40). WILLIAM XXX

20 3 0
                                    

16 Tahun lalu—Milan Italia (2006)

.
.
.

Kelvin menaruh sebuah handuk kecil di pundak seorang gadis yang kini duduk sendiri di taman rumah sakit, dengan kondisi baju yang basah kuyup.

"Hangatkan dirimu." Kelvin menyodorkan segelas teh hangat yang tadi ia beli, Na hanya tersenyum setelah mengambil gelasnya.

Kelvin mengarah kan kepala Na untuk bersandar di bahunya, dan menggenggam tangan gadis itu karena Kelvin tahu dia sedang cemas.

"Ayo pergi menjenguk Wiley, aku sudah tidak pernah lagi berkunjung kerumahnya.."

"Aku membersihkan rumahnya setiap akhir pekan." Balas Na, walaupun terdengar tarikan nafasnya yang belum benar-benar tenang.

"Lalu kemana kau selama ini?"

"Ayah mengirim ku ke Bangkok setelah kecelakaan itu, tapi aku kembali kesini saat lulus sekolah menengah."

Kelvin terkekeh "Tidak heran jika kau mengerti dan memahami bahasa Thailand dengan baik." Laki-laki itu tersenyum mengingat masa lalu yang terasa pahit namun juga manis secara bersamaan "Aku kembali ke Bangkok tepat saat kalian mengalami kecelakaan, dan kembali kesini saat usiaku delapan tahun. Aku juga tidak menemukan lagi anak perempuan yang selalu bersembunyi di kolam renang untuk memakan cake coklatnya."

Na sedikit mendongakkan kepalanya menatap Kelvin, dan Kelvin juga menundukkan kepalanya saat merasakan pergerakan diarea dadanya.

"Jadi itu kau?" Kelvin menaikkan sebelah alisnya mendengar itu "Kau anak laki-laki yang selalu mengintip saat aku makan cake?"

Kelvin terkekeh geli mendengarnya "Kau menyadari itu rupanya."

"Aku melihat pantulan tubuhmu di air kolam, itu sangat jelas."

"Kita tidak saling mengenal saat itu Na, tapi aku tahu kalau William tertarik padamu, dia bahkan sudah mulai tertarik pada perempuan sejak usia lima tahun." Kelvin menggeleng geli "Dia selalu bercerita padaku setiap malam bertapa indahnya matamu. Dan aku mengakui keindahan matamu."

"Tapi dia bilang kau sangat menjengkelkan, karena sangat sering menginjak kakinya." Kelvin terkekeh "Dan aku paham sekarang, kenapa saat itu kau mengijak kakinya. Tapi dengan cara itu, dia tidak benar-benar akan mengingat mu kan?"

"Setidaknya dia tidak mati, itu sudah cukup."

Kelvin berdehem "Ayo kembali kedalam, aku sudah menelfon orang orang ku untuk membawakan baju kering, kau akan sakit jika kita terus diluar—"

"Aku tidak mau."

"Cuaca sedang buruk, tubuh mu tidak sekuat itu." Kelvin melepas tautan tangan mereka. Laki-laki itu mengambil alih gelas berisikan teh dan menaruhnya asal di kursi taman yang tadi mereka duduki, Kelvin menggendong Lendrina hingga lagi dan lagi gadis itu menjerit, gadis itu bahkan dengan reflek mengalungkan tangannya pada leher Kelvin.

"Suara teriakan mu akan memecahkan telinga ku." Kelvin menggerutu seraya membawa gadis itu untuk masuk kedalam rumah sakit dan bertemu orang-orangnya untuk berganti baju.

Sedangkan disisi lain, Ada Lilac dan William yang sedang menonton televisi di ruang rawat, keduanya sama-sama bosan menunggu orang yang sama. Lilac bahkan sudah sempat tidur siang disofa empuk yang ada disana, apalagi dengan dinginnya AC dan suasana hujan di luar, itu benar-benar mendukung waktu istirahatnya.

"Lac, apa yang mereka lakukan, ini sudah larut!"

"Tidak tahu.. aku juga bosan menunggu mereka, bukan hanya kau." Lilac menggaruk kepalanya frustasi.

Giocare Per Amore E MorteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang