16. Let It Be

403 45 3
                                    

Gyuvin's POV





Waktu berlalu dengan cepat. Satu bulan.. satu bulan telah terlewat. Semenjak malam dimana aku dan Yujin bertengkar, kami seperti berjarak.

Aku memang tidak pernah benar-benar yakin dengan hubungan macam apa yang kami miliki. Singkatnya, kami hanya merasa nyaman dan terbiasa satu sama lain.

Malam itu, ia menghubungiku lagi. Ia baru saja selesai, dalam keadaan kacau, mengajakku bertemu di taman yang terletak tidak begitu jauh dari tempat kerjanya. Ia tidak berhenti menangis hingga nyaris satu jam. Aku menghampirinya dan mendekapnya erat, menghirup aroma tubuhnya yang telah bercampur dengan sesuatu yang lebih kuat dan menusuk.

"Kamu.. mau cerita nggak?" ucapku dengan hati-hati. Ia meremat bagian depan jaketku dan membenamkan kepalanya di dadaku.

"Aku malu.." cicitnya. "Temen kita baru aja lecehin aku.."

"Temen yang mana? Baekseung? Wish?"

"Bukan.. tapi Donghyun. Tadi dia jemput aku di tempat kerja dan nawarin pulang bareng.. tapi.."

"Separah apa?"

"Aku nggak bisa bilang," Yujin menggeleng lemah. "Besok-besok aku nurut sama kamu. Nggak akan lagi lewatin gang yang gelap kalo balik malem..."

"Dia nyentuh kamu disini juga nggak?" dengan hati-hati, aku meraba bibir bawah Yujin dengan ibu jariku.

Yujin mengangguk ragu. Dan saat itu juga.. aku merasa duniaku runtuh.

"Aku boleh pulang ke rumah kamu aja nggak malem ini? Aku ngerasa kotor.. malu ketemu mama sama Yejun. Aku juga mau mandi yang lama."

"Nggak apa. Take as much time as you need. You deserve it."


- - - - -


Subuh tiba, dan Yujin belum juga keluar dari kamar mandi. Aku tidak bisa tidak khawatir. Aku berbaring dengan gelisah, berkali-kali berganti posisi.

Firasat buruk menghantuiku. Maka aku bangkit dan menggedor pintu kamar mandi dengan sedikit brutal.

"Yujin, aku boleh masuk? Kamu udah ngabisin 2 jam lebih."

'Cklek'

Pintu itu terbuka, rupanya Yujin tidak menguncinya. Ia masih mengenakan pakaian lengkap. Rupanya sedari tadi ia hanya membasahi tubuhnya dengan air hangat.

"Aku masih kotor.." lirihnya.

"Iya, kamu kotor kena debu di jalanan. Mau mandi bareng? Aku keramasin ya? Aku gosokin ya punggung kamu?"

Yujin mengangguk dan menanggalkan satu per satu kain yang menempel di tubuhnya, tak tersisa sehelai pun. Untuk pertama kalinya, aku melihatnya secara utuh tanpa terhalang.

Dan saat itu pula.. rasanya aku mengerti mengapa Donghyun bertindak sejauh itu hingga melecehkannya.

Menurutku, Yujin terlalu indah. Aku tidak lagi peduli bahwa ia dan aku sama-sama laki-laki, atau aku sedang perang dingin dengannya selama sebulan ini.. aku hanya ingin menyentuhnya.

Sama sepertinya, aku pun menanggalkan pakaianku. Ia tersenyum dan tersipu.. itu jelas sekali. Pipinya yang pucat kini tampak merah merona, dan aku yakin itu bukan ulah air panas.

"Yujin.. boleh?" lirihku.

Aku menangkup sebelah pipinya dengan tanganku. Perlahan, ia berjalan mundur hingga bersandar pada dinding. Netra cantiknya menatapku sayu, dengan ranum yang sedikit terbuka seolah mengundangku.

