29). WILLIAM XIX

8 6 0
                                    

16 Tahun lalu-Mansion Cassano (2006)

.
.
.

Moment langkah bagi siapapun yang bisa melihat William tersenyum sebahagia ini diatas kursi roda, senyum itu tak pudar sejak ia turun dari mobil dan naik di kursi roda dan hal tersebut karena Kolo yang mengurusnya, pria itu menjemputnya pulang bahkan mendorong kursi rodanya sekarang.

"Ayah mungkin akan pergi lagi setelah makan malam, jadi jika perlu sesuatu katakan pada paman paman mu..."

"Banyak yang akan menjaga ku, Ayah tidak perlu khawatir."

'oek'

Atensi kedua manusia itu teralihkan saat mendengar suara tangisan bayi setelah mereka masuk kedalam rumah, dan hal tersebut membuat Kolo meninggal William untuk berlari keruang tengah, menyuruh bodyguardnya untuk mengambil alih kursi roda putranya.

Sesampainya diruang tengah dapat mereka semua lihat Kolo mengambil seorang bayi berusia tujuh bulan dari gendongan Krist, ternyata tidak hanya ada Krist, tapi ada Paman tertua William disana, Caldo memegang mainan untuk menarik atensi si bayi agar berhenti menangis.

Caldo Adelard Cassano adalah anak tertua dikeluarga ini, pria itu sebenarnya cukup tegas dan sangat pandai untuk menjadi pemain licin, dibandingkan Kolo sebenarnya Caldo lebih terlihat dominan, namun pria itu menolak untuk meneruskan bisnis Ayahnya, sama seperti Arneo dan adik perempuan mereka, sesungguhnya mereka bertiga lebih sayang nyawa daripada uang yang mereka miliki.

Tapi prinsip ini akan berubah jika mereka kehilangan uang.

"Kenapa kalian tidak becus menjaganya!" Kesal Kolo yang sedang mencoba menenangkan Mikha.

"Kak, Putra ku berkelahi mereka saling memukul, aku juga harus mengurus mereka." Protes Krist, dia sudah cukup depresi menjadi seorang singel parent, ditambah lagi harus menjaga bayi yang di adopsi oleh sang kakak, dan harus mengurus pekerjaan, Ingin sekali Krist lompat dari lantai 70 rumahnya dan menyusul sang istri ke surga.

"Kau memang tidak bisa mengurus anak." Sengit Kolo, dan hal itu membuat Krist bungkam, jujur saja dia berani jika harus diminta menginjak injak dan mencekik Caldo daripada diminta untuk berurusan dengan Kolo, pria itu sudah sangat keras sejak mereka kecil jadi itu sedikit meninggalkan bekas dan trauma bagi Krist bahkan Arneo.

"Cukup! Dia menangis!" Caldo melerai saat tangisan Mikha semakin kencang karena suara keras dari Kolo dan Krist.

"Apa yang terjadi sebelumnya, kenapa dia bisa menangis?" Kolo menatap sinis sang Kakak.

"Dia menangis sepanjang hari, dan berhenti saat tidur, lalu kembali menangis saat bangun." Caldo memberi penjelasan sembari menatap kesal pada adiknya, pria itu melempar asal mainan yang ada ditangannya lalu pergi dari sana "Istirahat di kamarmu." Caldo mengusap singkat kepala William saat melewati laki-laki itu, dan pastinya diikuti beberapa bodyguard, Caldo pasti ingin minum teh di taman belakang bersama Ayahnya.

"Biarkan dia bersamaku." William menawarkan diri, karena biasanya Mikha akan lebih tenang saat bersamanya.

"Tidak!" Kolo dan Krist bersamaan, sama-sama pula melemparkan tatapan tajam "Kau harus beristirahat." Peringat Krist, laki-laki itu menatap empat bodyguard keponakannya dengan kesal

"Bawa dia masuk, Steve!"

