11. Lullaby

420 48 7
                                    

Keesokan paginya, Yujin dan Yejun sama-sama demam hingga tidak masuk sekolah. Hanbin tidak bisa tenang, terlebih karena keduanya juga sulit dihubungi. Maka, ia pun menghabiskan hari itu dengan tanpa minat.

Hanbin mendapat giliran piket sepulang sekolah, berdua dengan Gyuvin. Saat ia tengah berjalan di koridor setelah membuang sampah, ia bisa mendengar sayup-sayup helaan nafas yang terputus.

"Who the hell is having sex in school?" gumamnya. Ia pun mengintip ke ruangan yang menjadi sumber suara tersebut, terang saja ia terkejut mendapati Donghyun disana dengan pelatih basket mereka. Donghyun sibuk bergerak naik turun di atas pangkuan pelatih nyaris paruh baya yang diketahui bernama Hwang Yunseong itu.

Yunseong sadar bahwa Hanbin tengah memperhatikan mereka, maka ia mencengkeram pinggang mungil Donghyun dan menggempurnya lebih keras. Donghyun sudah sangat kewalahan, tangisannya lolos dan ia mencakar punggung lebar Yunseong dengan sedikit putus asa.

"I'm done. Sana kamu pulang, inget ya, kalo musim berikutnya performa kamu masih buruk.. badanmu ini udah nggak akan mempan," Yunseong menunjuk ke arah tubuh telanjang Donghyun dengan sinis.

Donghyun menoleh ke arah jendela, ia tampak ketakutan begitu pandangannya bertemu dengan Hanbin. Ia buru-buru berpakaian, kemudian keluar dari ruangan Yunseong. Lidahnya terasa kelu, ia benar-benar malu tertangkap basah.

"Ini.. alasan kenapa kamu nindas Yejun? Dia mergokin kamu juga?" tanya Hanbin tanpa basa-basi.

"I'm not proud of it..." Donghyun menundukkan kepalanya.

"Jadi selama ini kamu udah nyebarin gosip kalo Yejun itu pelacur, padahal sebenernya kamu?"

"I have a reputation to protect."

"I don't think it's cool. Semua orang nilai Yejun jelek karna kamu..."

"Cause it's easier to point fingers than being the main culprit."

Hanbin menampar Donghyun hingga sudut bibirnya berdarah. Ia tidak tahan dengan bagaimana pemuda itu merendahkan putra sulungnya.



- - - - -



"Ben! Yejun dari tadi pagi ngigau, manggilin kamu terus," Yujin yang sudah tampak lebih sehat menyambut Hanbin di depan pintunya. "Bentar.. kamu kok tau kode pintu kita sih?"

"Dikasih tau mamamu kemaren," Hanbin menyunggingkan senyumnya.

"Ohooo.. seakur itu ya," cengir Yujin. "Samperin Yejun gih, suapin buburnya juga. Sama aku nggak mempan, mungkin kalo sama kamu dia bisa."

"Sini, biar aku coba. Kamu kurang telaten kali, Yejun tuh kayak anak kecil maunya dibujuk terus."

"Ya aku mana sabaran, makan sendiri aja susah?" Yujin mengendikkan bahunya.

- - -

Hanbin tidak butuh waktu lama untuk membuat Yejun menghabiskan makanannya. Tentu, melihat wajah Hanbin saja sudah membuat Yejun bersemangat lagi. Seusai makan, ia meringkuk di kasurnya dengan menggunakan sebelah tangan Hanbin sebagai guling. Sementara Hanbin menggunakan sebelah tangannya yang bebas untuk memainkan surai panjang Yejun, berusaha kembali mengantarnya ke alam mimpi.

"Udah makan, udah kelon, sekarang Yejun tidur ya? Aku mau sambil bikin PR," ujar Hanbin dengan nada membujuk. Yejun menggeleng, bibir bawahnya dicebikkan sebagai tanda protes.

"Belum kelar kelonnya."

"Ada Yujin 'kan? Sama Yujin aja, nanti keburu malem ini," Hanbin terkekeh geli. Putra sulungnya memang benar-benar menggemaskan saat sedang jatuh sakit.

"Lebih seneng dipeluk Ben. Rasanya kayak dipeluk papa pas gue masih kecil," Yejun tersenyum kecut meski matanya telah terpejam.

"Mau dinyanyiin?" tawar Hanbin.

"Ben bisa nyanyi?"

- - -

'nuneul gamgo naega haneun iyagil jal deureobwa
naui yaegiga kkeutnagi jeone neoneun kkumeul kkul geoya
little star
tonight
bamsae naega jikyeojul geoya

cheoeum neoreul mannasseul ttaen jeongmal nuni busyeosseo
neoui misoreul cheoeum bwasseul ttaen sesangeul da gajyeosseo
little star
tonight
bamsae naega jikyeojul geoya

nae pume angin chae gonhi jamdeun neol bomyeon
naneun jamsido nuneul ttel su eobseo
ireoke yeppeunde
sumi meojeul geot gata
naega eotteoke jamdeul su itgenni

naui sarang naui jeonbu haneuri naerin cheonsa
naui du nuneul naui sesangeul modu humchyeobeoryeosseo
little star
tonight
bamsae naega jikyeojul geoya'

Hanbin memberi dua tepukan terakhir di pucuk kepala Yejun begitu ia selesai menyanyikan lullaby untuknya. Yejun sudah tampak damai dalam tidurnya, seperti tidak akan lagi terusik. Ia pun keluar dari kamar Yejun, hanya untuk mendapati Yujin yang tengah merenung di ruang tamunya.

"Hey... I was just wondering, how are you so good at handling kids?" tanya Yujin sembari menepuk space kosong di sisinya.

"Mungkin karna aku ngerasa kenal Yejun aja, nggak selalu kok?" Hanbin balas bertanya.

"That's still really cool. I wish I could. Biasanya kalo Yejun rewel, yang bisa nenangin cuma papa. Tapi sekarang papa udah nggak ada," Yujin memberi senyum segaris yang terkesan sendu pada Hanbin. "Ajarin aku juga nanti. Takutnya malem dia kambuh lagi."

"Kalo dia kambuh, aku tinggal nginep 'kan? Tenang aja, aku udah mikir sampe kesitu," Hanbin menepuki pucuk kepala Yujin dengan gemas.

"Makasih ya. Kita mungkin kenal kamu nggak seberapa lama, tapi kamu udah ngelakuin segalanya buat kita. If I can pay you back at any sort, just tell me alright?"

"Actually there's something you can do for me," ujar Hanbin hati-hati.

"Apa?" Yujin menatapnya berbinar.

"I know this might be too soon.. but can you tell your mom to open his heart and let me in?"

"You like my mom? What do you see from him?"

"His everything. He reminds me of my first love that never worked out."

"Wah. Dan selama ini aku mikir kalo kamu tertariknya sama Yejun," Yujin terkekeh, entah mengapa ia merasa sedikit lega.

"Isn't he a bit too young for me?"

"If you say so. Kamu coba aja dulu sama mama, Ben. Mama orangnya nggak sulit kok buka hati, asal kamu cara deketinnya bener. Dimulai dari.. jemput mama nanti di halte pas pulang, ajak mama makan malem. Mama pasti bakal pulang cepet buat menyendiri, but we can't let him do that. Jangan lupa bawain payung buat jaga-jaga."

"Thanks, my future son."

Yujin pun tertawa lepas, ia menganggapnya tidak lebih dari guyonan.




.....tbc



—————


A/N : cie brondongnya direstuin anak :")

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang