20). WILLIAM IX

40 8 0
                                    

16 Tahun lalu—Dubai Club (2006)

.
.
.

"Pada akhirnya kau tetap memenuhi undangan ku kan?"

Jam menunjukkan tepat pukul satu malam, hingga membuat suasana bar semakin lenggang, lampu-lampu semakin redup dan wajah wajah yang penuh tanya seolah semakin membuat situasi suram.

"Aku datang untuk kakak ku." Lendrina menatap tajam laki-laki yang saat berjalan mendekat kearahnya bersama Arneo dan Krist.

William tersenyum "Apa kekasihmu benar-benar pergi ke Amerika?" Permainan benar-benar semakin menegangkan hari ini.

"Kau yang menyuruh kakaku untuk menelfon ku?"

Laki-laki berambut hitam legam itu menggedikkan bahu nya "Mungkin?"

"Apa mau mu sebenar—"

"Menunjukkan warna asli kekasihmu." Sahut Sea, laki-laki itu bersandar santai dimeja bartender seraya memainkan sebuah kunci duplikat di jari-jarinya.

"Kekasihku tidak ada disini!"

"Dia disini." Luzie menyahut dengan suara bergetar, menahan mati-matian emosi nya yang memuncak sedari tadi, berhadapan dengan David malam ini benar-benar membuat dirinya hilang akal.

"Mia? Kak?"

"Dia disini, bersama gadis lain."

"Tenangkan dirimu." Ares merangkul Luzie dan memaksa nya untuk menjauh dari sana sebelum semua semakin tidak terkontrol.

"Sea? Bisa antarkan kami ke kamarnya?" William menoleh kearah Sea, dan ia mengangguk tapi Sea lebih memilih menghabiskan anggurnya terlebih dahulu.

"Seguimi. Ikuti Aku." Sea berjalan lebih dulu, berjalan kearah lorong yang lebih minim pencahayaan dari tempat mereka saat ini.

"Ladies First." William mempersilahkan.

Ada rasa takut, ragu, bingung dan marah secara bersamaan yang menguar dari diri Lendrina. Ia takut dengan apa yang ingin ditujukan pada laki-laki itu padanya, dia ragu untuk percaya pada mereka semua, namun kakak perempuan nya ada disini sekarang, membuatnya bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, dan marah karena dia tidak benar-benar paham akan situasi saat ini. Lendrina menghela nafasnya dalam dan mulai melangkahkan kakinya mengikuti Sea.  Disusul oleh William dibelakangnya

"Kalian ingin menunggu disini? Atau menonton pertunjukkan nya?" Krist menatap satu persatu teman nya yang masih duduk di sofa dengan gelas dan botol meminum mereka tanpa ada niat untuk beranjak.

"Aku akan menontonnya." Kelvin nampaknya lebih antusias, laki-laki itu bangkit dari duduk nya, begitu juga dengan Diego dan Key.

"Ah, kita memang satu hati!" Kelvin merangkul kedua temannya lalu mereka menyusul Sea, dan setelah itu, Lion, Arel, Arthur dan Deyara juga ikut menyusul, hingga kini tersisa Pangeran, Albert, Ares dan Luzie.

Pangeran dan Albert bertatapan satu sama lain, keduanya seakan tenggelam di lautan fakta, permainan William kali ini lebih menggunakan logika sehingga ia sangat terlihat unggul, bahkan dirinya tak terlihat layaknya seorang bajingan kini.

"Stiamo andando? Apa kita akan pergi?" Tanya Pangeran ragu. Albert mengangguk. Ia menepuk punggung Pangeran lalu menarik menarik laki-laki itu untuk bangkit dan ikut bersamanya, mereka berdua melangkahkan kakinya untuk melihat apa yang sebenernya akan dilakukan William malam ini.

"Bagaimana kalian? Apa kalian akan tetap disini?" Arneo menoleh kearah Ares diujung sana, laki-laki itu masih mencoba menenangkan kekasihnya.

"Kami akan menyusul."

Giocare Per Amore E MorteOnde histórias criam vida. Descubra agora