Steve tak beranjak dari tempatnya, dia dan ketiga temannya menunduk, tak berani melakukan tindakan apapun karena itu bukan perintah dari William "Dia hanya mengikuti perintah ku kalau Paman lupa." Laki-laki itu mengulas senyum mengejek hingga membuat Krist berdecak kesal.

"Biarkan dia bersamaku Ayah, jika menangis seperti itu terus dia akan sakit."

Kolo dan Krist saling bertatapan, memberi kode satu sama lain hingga satu diantar mereka mengangguk, Kolo menghela nafasnya berat, berjalan mendekat kearah putranya dan menempelkan Mikha pada tubuh putranya.

"Hai, Champ." Hanya satu kata saat tubuh mungil yang menempel pada dada bidangnya sudah bisa membuat Mikha berhenti menangis, bahkan bayi itu sudah terlihat lebih tenang ditambah lagi ia langsung menyembunyikan wajahnya didada sang paman.

"Seharusnya kita semua tahu kalau kuncinya ada pada, William." Sahut Arneo yang berjalan santai seraya memainkan kunci mobil di jari-jemarinya, laki-laki itu pasti pulang untuk mengganti mobil saja.

Kolo mengehela nafas saat melihat kedatangan sang adik setelah menolak semua panggilan telfonnya "Kemari kau.."

"Tidak!" Arneo mundur selangkah, laki-laki itu mengurungkan niatnya untuk mendekat pada kakak-kakak nya.

"Kemari!"

"Tidak! Kau akan mencekik ku, aku tidak mau!"

"Benar! Tapi sekarang aku juga ingin menginjak kepala mu!" Kolo langsung mengejar adiknya hingga membuat Arneo menjerit dan berlari menuju taman belakang untuk mencari perlindungan.

"Dimana kau sembunyikan adik ku, Neo!"

"THON TIDAK BERSAMAKU KAK! AYAH TOLONG AKU!" Jerit Neo saat Kolo sudah mengeluarkan pisau lipat dari saku jasnya "KAKAK AKAN MEMBUNUH KU AYAH!"

"Kalau begitu, bawa dia istirahat bersamamu." Krist mendekat kearah keponakannya, mengusap kepala laki-laki itu lalu beralih pada Mikha "Aku harus memisakan mereka sebelum ada yang terluka." Krist terkekeh geli dan langsung berlari kearah yang sama dengan kakak dan adiknya.

"Ayo pergi, Steve."

"Baik tuan."

Kursi roda yang digunakan sang pewaris muda Cassano didorong oleh sang bodyguard, Steve menuju lift yang akan membawa mereka menuju lantai 10, tepat dimana kamar William berada.

Senyum laki-laki itu sangat tulus terlihat saat melihat wajah bayi yang ada di gendongan nya saat ini, betapa tenang dan damainya raut wajah bayi laki-laki yang kini sudah tertidur.

"Steve, bisa kau mengerjakan sesuatu untukku?" Tanyanya saat pintu lift tertutup.

"Tentu saja tuan, apa yang anda inginkan?"

"Cari tahu... siapa orang tuanya." Steve dan ketiga bodyguard lainnya saling bertatapan, seperti ada sesuatu yang mengganjal saat mendengar permintaan majikannya.

"Kalian bisa—"

"—Maaf tuan."

Helaan nafas terdengar dari sela-sela bibirnya William saat ia tabu arti kata maaf yang diucap kan oleh Steve, pria itu memang bisa melakukan apapun untuknya sekalipun William meminta nyawanya, tapi untuk mencaritahu siapa orang tau dari anak yang diadopsi Kolo sebagai cucu nya saat ini, Steve sungguh tidak bisa dan tidak akan ikut campur karena Kolo sudah memberi peringatan sejak awal.

"Ini cukup diantara kita, tolong lakukan demi aku."

🥃🥃🥃

Caldo Adelard Cassano (Tongkh)

Caldo Adelard Cassano (Tongkh)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

To Be Continued..

Giocare Per Amore E MorteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang