13. Blooming

406 42 4
                                    

"Bye, I'll see you tomorrow. Tapi kalo belum sehat jangan masuk," Donghyun pamit pada Yejun seraya mengusak surainya, barulah ia berlari ke gerbang menyusul Baekseung serta merangkul pinggangnya. Baekseung menggandeng tangannya dan menuntunnya ke halte, dan Donghyun tampak tidak keberatan.

"Anak itu jadi baik sama kamu?" Hanbin menaikkan sebelah alisnya.

"Well.. he learned his place," Yejun mengendikkan bahunya.

"Baguslah. Dia imut, nggak cocok jadi preman."

"Lo suka?"

"Nggaklah. Masa aku sama anak kecil?"

"Hih! Lagak lo tuh kayak yang udah tua banget. Emang umur lo berapa? Seumur bapak gue?" sewot Yejun seraya menjitak kepala Hanbin.

"Heyhoo," Gunwook berseru pada Ayden dari depan gerbang sekolahnya.

"GUNWOOKIEEE!!!" Yejun pun berlari ke arahnya dan mengecup pipinya.

"How was your day? Mau jalan atau pulang sekarang?"

"Pulang aja yuk? Gue ngantuk, masih agak demam juga," Yejun menatap Gunwook dengan bibir dicebikkan.

"Mau gue gendong? Sini sini.. kasian.." Gunwook berjongkok dan menyodorkan punggungnya, yang lantas Yejun naiki. "Ayo kita jalan kaki aja, biar lo bisa tidur di punggung gue."

Sementara Hanbin yang berjalan di belakang mereka pun diam-diam mengulum senyum. Ia jadi ingat masa-masa pacarannya dulu dengan Zhanghao. Ketika Zhanghao sakit, ia akan menggendongnya di punggung hingga tiba di halte.

Ah, rupanya Gunwook lebih romantis dibanding dirinya.


- - - - -


Hanbin berakhir menemani Yujin di tempat kerjanya sembari bermain game hingga waktunya menjemput Zhanghao tiba. Ia pun nekat datang ke gedung tempat Zhanghao bekerja alih-alih menjemputnya di halte. Ia hanya penasaran apakah lelaki kesayangannya memiliki teman disana.

Zhanghao terlihat berjalan keluar dari gedung kantornya dengan beberapa orang teman perempuan, mereka berpisah di parkiran karena kawan-kawannya itu membawa kendaraan pribadi. Sedangkan Zhanghao lantas menuju halte terdekat. Namun, seorang laki-laki tampak menangkap lengan Zhanghao begitu ia akan berbalik.

"Pulang sama aku yuk, mau?" lelaki dengan seragam bisbol itu bertanya. Ia memiliki tinggi sedikit di bawah Zhanghao, namun perawakannya tegap dengan banyak otot di tubuhnya.

"Eung.. nggak usah, kita 'kan nggak terlalu kenal," Zhanghao menolak dengan sopan. Lelaki tadi pun melepaskannya dengan raut kecewa. Zhanghao membungkukkan tubuhnya dan berjalan ke halte, saat itulah Hanbin memutuskan untuk muncul dan menyampirkan jaket pada bahunya.

"Hao, kita makan malem yuk? Aku tau tempat seafood yang enak di deket sini."

"Eh kamu.. baru aja mau aku ajak makan padahal, aku abis dapet komisi. Yuk! It's on me," Zhanghao bergelayut dengan manja di lengan Hanbin.

"Laki-laki yang tadi siapa Hao?"

"Dia atlet yang beberapa hari ini wawancara eksklusif sama aku."

"Atlet? Sukses ya berarti?" Hanbin tersenyum kecut.

"Iya, dia terkenal juga," angguk Zhanghao.

"Nggak mau sama dia? Keliatannya dia tertarik sama kamu?"

"Emang kalo tertarik, terus harus aku tanggapin?" Zhanghao menatap Hanbin dengan malas.

"Aku cuma tanya 'kan. Abis keliatannya cocok juga.."

"Taksi!" Zhanghao melambaikan tangannya pada taksi yang lewat. Taksi itu berhenti, ia lalu menarik Hanbin masuk bersamanya. Mereka duduk bersebelahan di jok belakang, dan Zhanghao menyandarkan kepalanya dengan nyaman di bahu Hanbin sembari mengusap pelan dada pemuda itu.

"Ben.. aku boleh minta sesuatu sama kamu?" bisik Zhanghao.

"Apa?" sahut Hanbin lembut.

"Jangan pernah raguin aku. Aku udah milih kamu. Kenapa harus nanya kayak gitu?"

"I guess I'm just insecure. Cause I'm a kid and you're... well, you..."

Zhanghao membungkam Hanbin dengan kecupannya, jemari mereka saling bertaut. Kedua hidung bangir itu pun beradu seiring dengan Zhanghao yang memperdalam ciuman mereka.

"Ke motel aja yuk? Makannya nanti maleman," bisik Zhanghao di sela ciuman mereka.


- - - - -


Zhanghao menutupi wajahnya dengan selimut begitu Hanbin selesai membersihkan dirinya. Ia merasa malu sekaligus bersalah karena sudah dengan begitu mudah membuka hatinya untuk anak di bawah umur. Atau setidaknya, itulah yang ia pikirkan.

"Kamu mandi gih," ucap Hanbin datar. Ia sama sekali tidak merasa sungkan pada Zhanghao, rasanya seperti sebagaimana yang seharusnya. Zhanghao memang istrinya, apa yang salah?

Zhanghao masuk ke kamar mandi dan menyalakan pancuran air, sembari memeluk dirinya sendiri dan duduk di bathtub. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya, meski ia juga merasa ganjil karena cara pemuda tadi menyentuhnya benar-benar mengingatkannya pada Hanbin. Pemuda itu tau titik-titik sensitifnya, juga hal-hal seperti bagaimana Zhanghao suka sekali dipangku dan diremat pinggangnya.

"Emang dia sering mungkin ya? He knows how to spoil his partner.." cicitnya. "Dasar orang luar negeri."

Seusai mandi dan berbenah, mereka akhirnya pergi ke restoran seafood seperti rencana awal. Hanbin bersikeras untuk membayar makan malam mereka, hingga akhirnya Zhanghao mengalah. Hanbin juga mengupaskan kepiting untuk Zhanghao hingga benar-benar bersih.

"Makan yang banyak. Capek 'kan tadi di atas terus?" guyon Hanbin. Zhanghao pun mencubit lengannya dengan pipi bersemu merah.

"Anak-anak lagi pada apa ya? Udah makan belum kira-kira? Kita pulang dulu yuk, bawain makanan buat mereka, terus baru ke motel lagi," usul Zhanghao.

"Kamu tumben mikirin mereka?"

"Ada di sekitar kamu bikin aku mikir, Ben. Kalian 'kan seumuran.. kamu kelaperan terus. Mereka pasti juga."

"Haha.. ya bener, sih. Mereka masih tumbuh. Kamu mau beliin mereka apa emangnya Hao? Biar aku pesenin online aja, nanti dianter ke rumah."

"Apapun yang Yejun suka deh, kamu pasti tau 'kan? Kalo Yujin pasti bisa makan di tempat kerjanya."

"Alright, I get it."






.....tbc



—————

A/N : cielah tante ama brondong. Enaknya ketauan ga ya suatu saat?

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang