34). WILLIAM XXIV

10 3 8
                                    

16 Tahun lalu—Milan, Italia (2006)

.
.
.

Langkah kaki Kolo dengan cepat melangkah masuk kedalam rumah sakit bersama Krist, Arneo dan juga Caldo, mungkin rasa cemas lebih terlihat diraut wajah paman paman muda itu di bandingkan Kolo sang Ayah, tapi sebenarnya jauh didalam hati pria itu ia juga menyimpan rasa khawatir yang begitu besar pada putranya.

Kolo sudah pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan seorang anak, dia tidak ingin merasakannya lagi.

"Dimana putraku?" Semua orang yang duduk di kursi tunggu berdiri saat kedatangan Ayah dan paman teman mereka.

"D, dokter masih menanganinya.. paman.." Kelvin menjawab.

"Bagaimana ini bisa terjadi!"

"Kami tidak tahu pasti bagaimana itu terjadi, paman." Albert membantu untuk menjawab, Karena Kelvin pun sudah tidak bisa lagi untuk berbicara, rasa takut begitu mendominasi dirinya saat ini "Kami tidak berada dimeja yang sama."

"Kak bahkan jika mereka tidak berada di meja yang sama, aku yakin putramu bisa menjaga dirinya sendiri, dia tahu kalau dia punya alergi kan." Krist berbisik untuk berbicara dengan Kolo, walaupun masih bisa terdengar orang lain.

"Seseorang memaksanya untuk makan, paman." Sahut Kelvin.

"H,hah?" Kaget Krist "Memaksa keponakan ku untuk makan, siapa yang melakukannya?!"

"Tapi William tidak sebodoh itu untuk menurut, Krist!" Caldo tak percaya.

"Dia sudah menolak namun, seseorang berkata.. tidak baik untuk memilih milih makanan—"

"Bisakah kau berhenti menyudutkan nya!" Sahut Lilac tak terima saat Kelvin terus menerus menyudutkan Lendrina.

"Jika bukan karena dia! William tidak mungkin berakhir dirumah sakit untuk kedua kalinya!"

"Tapi ini bukan kesengajaan!"

"TANYAKAN PADA TEMANMU APAKAH BENAR INI KESENGAJAAN ATAU TIDAK!"

"BERHENTI BERTENGKAR!" Keduanya terdiam saat kedatangan Luke, laki-laki itu tidak datang dari dalam ruangan, namun dari arah lain dan bermaksud untuk masuk dan membantu dokter lain yang ada didalam "Berhenti membuat kekacauan, ini rumah sakit."

"Jalang ini memulai lebih dulu." Sarkas Kelvin dan melangkahkan kakinya pergi dari sana, tentu saja diikuti oleh beberapa teman-temannya hingga hanya tersisa Key dan Albert saja disana.

Luke menghela nafasnya berat, meladeni para anak-anak yang sedang emosi memang tidak ada gunanya. Laki-laki itu mengelap wajahnya kasar dan berbalik hendak masuk kedalam ruang penanganan.

"Luke, apa yang terjadi." Kolo menahan langkah kakinya lalu berbalik kembali untuk menatap Kolo "Putramu.. kritis paman, aku juga harus mengambil tindakan sebagai dokter pribadinya." Luke memberi tahu "Tapi tenang saja, Armos sudah mengambil tindakan yang tepat dan cepat sejak putramu sampai." Luke tersenyum untuk meyakinkan dan berbalik untuk masuk kedalam dan ikut menangani William.

"KAK!" Arneo dan Krist langsung memegangi Kolo yang nampak tidak seimbang lagi dalam menumpu tubuhnya nya, dia mulai merasakan sesak di dadanya. Kolo tidak ingin kehilangan anaknya lagi, itu menyakitkan.

Kolo melepaskan tangan nya dari saudara saudaranya dan berjalan kearah seorang gadis yang duduk bersama beberapa gadis lainnya, dia menangis dan gadis lain menenangkan nya.

Kolo bisa menebak siapa orang yang memaksa putranya untuk makan dari pembicaraan Kelvin dan Lilac tadi, sangat mudah ditebak, Ia berlutut dihadapan gadis itu, menepikan anakan rambut Lendrina dan mengusap air matanya, hal ini tidak lagi membuat saudara saudara nya merasa kaget, setelah tahu kalau Lendrina adalah putri Letram, mereka faham kenapa Kolo bisa melelehkan hatinya untuk berbicara dan bersikap pada gadis itu.

