18. Orang Baru

347 29 6
                                    

"Yujin, nih. Anter ke pelanggan yang di ujung," ujar Wooseok sembari menyerahkan nampan dengan beberapa buah sloki di atasnya.

"Yang berdua?" tanyaku.

"Iya, nggak usah takut. Mereka temen gue kok.. nggak mungkin macem-macem sama lo."

Aku lantas menghampiri dan menyajikan pesanan mereka, dengan senyum yang sedikit kupaksakan. Bagaimana pun, aku tetap saja merasa canggung.

"Loh yang biasanya mana? Lo anak baru ya?" tanya pemuda dengan surai pirang dan ungu.

"Iya.." sahutku gugup. Pemuda yang lebih tinggi lantas meraih tangan kananku yang bebas.

"Kenalan dulu yuk, gue Taeyoung. Ini Serim. Kita sering kesini kalo gabut."

"Yujin.." ucapku, kali ini aku tersenyum dengan lebih lepas. Pemuda itu tampak masih di bawah umur dan tidak pantas berada di tempat seperti ini, tapi setidaknya ia ramah.

"Lo umur berapa, Yujin? Kayaknya lo masih kecil banget tapi kok diterima kerja disini?"

"Aku masih sekolah. Kamu sendiri? Itu aja di dalem sweater kamu masih pake seragam," kekehku.

"Kok tau aja sih lo? Hahaha. You look so young, by the way. Boleh minta nomornya?"

"Why not.." aku terkikik dan menuliskan nomorku pada lembaran notes yang berada di saku apron yang kukenakan.

"Berangkat naik apa?" tanyanya lagi.

"Naik bus.. emang kenapa?"

"Pulangnya gue anter ya nanti?" Taeyoung memamerkan cengirannya.

Alright, I didn't see that coming.

- - -

Hari semakin larut dan pengunjung semakin ramai pula. Aku terkejut melihat bagaimana Wooseok melepas apron-nya, meninggalkan meja bar dan pergi ke sofa dimana para tamu VIP duduk. Ia menghampiri seorang pria berbalut setelan eksekutif muda yang lantas menyambutnya dengan kecupan di pipi.

Wooseok duduk di atas pangkuan pria itu sembari mengalungkan kedua lengan ke lehernya. Aku mengernyitkan hidungku, entah mengapa aku merasa malu menyaksikannya.

Tak lama, Wooseok kembali ke bar dengan senyum yang seketika luntur dari wajahnya. Ah, rupanya itu semua hanya sandiwara?

"Siapa kak? Kamu kenal?"

"Mana gue tau? Gue samperin karna dia banyak uangnya, siapa tau malem ini gue dibungkus.. 'kan lumayan," ujarnya pelan.

"Ya ampun.. jadi kakak nggak kenal tapi kayak gitu? Harus? Apa aku harus gitu juga?" aku mencicit.

"Gue nggak saranin, sayangin badan lo. Kalo gue 'kan udah bekas, jadinya nggak apa mau dirusak lagi juga," Wooseok tertawa hambar, kemudian berlalu ke dapur dengan pesanannya.

"Hei.. kok nggak kasih tau aku kalo hari ini udah mulai kerja? 'Kan aku bisa anterin kamu," sebuah suara yang terlampau familiar membuatku menoleh.

Gyuvin telah berdiri disana, dengan jaket kulit membalut tubuhnya. Membuatnya terlihat berkali-kali lebih tampan daripada biasanya... dan ia sepertinya tidak dalam mood yang baik.

"Duduk dulu, Gyu," pintaku. Ia lantas duduk tepat di tengah bar, melipat tangannya di atas meja. Aku pun mendekatinya lagi meski dengan tidak enak hati. "Kamu mau pesen apa?"

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Where stories live. Discover now