"Hei.. boleh ya?" tanyaku sekali lagi.

Satu anggukan yang malu-malu aku terima, dan aku pun mengikis jarak di antara kami. YUJIN mengerti bahwa aku butuh dibimbing, maka itu yang lantas dilakukannya. Ia menarik tengkukku, dan tautan kami pun terasa semakin dalam. Lidahnya bermain di dalam mulutku, mengeksplorasi setiap inci.

Kehabisan nafas, aku pun memutuskan tautan kami. Ia menatapku tersenyum.

Cantik, terlalu cantik.

Tangan mungilnya membelai pipiku lembut, sebelum kembali menarikku ke dalam ciuman yang kali ini terasa tidak tergesa. Membuatku lupa ini adalah sebuah kesalahan besar, terlebih dengan kenyataan bahwa aku memiliki kekasih perempuan.



- - - - -



Keesokan paginya, aku terbangun tanpa Yujin di sisiku. Itu membuatku panik.. sebelum aku lantas menangkap sosok mungilnya yang tengah sibuk menyiapkan sarapan kami di dapur.

Ah, rupanya aku bangun terlalu siang karena Yujin tidak repot-repot membangunkanku di hari libur.

Aku menghampiri Yujin dan memeluknya dari belakang, menumpukan daguku pada bahunya meski aku merasa sedikit kesusahan karena harus sedikit menekuk kakiku.

"Yujin.. maafin aku ya buat semalem? Kamu jangan pergi.. kamu disini terus aja. Tadi pas aku bangun dan nggak ada kamu, rasanya jantungku mau copot.." keluhku.

"Berlebihan banget.. kalo copot mah kamu udah mati Gyu," Yujin mengusapi tanganku yang melingkari pinggangnya.

"Kamu jangan pergi ya? Aku nggak mau kita berantem lagi. Kamu terlalu penting buat aku.."

"Dan pacarmu nggak penting, maksudnya?" Yujin mematikan kompor dan memutar tubuhnya, kini kami berhadapan. Kedua tangan mungilnya menangkup dan memainkan pipiku dengan gemas.

"Penting.. tapi nggak sepenting kamu. Aku 'kan sayangnya sama kamu..."

"Terus kenapa kamu pacarin Minji? Jangan gitu juga, Gyu. Itu egois namanya. Kamu nggak bisa milikin dua-duanya..."

"Tapi 'kan beda, Yujin. Kamu cowok, dia cewek. Dia pacarku, kamu bukan. Emang nggak boleh kalo aku lebih sayangnya sama kamu?"

Yujin menggeleng, kemudian mengecup bibirku dengan lembut dan penuh perasaan.

"How does that feel?" tanya Yujin seraya menatapku sayu. Aku pun menggendongnya dan mendudukkannya di atas meja dapur.

"It feels right.." sahutku, sebelum aku balas mengecup bibir ranumnya yang merona bahkan tanpa riasan.

"See..." Yujin memegangi kerah piyamaku dan kembali menatapku, masih dengan matanya yang sayu. "This is why you don't have to put a label on it. Just follow your heart, Kimgyu. You don't need to stress over what people would think. This is for us only.. the world doesn't need to know."

"Aku sayang banget sama kamu, Yujin..." aku menempelkan dahi kami, membuatnya memejamkan matanya. Kedua tanganku memasuki sweater yang ia kenakan dan mengusapi punggung ringkihnya.

Ia menggeliat dan meloloskan erangan kecil, lalu memelukku erat dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku. Beberapa kecupan terakhir aku berikan pada bahunya, dan aku pun melepaskannya. Membiarkannya melanjutkan tugasnya untuk menyiapkan sarapan kami.





.....tbc

—————


A/N : yagitudeh anak muda.

Btw aneh ga kalo yujin sama gyu dibikin seumuran disini demi kepentingan cerita?

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Where stories live. Discover now