28. Spilled

306 32 3
                                    

"Do you really have to ruin the suprise?"

Aku mendengus kesal. Gyuvin tiba-tiba saja memelukku dari belakang saat aku sibuk memasak dan mengusapi perutku.

"Aku abis ketemu mama tadi, sayang. No more hiding ya? Aku bahkan nggak tau kenapa kamu ngerasa ini hal yang harus dirahasiain," ujarnya, lalu memberi kecupan singkat pada pipiku.

"Berarti kamu ketemu mamaku juga?"

"Yeah, I met that pretty thing too," cengirnya.

"Oh gitu? Oke, lepasin aku. Mau lanjut masak," aku melepaskan pelukannya dengan paksa.

"Hei.. kamu marah aku bilang Tante Hao cantik?"

"No.. I'm just a bit sad because I'm not. For now atleast.." cicitku.

"Kata siapa kamu nggak cantik? You're so pretty that I wish I could stare at you all day," Gyuvin lagi-lagi memelukku dan menumpukan dagunya pada bahuku.

"Gyu.. gombalan kamu udah basi. Udah deh, nggak usah nyoba hibur aku kayak gitu."

"Oke.. aku minta maaf. Aku nggak akan lagi muji-muji orang lain depan kamu. Maaf ya aku kurang peka," Gyuvin mengusapi kedua lenganku, dan aku tidak bisa menyembunyikan senyumanku.

Gyuvin menggemaskan sekali, apa ia pikir aku benar-benar marah?

"Aku harusnya inget.. kamu aja pas belum hamil udah galak. Apalagi sekarang ya?" ringisnya. Aku pun mendaratkan jitakan keras di kepalanya.

"Aku baru aja mau muji kalo kamu gemesin! Untung belum keucap dari mulut, amit-amit," geramku.

"Hah? Hamil? Siapa??" sambar Baekseung.

Ah.. aku lupa kalau itu seharusnya menjadi kejutan untuk nanti. Aku pun mengangkat sebelah tanganku dengan malu-malu. "Ohh! Jadi itu alasan lo berhenti kerja di tempat Kak Wooseok? Selamat ya Gyu, udah nggak boleh tebar pesona di sekolah berarti lo sekarang."

"I see..." aku kembali melepaskan diriku. Kali ini, aku tidak lagi berpura-pura marah.

"Lo tuh kompor aja ya? Dimananya coba yang tebar pesona? Jangan samain Gyuvin sama lo," Wonjin menoyor kepala kawannya itu hingga nyaris terjungkal. Yah.. setidaknya aku terhibur sedikit.

"Lo nggak usah mikir yang aneh-aneh. Cowok kayak dia nggak mungkin selingkuh. Dia udah terlalu bucin sama lo," timpal Baekseung.

"Tadi kata lo dia tebar pesona?" Wonjin meliriknya sinis.

"Bukan gitu! Maksud gue dia emang udah ganteng, jadinya lagi diem doang aja auranya kemana-mana. Gitu.. ah lo mah suudzon duluan."

"Baek lucu banget sih," kekeh Gyuvin.

"Tadi bilangnya nggak akan muji orang lain lagi di depan aku?" aku mencebikkan bibir bawahku.

"Baekseung 'kan temen kita?" ia menaikkan sebelah alisnya. "Lagian aku tau kok kamu nggak beneran ngambek... kamu tuh nggak bisa marah, Yujin.." Gyuvin menarikku ke dalam pelukannya dan mengecupi seluruh wajahku. "You're too pretty to be mad. Even if you're mad I can't see it cause you're too pretty. Get me?" cengirnya kemudian.

"Yujin, nasi gorengnya mau gosong tuh. Pacaran mulu.. gue berasa jomblo," cibir Wooseok.

"Panggil aja Serim lo kesini," ujarku.

"Apaan sih kok Serim?" ia terkikik. "Tapi boleh deh."

- - -

"Open it," aku menyodorkan amplop kecil berisi kartu ucapan dan foto sonogram-ku pada Gyuvin saat kami semua telah selesai dengan makan malam kami. Ia menerimanya dengan tangan gemetaran, sementara teman-teman kami menatapnya antusias.

Aku tidak menyangka Gyuvin akan langsung menangis seperti bocah saat ia membuka kartu ucapan di tangannya. Bukankah harusnya ia sama sekali tidak terkejut?

"Kok nangis? Katanya udah tau?" kekehku. Ia membuatku sedikit salah tingkah.

"This is literally your face right here. We'll have the prettiest little prince," Gyuvin menunjuk pada foto calon putra kami, sebelah tangannya mengusap air matanya sendiri dengan kasar.

"Gue cuci piring ya. Ada yang mau sekalian?" Wooseok tiba-tiba saja bangkit berdiri dan mengumpulkan piring kosong tanpa menunggu respon kami.

"Sama aku kak, ayo," Wonjin menyusulnya dan merangkulnya.

Seketika, aku merasa bersalah. Sepertinya aku mengerti mengapa ia begitu. Mungkin, seharusnya aku tidak melakukan gender reveal hari ini, saat ia di tempat kami.

"It's not your fault. I know what you're thinking," Baekseung menepuk pahaku.

Gyuvin merangkulku dan memberiku kecupan di pipi.

"Makasih sayang," bisiknya. "You okay though? Kok tiba-tiba murung gitu? Mikirin apa lagi?" ia memainkan pipiku, membuatku malu.

"I feel bad. Ke Kak Wooseok.."

"Tuh 'kan! Hiih! Dibilang nggak usah dipikirin.. bukan salah lo kok," Baekseung menoyor kepalaku dengan sedikit brutal, dan Gyuvin memberinya jitakan kecil.

"Anyway.. it's a boy?" Baekseung merebut fotoku dan menatapnya berbinar. Aku pun mengangguk cepat. "Tungguin ya. Nanti kalo udah lulus, gue lamar Donghyun. Terus kita nyusul deh biar anak lo punya temen main."

....hening.



"BENTAR."

"GIMANA????"

"APANYA?"

"SEJAK KAPAN LO SAMA DIA BRENGSEK????"


"....hehehe. Bohong deh, nembak aja belum."




.....tbc

—————

A/N : cie punya litte prince...

CIEEE BAEKKEUM OTW

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Where stories live. Discover now