3. The Bullies

828 76 5
                                    

Keesokan harinya, Hanbin sudah bergabung menjadi murid baru di sekolah lamanya. Kelas 2-7, yang berarti ia akan sekelas dengan Yujin.

Yujin masih tertidur pulas di mejanya saat Hanbin masuk ke kelas dan memperkenalkan dirinya. Gyuvin yang duduk di bangku belakangnya pun menggelitik tengkuk Yujin untuk membangunkannya.

"Eungg...?" Yujin mengangkat kepalanya dan menoleh, masih dengan mata setengah terpejam.

"Ada murid baru tuh. Cakep.. siapa tau tipe kamu," kekeh Gyuvin.

"Tipe? Aku nggak ada waktu buat yang kayak gitu," Yujin mengernyitkan hidungnya.

"Dasar bayi. Mau sampe kapan sih jomblo terus?"

"Sampe kamu ngelamar aku dong, gimana sih?" Yujin memamerkan cengirannya. Gyuvin pun menjitak keras kepalanya.

"Kalo bercanda tuh suka ngada-ngada. Nanti aku iyain kamu panik?"

"Ehhh iya panik jangan...."


- - - - -


Ponsel Hanbin berdering di tengah pelajaran, itu dari Zhanghao yang telah beberapa jam menunggunya di pengadilan. Hanbin pun berlari keluar dari kelasnya, berseru pada wali kelasnya bahwa ia butuh ke kamar mandi.

"Kamu dimana?" Zhanghao bertanya dengan kesal begitu Hanbin mengangkat panggilan tersebut. "Lupa ya kalo hari ini sidang pertama kita?"

"Maaf, Hao. Aku bukan lupa.. tapi aku dipindah tugas ke Busan," Hanbin menjawab menggunakan nada datar.

"Pulang. Kita belum selesai, kamu mau hak asuh dua-duanya jatuh ke tangan aku? Atau kamu sengaja emang udah nggak mau urus mereka?" kali ini, Zhanghao membentaknya.

Hanbin pun menggertakkan giginya dan berjalan kembali ke kelasnya, sebelum ia menjawab.

"Kamu tau? Sekarang ini, aku lebih deket sama mereka dibanding yang kamu pikir."

Dan begitu saja, Hanbin memutuskan panggilan. Ia mengintip dari jendela kelas bagaimana Yujin terlihat bercanda dengan Gyuvin, senyumnya terulas. Ia lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

'Tok tok tok'

Sebuah ketukan dari dalam pintu bilik terdengar.

"Ada orang disana?" juga suara yang terdengar ketakutan.

'Yejun??'

Hanbin pun buru-buru membukakan pintu, dan putra bungsunya keluar dari sana dengan langkah gontai. Seragamnya dan wajahnya basah, jelas sekali seseorang sengaja menyiramnya dan menguncinya disana.

"Makasih.." cicit Yejun. Yejun pun mencuci wajahnya, ia tampak sedikit gemetar. Bulan Maret, udara memang masih cukup dingin sisa musim salju.

"Kamu di-bully?" tanya Hanbin seraya mengusapi kedua bahunya dari belakang.

Yejun mengangguk, kemudian memeluk dirinya sendiri menahan dingin.

"Kamu ada seragam ganti?" Hanbin bertanya lagi. Yejun menggeleng. "Siapa yang giniin kamu?"

"Anak-anak tim basket," sahut Yejun pelan, seolah takut bahwa orang lain akan bisa mendengarnya. "Lo juga hati-hati. Siapa tau lo target selanjutnya karna udah nolongin gue."

"I can take care of myself, don't worry. Kamu yang harus hati-hati."

Yejun menoleh padanya dan memberinya senyum tipis.

"Kamu pake aja seragam aku, aku masih ada baju di balik ini. Mungkin agak kebesaran.. kamu ketatin aja ikat pinggangnya," Hanbin melepas kemejanya sendiri, berikut celananya.

"Terus lo pake seragam gue?" Yejun memicingkan matanya.

"Ya boleh.. aku bisa keringin dulu. Kamu buruan masuk kelas, nanti ketinggalan banyak," Hanbin menepuki punggung kurus Yejun.

