cream dan sepatu pantofel hitam yang nampak mengkilat itu akhirnya bisa menghela nafas lega.

Ia baru saja selesai mengerjakan beberapa tugas yang harusnya selesai di jam pelajaran pertama tadi, namun karena satu dan lain hal akhirnya ia harus berkahir di perpustakaan untuk mengerjakan.

Tentu saja laki-laki itu adalah William.

Ia harus bertemu kepala sekolah dan beberapa guru pembimbing pagi tadi.

Itu yang menyebabkannya harus mengambil izin untuk tidak mengikuti pelajaran pertama.

Walaupun tanpa izin pun gurunya pasti sudah tahu.

William mengangkat tangan kirinya tak jauh dari dadanya untuk melihat sebuah rolex melingkar apik disana.

Sudah waktunya makan siang.

Ponsel miliknya pun sudah berkali-kali berbunyi dan ia yakin itu adalah ulah teman-temannya yang sudah menunggu dikantin.

Mau tak mau ia segera membereskan semua buku-bukunya, untuk pergi dari sana, bukan karena lapar tapi, ingin segera bertemu teman temannya. Entah kenapa, itu seperti mengisi daya nya.

Namun langkah kakinya seketika tertahan saat seorang gadis melewatinya begitu saja, tepat disebelahnya.

Lengan mereka bahkan bersentuhan, William bisa merasakan itu.

Ia sesegera mungkin berbalik kearah gadis yang baru saja melewatinya dan meninggalkan aroma susu yang melekat di indra penciumannya.

Gadis cantik dengan Polo Shirt berwarna putih dan Mini Skrit senada itu benar-benar terlihat sangat anggun apalagi dengan lengan cardigan yang melingkar pada sekitaran dadanya, tak lupa juga rambut panjangnya yang di kuncir kuda itu menambah kesan manis dan sexy saat lehernya sedikit terekpose.

Benar-benar menarik perhatian nya.

"Aku bersumpah mendapatkan mu." Gumamnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Lendrina yang mulai memilih milih buku untuk ia baca.

Ia menaruh kembali buku-bukunya dimeja dan bergegas mendatangi Lendrina.

"Ingin menanyakan namaku lagi?"

William sedikit terkejut saat Lendrina langsung sadar kalau ini adalah dirinya, padahal gadis itu tidak menoleh sama sekali untuk memastikan siapa laki-laki yang berdiri disampingnya kini. Ia terus saja fokus pada rak rak buku yang ada dihadapan mereka.

"Tidak." William terkekeh "Ini kali pertama aku melihat mu mengunjungi perpustakaan."

"Aku selalu datang kesini."

"Benarkah? Aku tidak pernah melihatmu sebelum nya."

"Apa kau benar-benar harus tau kapan aku akan pergi ke perpustakaan?"

"Aku tidak pernah mencium aroma susu disini sebelumnya."

Lendrina mennggeleng heran dan melengos pergi darisana, tapi William yang pantang menyerah terus saja mengikuti Lendrina kemanapun gadis itu pergi.

"Apa kau harus menghapal seluruh aroma parfum gadis-gadis disekolah ini."

"Tidak, hanya aroma parfum mu." Laki-laki itu tersenyum, dan ini adalah kali pertama ia tersenyum sebahagia ini karena berhasil berbicara dengan gadis yang menjadi target nya selama hampir satu tahun.

"Bagaimana bisa player seperti mu menggunakan cara yang klasik seperti ini."

"Sungguh, Ini bukan trik ku untuk menggoda seseorang."

Giocare Per Amore E MorteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang