22. Reassurance

284 26 3
                                    

Seongmin's POV





Malam itu, aku memutuskan untuk berangkat kerja karena aku merasa keadaanku sudah membaik. Aku pamit kepada Gyuvin, namun ia bersikeras mengantarku dan ikut bersamaku. Aku rasa.. tidak ada salahnya bukan?

Sesampainya di tempat kerja, aku pergi ke ruang loker untuk mencari Wooseok dan meminta seragamku. Dan yang kudapati disana? Wooseok tengah duduk di pangkuan Serim, berhadapan dan mengecup bibirnya dengan rakus.

Aku baru saja akan kembali keluar ketika Serim terlanjur menyadari keberadaanku disana dan melirikku panik. Ia mengisyaratkanku untuk pergi dengan mengibaskan tangan kanannya. Namun.. bukan Yujin namanya jika aku menurut begitu saja.

Aku menghampiri mereka dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa dan menepuk bahu Wooseok yang masih sibuk sendiri. Kedua matanya terpejam, pertanda ia menikmati ciuman yang sesungguhnya lebih didominasi olehnya itu.

"Kak.. aku mau ganti baju. Boleh minta kunci loker?" tanyaku. Wooseok sontak membuka matanya dan menatapku terkejut.

"Kok lo nggak kabarin kalo ternyata masuk? Kata Serim lo sakit..." cicitnya. Aku pun hanya menatapnya datar.

"Yah.. aku nggak mau aja gajiku dipotong. Lagian aku udah enakan," sahutku. "Kalian berdua.. ngapain?"

"Biasa.. si Wooseok nyolong start," Serim menatap Wooseok dengan malas.

"Start?"

"Udah minum dia tadi.. nyicip stok soju."

"Pantesan.." gumamku. "Maboknya nafsuan ya.. sama aja kamu kayak si Gyuvin."

"Gue nggak mabok ya! Nih gue masih sadar Yujinnn!" rengek Wooseok sembari menarikku mendekat dan mendusal pada perutku. Aku pun menepuki kepalanya dengan sabar.

"Iya iya.. kamu sober kok. Yaudah.. aku ganti baju. Maaf ya.. aku nggak maksud ikut campur. Aku cuma kaget.." cicitku kemudian.

"I don't have sex with him though, if you're wondering. I still got some boundaries. Gue nggak semurah itu kok."

Ok, that shit hurts.

Aku sadar, selama ini Gyuvin memang membuatku menjadi murahan. Tidak lebih dari jalang yang haus sentuhannya. Tapi.. aku juga tidak bisa menyalahkannya.

Aku sedikit was-was saat mendapati Gyuvin, Baekseung, dan Donghyun duduk bersebelahan di meja bar. Apakah mereka semua baik-baik saja? Tapi, nyatanya, Gyuvin bahkan mengobrol dengan Donghyun seolah akrab. Aku menghampiri mereka untuk menawarkan makanan, dan mereka kompak memesan kentang goreng serta sekaleng soda.

"Nggak mau banyak gaya, besok gue sekolah," ujar Donghyun seolah menjawab kebingunganku.

"Baguslah masih inget sekolah. Jangan malem-malem ya pulangnya," dengusku.

"Santai. Gue pulang sama Baekseung kok jadinya nggak mungkin sampe subuh," cengirnya.

"Good then. Kamu juga.." ujarku seraya menepuk pucuk kepala Gyuvin. "Jangan pagi-pagi."

"Aku mau pulang sama kamu hari ini," Gyuvin menangkap tanganku dan menggelitik telapakku, entah apa maksudnya. "Nanti kamu marah lagi soalnya kalo tiba-tiba Minji mampir.. jadinya aku masuk rumah kita lagi.. ya harus bareng kamu."

"Apaan sih? Kamu lagi gombalin aku ya?" aku menarik tanganku dan menatapnya sengit.

"Beneran, Yujin. I just want you to feel secure.." ia menangkup sebelah pipiku dan mengusapnya pelan. "I don't wanna lose you over something stupid."

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang