37. A Sudden Date

221 24 2
                                    

The next day...




Malam itu, teman-teman kerja Gyuvin mengajaknya, ralat, memaksanya ikut ke bioskop sepulang kerja. Gyuvin pada akhirnya menuruti mereka, namun ia menekuk wajahnya selama mengantre tiket.

Seorang pemuda berperawakan mungil terlihat berhenti di depan vending machine yang menjual minuman dan makanan kecil, ia hanya berjarak sekitar 10 ubin dari tempat Gyuvin berdiri. Ia menggerutu karena selembar uang yang ia masukkan tertelan namun minuman yang ia mau tidak kunjung keluar. Ia memukuli mesin itu pelan, menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.. tidak terkecuali Gyuvin.

Gyuvin menoleh, jantungnya berdegup kencang. Ia tidak mempercayai matanya sendiri. Sosok yang berdiri disana dengan hoodie kebesaran itu...

Wah, sepertinya benar-benar takdir sedang bermain dengannya.

"Maaf ganggu.. boleh minta tolong nggak? Aku nggak ngerti cara kerja mesin ini.. beda banget sama yang terakhir gue inget," si mungil menghampiri salah seorang pemuda yang baru saja akan mengantre di belakang Gyuvin. Pemuda itu ketara menatapnya dengan gemas, kemudian membantunya mengambil minuman yang ia incar dari tadi.

"Caranya.. lo masukin dulu nomornya ke mesin ini, baru lo teken tombolnya," jelas pemuda jangkung itu.

"Ooh.. oke. Dulu mah nggak pake mesin yang kecil ini nih.. huft.. bikin repot deh," si mungil mencebikkan bibirnya.

"Dulunya kapan? Ini udah ada dari 3 tahun lalu kok.. lo jarang ke bioskop ya?" sang pemuda jangkung masih saja tersenyum menatapnya.

Gyuvin menghampirinya begitu si jangkung beranjak pergi.

"Eum.. udah bisa ambil minumnya?" tanya Gyuvin berbasa-basi.

'Astaga.. kenapa bener-bener mirip sama Yujin. Ya Tuhan.. ujian apa lagi ini...'

"U-udah.."

'Bahkan suara mereka sama.'

'Gyuvin pasti capek banget, mukanya pucat. Ya ampun.. sayangnya aku..'

"Ngambil apa sih?" Gyuvin menyunggingkan senyum bodohnya.

"Susu.." Yujin, yang Gyuvin kenali sebagai "Weichen" ; membungkuk dan mengambil susu kotak rasa stroberi yang memang selalu menjadi kesukaannya. Lagi-lagi, Gyuvin merasakan jantungnya berdegup kencang.

'Minuman kesukaan Yujin dulu... Tuhan, apa dia jodohku? Apa boleh kalo aku kejar sekarang?'

"Gue juga suka merk itu.. tapi yang rasa coklat," angguk Gyuvin.

"Kebetulan uangku masih ada sisa di dalem mesin ini.. dan aku nggak tau cara ambil kembaliannya. Kamu pilih aja mau yang mana," Yujin menepuk bahu Gyuvin, berpura-pura bahwa rasa gugupnya telah lenyap.

"Gue ditraktir? Wow oke.. hmm.. yang coklat aja. Pencet gih..."

"Pencet sendiri!" protes Yujin.

"Biar belajar," Gyuvin meringis.

"Ih 'kan udah bisa..."

'Tit'

Gyuvin pun membungkuk dan mengambil susu kotaknya.

"Cheers?" ujarnya seraya mengangkat kemasan tersebut dan memainkan alisnya. Yujin tertawa lepas, sejak kapan Gyuvin-nya menjadi selucu itu? "Makasih ya susunya. Lo sendirian aja?"

"Iya.. kangen ke bioskop. Jadinya pergi deh walaupun nggak ada temennya.. gabut," keluh Yujin. Ia sama sekali tidak bohong. Selama 3 tahun ini, mana bisa ia menikmati yang semacam itu?

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Where stories live. Discover now