"Kau tidak sengaja melakukannya kan?" Lirih Kolo "Benarkan?"

"Paman.." Gumam Na takut.

Kolo mengangguk lalu memeluk Lendrina, menenangkan gadis itu walaupun tahu jika dia melakukan kesalahan fatal yang bisa saja merenggut nyawa putranya.

"Aku minta maaf.."

Kolo mengusap rambut gadis itu lembut, air matanya menetes, bukan hanya karena takut putra nya saat ini kritis, tapi karena Lendrina, suaranya begitu menyentuh hingga membuat raganya kembali ke masalalu. Dia sangat mirip dengan ibunya, dia seperti duplikat dari ibunya, walaupun memiliki sifat yang berbeda, bahkan saat menatap mata hazel nya membuat Kolo kembali melihat cinta nya di masa lalu.

Hingga tanpa disadari kini seseorang yang datang, tangannya mengepal, matanya memanas melihat apa yang ada didepannya, dan Krist menyadari itu.

"Menjauh dari putriku—"

"LETRAM!" Caldo dan Krist menahan Letram sebelum pria itu menarik Kolo menjauh dari Lendrina "Cukup sampai disini." Tegas Caldo, dia tahu arti tatapan itu, tatapan marah juga kebencian yang tersirat jelas, semua orang tahu seberapa bencinya Letram pada Kolo.

"Aku tidak akan membiarkan dia menyentuh putriku, Caldo!"

"Know your place." Ingatkan Krist.

"She's my daughter." Kata Letram penuh dengan penekanan.

"Berhenti untuk menautkan masalah belasan tahun lalu dengan apa yang terjadi dimasa sekarang." Arneo ikut bersuara "Keponakan kita kritis didalam sana." Neo menoleh pada kedua kakaknya lalu beralih menatap Letram "Dan itu ulah putrimu."

"Dan, jika harus kami ingatkan." Krist menggantungkan ucapannya "Keponakan ku juga korban keegoisan kalian berdua."

"Kakakmu yang memulai—"

"Tidak perduli siapa yang memulai semua ini, aku tidak perduli, tapi pada intinya kalian berdua sama, tidak ada yang lebih baik, bahkan lebih buruk."

"Cukup." Caldo menengahi "Tidak ada gunanya untuk kembali membahas masalah itu, kita keluarga, kita semua keluarga." Caldo mengingatkan "Dan kau juga bagian dari kami sejak saat itu Letram, jangan terus membakar sumbu nya, aku tidak ingin kita berada di situasi layaknya perang saudara."

"Sangat menyebalkan, masalah ini bahkan terjadi sebelum aku lahir, kenapa aku terlibat." Gerutu Arneo dan sesegera mungkin memisahkan diri dari kakak kakaknya, pergi dari sana untuk menenangkan diri alih-alih harus ikut berdebat untuk masalah yang tak kunjung ada titik terang hingga saat ini.

"ZEUS!"

Krist dan Caldo mungkin berhasil memadamkan api yang sebenarnya memang tidak ingin membakar orang lain, tapi untuk api yang benar benar marah mereka tidak akan bisa menanganinya.
Krist menghela nafasnya panjang saat melihat mantan kakak iparnya datang dan ada Arneo yang mengejarnya, mungkin laki-laki muda itu bermaksud untuk menahannya walaupun percuma.

"Kak tenangkan dirimu!" Arneo mencoba segala cara walaupun tidak membuahkan hasil.

Krist tidak mampu lagi jika harus memadamkan api nya begitu juga Caldo, api Itu semakin lama semakin membesar, merah dan siap untuk melahap mangsanya.

Kolo bangkit saat sadar kalau, ibu dari putranya ada disini, ia mengelap air mata yang sedari tadi menetes, lalu berbalik untuk menunggu mantan istrinya melakukan sesuatu yang sudah bisa ia tebak—

'PLAKK'

Tepat, Slap.

.
.
.

To Be Continued..

Giocare Per Amore E MorteTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon