25). WILLIAM XIV

24 6 0
                                    

16 Tahun lalu—Milan, Italia (2006)

.
.
.

Helaan nafas panjang terdengar dari sela-sela bibir seorang laki-laki yang terbaring diatas ranjang rumah sakit, dengan baju pasien dan cairan infus yang mengalir menuju darahnya.

Ingin sekali rasanya dia marah dan mengamuk, namun entah kenapa tenaganya bak melebur dengan angin saat melihat gadis yang tadi menginjak nya sudah tertidur disofa yang ada diruangan, oh William benar-benar akan gila karena gadis itu masih terlihat sangat sexy bahkan saat tertidur.

Tidak lama berselang suara langkah kaki mulai terdengar mendekat. Pintu ruangan didorong kedalam hingga menampakkan seorang Dokter dan dua perawat yang mengikuti nya masuk bersamaan. Luke, tersenyum geli saat melihat laki-laki yang tadi malam masih bersenang senang dengannya kini sudah menjadi pasiennya.

"Jangan tertawa." Sinis William saat melihat wajah itu penuh kepuasan "Kapan aku bisa melepas jahitannya?"

"Jangan terburu-buru, luka nya bahkan masih basah." Dokter muda itu menjawab santai.

"Aku akan menikah—"

"Jangan menyiksa diri, tenangkan pikiranmu dulu." Luke memijat pelan pundak temannya

"Kau harus menunda pernikahan mu."

"Tidak bisa, kami harus cepat."

"Hei.. apa kau sudah menemui pendeta untuk mengikuti kelas pra-kana?" Luke tertawa geli seraya membersihkan luka pada kaki teman nya. Ia harus memastikan luka jahitannya bersih dan steril setelah beberapa jam.

"Aku akan melakukan pernikahan humanis."

"Kau tidak punya agama?"

"Tentu saja aku punya, tapi aku akan menikah di Belgia dan—"

"Dia akan bangun dan mendengar mu jika kau terus berteriak." Ingatkan Luke, Lendrina masih disini jika William lupa.

"Lakukan pernikahan disini, dan ikuti kelas pra-kana sebelum kau menikah, itu syarat yang wajib jika kau lupa."

Kelas Pra-Kana adalah syarat wajib bagi pasangan yang menginginkan pernikahan Katolik, mereka biasanya menemui pendeta setempat satu jam per minggu selama sepuluh minggu. Kursus pra-nikah ini dirancang untuk membantu pasangan merefleksikan dinamika hubungan mereka dan bagaimana membina pernikahan yang sehat.

"Aku tidak punya banyak waktu untuk bertemu pendeta."

"Jangan lupa kalau kau berada di hubungan yang tidak sehat William, setidaknya yakinkan dirimu sebelum melangkah, pernikahan penuh dinamika dan drama."

"Tidak peduli, aku akan tetap menikahinya."

"Keras kepala." Sinis Luke "Kau adalah laki-laki yang gila akan anak baik."

"Jadi kapan jahitannya bisa dilepas!"

"Dua puluh satu hari lagi, jika kau datang tepat waktu mungkin hanya dua belas sampai lima belas hari saja."

"Sungguh? Aku tidak ingin menggunakan kursi roda selama itu!"

"Salahmu sendiri, menapa tidak datang sejak awal, kenapa harus menunggu lukamu robek sedalam ini." Kekesalan Luke akhirnya terpancing.

"Hei! Awalnya itu baik-baik saja—"

"Itu hanya perkiraan mu, jika saja Steve tidak membawamu kesini, mungkin kakimu sudah infeksi!"

"Tidak akan separah itu, aku membersihkan lukanya dengan benar—"

"—Siapa dokternya disini! Aku atau kau!"

Giocare Per Amore E MorteWhere stories live. Discover now