32). WILLIAM XXII

13 3 0
                                    

16 Tahun lalu—Dubai Club, 05:30 AM (2006)

.
.
.

Dan disinilah Krist berkahir pagi ini, di Dubai club bersama William dan teman-teman mereka. Mereka sudah sangat rapi dengan seragam sekolah dan pakaian kerja masing-masing, menikmati sarapan bersama setelah sama-sama mendapatkan kabar tidak enak dari Letramon tadi malam.

"Walaupun kita berkumpul disini, tidak ada gunanya dia tetap akan menikah." Sahut Arnold yang baru saja datang bersama Davy.

Ares tersedak kopinya, begitu juga Kelvin. Bukan karena Davy tapi karena Arnold.

Diego melihat wajah Ares dan Arnold bergantian, sangat mirip tidak ada yang berbeda kecuali gaya rambut dan usia mereka.

"Kami sama kaget nya saat melihat wajahmu." Neo terkekeh saat melihat ekspresi wajah Ares yang bingung dan takut secara bersamaan.

Arnold mendekat, memperhatikan wajah yang memang sangat mirip dengannya.

"Ibuku mungkin akan percaya jika aku menyuruh mu berpura-pura menjadi Aku." Arnold tertawa geli seraya menjalan mendekat kearah Krist, mengambil mug kopi yang pasti sudah tersedia untuk nya dan Davy.

"Aku bersumpah akan membunuh Letram." Krist meneguk alkoholnya tanpa memperdulikan pukul berapa dia meminumnya kini.

"Aku akan menunggu kau melakukan sumpah itu." Sea menantang.

"Lihat saja, Aku akan membunuhnya jika ada kesempatan!" Sepertinya Krist serius dengan ucapannya.

"Bahkan dengan membunuh kakakku itu tidak akan membuat semuanya berubah."

Krist menatap sinis seseorang yang baru saja datang, tidak peduli dengan seberapa frustasi wajahnya pria itu kini, Krist benar-benar ingin marah padanya, bahkan jauh didalam hatinya, Krist ingin mengubur pria itu hidup hidup.

Sing datang bersama keponakannya, Letramon yang saat ini langsung menuju kearah William dan menuangkan sampanye di gelas kosong, sedangkan Sing mencoba mendekati Krist yang dibaluti emosi itu.

"Kalau begitu aku akan membunuh mu!" Arnold dan Davy kedua tangan Krist saat dia ternyata serius dengan perkataannya, dia baru saja ingin mengajak Sing berkelahi.

"Lakukan, jika kau ingin kehilangan aku."

"Sungguh, aku menunggu perkelahian bukan kisah kolosal romantis antara dua pria." Arneo menggaruk pangkal alisnya.

"Tutup mulutmu!" William menyumpal mulut pamannya dengan roti panggangan selai kacang yang sangat tidak laki-laki itu sukai.

"Kita tidak punya jalan keluar sama sekali untuk ini." Sing memberikan pembelaan "Keuangan perusahaan keluarga ku menurun, dan keluarga Arpati bersedia untuk itu."

"Ini tidak ada sangkut pautnya denganku, jangan menatapku seperti itu." Si pemilik Marga Arpati itu langsung mundur satu langkah, Davy tidak tahu menahu mengenai perjodohan tersebut, dia bahkan baru mengetahuinya saat Letramon menelfon tadi malam, Adik perempuannya yang jelas menjadi target perjodohan tersebut pun tidak tahu apapun.

"Kasus Regitta belum selesai, bagaimana bisa kita
memberikan space untuk masalah baru lagi sekarang?" Frustasi William, kasus Regitta memang bukan tanggung jawab siapapun disini kecuali Letramon sebagai suaminya, tapi sebagai teman mereka sudah jelas akan terlibat.

"Jika kalian menyuruhku untuk berbohong pada Regitta seumur hidup, percayalah aku tidak akan melakukan itu." Kelvin menyerah lebih dulu karena tahu setelah ini akan ada kesepakatan untuk tidak membahas apapun pada Regitta tentang pernikahan kedua Letramon "Aku tidak ingin berdosa karena berbohong pada seorang ibu yang di khianati suaminya."

Giocare Per Amore E MorteWhere stories live. Discover now