25. Mistake

372 34 2
                                    

"Morning Kimgyuuu," Yujin berucap padaku dengan senyum sumringah menghiasi wajahnya. Ia masih berbaring di atas dadaku, dan aku pun meraih pinggangnya lalu mendudukkannya di atas perutku. Menggelitiknya pelan, membuatnya tertawa dengan melengking.

"You're such a big baby, you know," aku bangun dan mengecup hidung mungilnya, kali ini ia terkikik. "Badanmu enak hari ini? Udah nggak mual?" aku menelusupkan tanganku ke dalam piyamanya dan memgusap pelan pada perutnya. Ia menggeleng, buru-buru menyingkirkan tanganku dari sana.

"Geli.." cicitnya sembari memalingkan wajahnya. Ia bangkit dari pangkuanku tanpa menoleh lagi, pergi ke dapur untuk memasak sarapan kami.

"Gyu, aku mau pulang nanti siang. Cuma beberapa hari kok," ujarnya seusai kami sarapan. Rasanya, semangatku untuk pergi ke sekolah seketika menguap.

"Vidcall aku tiap malem ya.. nanti aku kangen," aku menatapnya memelas. Ia pun mengulurkan tangannya, mengusak suraiku dan memberiku senyum segaris.

"Nggak usah disuruh.. aku juga nggak akan bisa tidur kalo nggak dikelonin kamu dulu."


- - - - -


Yujin's POV




Sore harinya, aku tiba di rumah seorang diri. Aku bermaksud memberikan kejutan untuk Yejun, tentu saja. Aku memasuki rumah lamaku dengan mengendap, dan sesuai dugaanku, Yejun nyaris saja terlonjak dari sofa. Ia tengah bersantai dan menonton drama, aku jadi merasa buruk.

"Kamu kok nggak bilang-bilang mau pulang? Mama nggak masak loh," Ayden mengeluh seraya membawaku ke pelukannya.

"Kalo aku bilang nanti nggak jadi kejutan," kekehku. "Mama dimana? Ada atau lagi dinas?"

"Dinas, udah dari minggu lalu. Mungkin besok atau lusa pulang. Mana Gyuvin? Suruh kesini juga, biar nanti ketemu mama," Yejun memainkan suraiku. Aku pun mendongak dan menatapnya dengan sedikit takut-takut.

"Yeah about that.. kayaknya mama yang harus kesana deh nanti buat nemuin dia. You got a second now? I really need to talk to you."

- - -

Yejun mengusapi bahuku seusai aku bercerita mengenai kehidupanku yang sesungguhnya selama beberapa bulan belakangan, sementara air mataku tidak bisa berhenti mengalir. Aku tidak ingin mengangkat kepalaku dari pahanya. Aku meringkuk, memeluk bantal sofa dan membelakanginya karena aku terlalu malu.

"Aku nggak bisa ngapa-ngapain, Yujin. Apapun keputusan yang kamu ambil, kamu sendiri yang harus nanggung resikonya," ujarnya tenang.

Aku bersyukur karena Yejun adalah seseorang yang berkepala dingin. Ini akan sangat lain jika yang harus kuhadapi adalah mama. Ia lantas membantuku kembali duduk dan mengambilkanku minum.

Aku meminum air hangat yang ia ambilkan dengan terburu-buru, kepalaku terus tertunduk. Ia meremat sebelah tanganku dan mengecup pucuk kepalaku.

"Biar aku nanti yang ngomong sama mama. Jangan mikir yang nggak perlu," ucapnya.

"Yejun, aku bingung harus apa. Kita masih kelas dua. Takut ngebebanin Gyuvin.. ini terlalu cepet dan aku bahkan nggak tau kalo aku bisa," aku kembali mengangkat kepalaku dan menatap Yejun dengan sedikit putus asa.

"It's all on you, kak. Tapi seenggaknya, dia berhak tau. Apalagi dia udah bilang 'kan, kalo dia juga sayang sama kakak?"

"Nggak segampang itu, Yejun. Gimana kalo dia nggak percaya sama aku, terus malah ninggalin aku? Atau.. gimana kalo dia terpaksa harus ikutan berhenti sekolah buat cari kerja dan nafkahin aku? Aku nggak tega, Yejun. Aku cuma bakal jadi beban buat dia.."

"Kak, dari yang aku liat, Gyuvin tuh serius sama kamu. He's trying to be a man for you, my dear. He is so into you."

Air mataku kembali mengalir deras. Kurasa, pulang ke rumah adalah keputusan yang benar. Di saat seperti ini, yang kubutuhkan memang kembaranku sebagai tempat bercerita dan penenang.


- - - - -


Malam harinya, mama pulang. Hari sudah begitu larut, dan aku membungkus tubuhku dengan selimut hingga menutupi kepala ketika aku mendengar langkah kakinya mendekat pada kamarku.

'Cklek'

Pintuku terbuka tanpa diketuk, dan beberapa detik berikutnya aku merasakannya duduk di kasurku.

"Yujin.. mama tau kamu belum tidur," ujarnya lembut. Aku pun membuka selimutku dan mendudukkan diriku, menatapnya dengan mengantuk. "Yejun udah bilang sama mama soal kamu, makanya mama pulang cepet. Mama mau ngomong. Tapi sebelum itu.. mama boleh cerita dulu nggak, tentang papa kamu?"

Aku pun buru-buru mengangguk.

"I am. Tell me about dad, please."





.....tbc

- - - - -

A/N : Yujin ngulang kesalahan mamanya di jaman dulu. Untung Hao lebih kepala dingin karna udah ngerti ya🥺

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang