23). WILLIAM XII

22 7 0
                                    

16 Tahun lalu—Milan, Italia (2006)

.
.
.

William melihat satu persatu tumpukan surat yang berada diatas meja rias sang kekasih, ada banyak surat hasil kesehatan dari CsO school juga ada beberapa hasil USG dari rumah sakit.

Sepertinya William akan memberi perintah beberapa pihak di CsO school untuk berhenti melakukan tes kesehatan pada View sementara waktu sampai perempuan itu melahirkan.

"Aku minta maaf, Lion." Gumamnya "Tapi ini juga tentang harga diri." William menghela nafasnya berat, menaruh kembali surat-surat kesehatan itu diatas meja rias. View kini sedang berada didapur  untuk menyiapkan sarapan untuk mereka, namun sepertinya William tidak akan sarapan bersama dengan calon istrinya karena dia harus pulang dan bertemu dengan Lendrina, ditambah lagi Lion akan datang.

"Sudah mau pergi?" William menoleh saat View kini sudah berdiri diambang pintu.

"Aku akan menjemputmu nanti malam, kita harus pindah." William berjalan mendekat dan memposisikan tangannya berada di pinggang ramping kekasihnya.

"Kenapa tidak sekarang?"

"Lion akan datang, dan aku harus mengurus banyak hal."

View mengulas senyum tipis lalu mengangguk dan memperbolehkan William menyelesaikan urusannya terlebih dahulu alih alih harus terus menemani nya hanya untuk makan.

"Kalau begitu, sampai jumpa nanti malam, jangan lupa untuk minum susunya." William mengecup pipi View, mengambil jas nya dan berjalan pergi dari sana, pergi meninggalkan apartemen yang sebenarnya juga milik keluarganya, apartemen ini adalah fasilitas yang diberikan keluarga Cassano untuk para siswi CsO School. Bukan hanya takut jika Lion sebentar lagi akan datang, tapi juga takut beberapa staff akan mengadu pada ayahnya jika William sering datang kesana.

Laki-laki itu sudah siap dengan konsekuensinya, tapi dia belum siap untuk mengakui hubungan mereka, dia bahkan tidak akan tahu sampai kapan dirinya menyembunyikan semua ini.

"Cepat jalan!" Pinta William saat laki-laki itu akhirnya masuk kedalam mobil, untung saja para bodyguard nya bisa di andalkan, dan tahu seperti apa majikannya satu ini.

Dan, tepat saat mobil milik William melaju meninggalkan apartemen, sebuah mobil Porsche juga mulai memasuki parkiran, itu adalah mobil Lion, untung saja laki-laki itu tidak menyadari jika tadi mobil mereka berpapasan.

"Kita ke Penthouse."

"Baik tuan."

Laki-laki yang selalu mendapatkan cap tuan muda setelah Arneo itu menempelkan pelipisnya pada kaca mobil, melihat kota Milan yang kita sudah mulai padat setelah mengistirahatkan penduduknya dimalam hari, William benar-benar tidak pernah sejauh cinta ini pada kota kota di itali kecuali tempat kelahirannya, Milan selalu bisa membuatnya terkesima setiap harinya

"Per la sua partenza per il Belgio, abbiamo pensato a tutto, signore. Kami sudah mengurus keberangkatan anda ke Belgia, Tuan."

William berdehem "Quand'è? Kapan itu?"

"Potrai andartene dopo che il signor Kolo sarà partito per Bangkok per affari. Anda bisa pergi setelah Tuan Kolo berangkat ke Bangkok untuk bisnis."

"Quando esattamente?"

"Ancora due giorni, signore. Dua hari lagi, Tuan."

"Apa kakek mencari ku?"

Giocare Per Amore E MorteWhere stories live. Discover now