18). WILLIAM VII

32 9 0
                                    

16 Tahun lalu—Dubai Club (2006)

.
.
.

"Berbicara mengenai taruhan ini, dimana kalian akan berpihak?" Diego menatap satu persatu tamu mereka malam ini, dan mungkin akan menjadi tamu mereka lagi di minggu depan.

"Apa kau sungguh menanyakan nya?" Luke terkekeh geli.

"Aku sudah menebak nya, kalian tidak mungkin menjadi penantang." Arel menghela nafas kesal.

"Kami datang karena merasa tertantang dengan taruhan itu." Sea tersenyum penuh arti.

"Kau akan kalah, percaya pada ku." Sahut Kelvin angkuh.

"Bagaimana bisa kau sangat percaya diri?" David tersenyum setelah meneguk minuman botol yang ada ditangannya.

"Kau bahkan tidak tahu apa yang sedang kita mainkan, David."

"Aku tidak perlu dan tidak ingin tahu, lebih baik menikmati permainannya selagi menunggu hari kemenangan." David memainkan alisnya sebelum ia meneguk kembali minumannya.

"Sungguh, kau bukan orang yang sama seperti apa yang kami dengar disekolah." Lion terkekeh saat sifat David memang 180° sangat berbeda dengan apa yang di bicarakan siswa sekolah mereka.

"Benar." Sahut Luzie "David yang kukenal tidak seperti ini, dia setia pada adik ku."

Terdengar tawa dari David dan yang teman temannya, seperti ada permainan didalam permainan saat ini, tapi tidak ada yang benar-benar bisa membaca situasi kecuali para pihak tertantang.

"Disini, tempat kami menjadi diri sendiri." David membuat smirik diwajahnya.

"Kalian dilarang untuk datang kesini, itu karena terlalu banyak hal yang tidak harus kalian ketahui." Krist menyahuti "salah satunya adalah bagaimana warna asli laki-laki ini."

"Pantas saja William menyebut mu bajingan berkali-kali." Albert menggaruk kepalanya gusar.

"Kenyataan nya memang dia adalah bajingan." Arneo tertawa saat mengatakannya.

"Aku akan mengadukan mu pada kekasihmu nanti—" Sinis David.

"DAVID!"

David memejamkan matanya erat saat laki-laki itu mendengar suara yang sangat familiar meneriakkan namanya, dan semua orang pun mulai menoleh ke sumber suara, dimana ada seorang gadis yang memaksa masuk kedalam bar walaupun puluhan bodyguard menahannya.

"Kau dalam masalah sekarang." Luke menepuk pundak teman nya seraya melemparkan tatapan mengejek, begitupun temannya yang lain.

"Selesai kan pekerjaan mu." William mendorong David agar bangkit dari sana untuk mendatangi gadis yang meneriaki namanya tadi.

"Siapa gadis itu?" Arel penasaran.

"Pacarnya." Arneo menjawab santai.

"Berapa banyak gadis yang dia simpan sebenarnya." Key menggeleng frustasi.

"Lebih dari apa yang kau kira." William terkekeh seraya menuangkan minumannya kedalam gelas milik Deyara yang sudah kosong.

Giocare Per Amore E MorteМесто, где живут истории. Откройте их для себя