"Makasih ya. Nama lo siapa?"

"Ben. Aku anaknya temen papa kamu, Kim Jiwoong. Aku baru pindah kesini."

"Om Jiwoong punya anak?" Yejun membelalakkan matanya.

"Iya, anak angkat sih. Aku lama di London, sekarang baru pulang."

"Ahh, I see. Lo yang kemaren gue marahin ya di minimarket?" ringis Yejun.

"Kamu inget toh?" kekeh Hanbin.

"Maaf ya.. abis kirain lo mau macem-macem sama Yujin."

"Nggak.. aku cuma heran aja anak seumuran kalian udah pada pacaran."

"Si Gyuvin? Bukan, kok. Dia cuma temen kita dari kecil."

'Glad to hear that then. Jangan sampe dia bikin kesalahan yang sama kayak aku.'

'...sebentar. Gyuvin... GYUVIN YANG BANDEL ITU???'


- - - - -


Jam istirahat makan siang tiba. Hanbin memasuki area kantin dengan nampan di tangannya, mencari tempat kosong karena ia juga belum berniat untuk berkenalan dengan murid-murid disana. Namun, pandangannya berhenti pada Yejun yang terlihat menyendiri di sudut. Ia lantas buru-buru menghampiri putra sulungnya itu dengan senyum tipis.

"Hei. Kok sendirian aja kamu?" tanyanya.

Yejun hanya berdeham pelan dan menundukkan kepalanya. Ia memasukkan sepotong sosis ke mulutnya, mengunyahnya pelan.

"Kamu suka sosis? Dinikmatin banget kayaknya?"

Yejun mengangguk, ia tidak berani mengangkat kepalanya. Hanbin pikir Yejun memang sedang sibuk menikmati lauk makan siangnya, hingga tiba-tiba saja tiga orang pemuda yang jelas sekali anggota tim basket menghampirinya dengan raut angkuh.

"Oh.. Yejun punya temen sekarang rupanya?" salah satu dari mereka berujar. Ia yang paling mungil, namun juga terkesan paling berandal dengan seragam yang tidak dikancing dan kaus berwarna yang ketat di baliknya.

Yejun berhenti makan, ia justru menunduk semakin dalam.

"Kalo ditanya jawab bangsat," pemuda tadi membenturkan bola basket yang ia bawa ke kepala Yejun berkali-kali.

Yejun menangis tanpa suara, hingga Hanbin menangkap bola tersebut dan balas melemparnya tepat mengenai dahi si murid berandal. Bola itu terpantul kembali padanya, ia tangkap dengan mudah.

"Sakit?" Hanhin bangkit berdiri dan terkekeh sinis. Kini, pandangan murid-murid lain terpaku pada mereka. "Kalo aku kenain sekalian ke muka kamu yang sengak itu biar nggak berbentuk lagi, gimana? Mau?"

Pemuda tadi dan dua orang kawannya pun mundur beberapa langkah, ketara sekali menahan malu.

"Lo temennya apa pacarnya ya? Sok pahlawan banget pake ngancem segala? Udah nyicipin dia ya lo?"

"Maksud kamu?"

"Nanya aja. Dia 'kan gampangan, tinggal lo bayar juga nurut."

Yejun pun bangkit berdiri dan pergi dari kantin tanpa menghabiskan makanannya, mengabaikan bisik-bisik dan tatapan risih dari murid lain disana. Inilah alasan mengapa ia tidak benar-benar memiliki teman di sekolahnya, mereka selalu seenaknya menilai dirinya. Ia lalu memilih untuk mengurung dirinya di dalam bilik kamar mandi, seperti yang ia lakukan tadi pagi saat keadaannya berantakan.

Sementara Gyuvin dan Yujin serta kawan-kawan mereka? Mereka memutuskan untuk diam di tempat karena tidak ingin ikut terlibat dan menjadi target selanjutnya.



.....tbc


—————


A/N : tebak siapa yang jahatin Yejun? :( mana enak banget mulutnya nyeplos.

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Where stories live. Discover now