17. Our Season

374 38 3
                                    

Gyuvin's POV





Satu musim berlalu begitu saja, dan masih belum ada yang berubah di antara aku dan Yujin. Kami tetap tidak memiliki ikatan yang jelas, tapi ia tetap membiarkanku menyentuhnya seolah kami nyata. Bahkan, kami sudah memutuskan untuk tinggal bersana karena toh ibunya juga tidak peduli padanya.

Yujin selalu memberiku kecupan di pagi hari, mandi bersamaku dan bahkan meladeni nafsuku yang terkadang menggebu-gebu dan membuatnya kewalahan. Ia benar-benar memberikan seluruh dirinya padaku, dan aku merasa buruk karena belum juga melepaskan Minji.

Aku hanya tidak bisa.. aku ingin Minji yang mengakhirinya untuk kami.

Malam itu, Yujin terlihat begitu letih sepulang kerja. Ia bahkan menolak untuk membuatkan kami makan malam dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Tidak, ini tidak benar.

Aku mendengarnya menangis meski samar-samar. Aku tidak ingin bertanya, tapi aku lantas membuatkannya sup krim instan yang sangat ia sukai.

Satu jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan mata yang sembab dan hidung yang memerah. Aku merasa iba, namun ia hanya tersenyum menatapku dan memberiku kecupan singkat di pipi.

"Makasih ya udah masakin aku. I'll eat well.." ujarnya. Bahkan suaranya terdengar parau. Ia lalu duduk dan menyantap supnya tanpa berkata apapun lagi.

"Yujin.. is everything okay?" tanyaku hati-hati, setelah ia selesai dengan makan malamnya. Ia hanya menggeleng dan meninggalkan mangkuk bekasnya begitu saja. Ia membaringkan tubuh lelahnya di kasur kami dan membelakangiku.

"Yujin.." ucapku seraya menariknya mendekat dan memeluk pinggang mungilnya.

"Aku dipecat.." lirihnya. Pelan sekali, aku yakin ia sedang menahan dirinya agar tidak menangis lagi. "Aku dituduh nyuri uang kasir.. karna hari ini aku jaga sore di depan. Aku langsung dipecat. Aku dijebak sama orang yang selama ini aku anggap temenku.." ia memutar tubuhnya, menghadap padaku dan menubrukkan kepalanya ke dadaku. Bersandar disana dan kembali meloloskan tangisnya.

"Kamu tenang aja ya.. kamu nggak usah bayar sewa bulan ini. Biar aku, oke? Kamu istirahat aja.. nanti baru cari kerja lagi."

"Kenapa sih aku bisanya cuma repotin orang lain.." cicit Yujin.

"Nggak kok, nggak repot. Kamu 'kan punya aku," aku memberi bertubi-tubi kecupan pada pucuk kepala Yujin, membuatnya lantas mendongak dan menatapku malu-malu.

"Aku mungkin nggak bisa ganti uang kamu dalam waktu deket.. tapi aku boleh bayar pake badanku dulu 'kan? Biar aku nggak terlalu ngerasa bersalah?"

Yujin tiba-tiba saja meraih kancing piyamaku dan membukanya satu per satu, sembari tersenyum penuh arti.



- - - - -



Keesokan paginya, aku terbangun dengan kepala Yujin di atas dadaku. Aku pun mengusapi surai halusnya dengan sayang dan memindahkannya ke bantal dengan hati-hati. Ia masih terlihat sangat lelah.. terlebih karena ia juga memberiku bonus. Jam masih menunjukkan pukul 9, dan ini adalah hari libur.

Yah, setidaknya dengan Yujin yang dipecat, kami akhirnya bisa menikmati libur di hari yang sama.

Yujin terbangun saat aku selesai mandi, dan ia buru-buru memasak nasi goreng keju dengan mayonnaise untuk kami berdua. Bahkan, ia membentuknya menjadi bola-bola lucu dan menaburinya dengan rumput laut bubuk. Aku menunggu di meja makan dengan senyum yang tak kunjung luntur selama aku memperhatikannya dari belakang.

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Onde histórias criam vida. Descubra agora