30. He's Still In The Page

319 36 6
                                    

Hanbin menunggu Yujin di parkiran tempat kerjanya hingga kawannya itu pulang. Ia mencegat Yujin yang baru saja keluar, dengan wajah yang sudah bersih dari riasan dan wig yang sudah lepas dari kepalanya. Kini ia terlihat seperti murid SMP, setidaknya, yang baru pulang dari tempat les.

"Kamu mau booking aku? Jam kerjaku udah abis," Yujin tersenyum simpul, di kala Hanbin mencengkeram erat sebelah lengannya.

"Aku mau ajak kamu makan. Tadi kamu nggak makan malem," Hanbin berujar sedikit ketus.

"Ini jam 2 pagi. Kamu mau bikin aku gendut?" Yujin kini memicingkan matanya.

"Kamu juga jarang sarapan, jangan dikira aku lupa. Terus kamu mau makan lagi besok siang? Di kampus?" desak Hanbin.

"Iya.. karna gratis, nggak buang uang."

"Sarapan juga gratis."

"Nggak sempet, aku pagi harus ngurus Jaeyun..."

"Kamu tuh emang ya nggak sayang sama badanmu," Hanbin membawa Yujin ke dalam dekapannya, mengabaikan tatapan heran dari rekan kerjanya yang lain. Usapan lembut itu Yujin terima di punggungnya, berbanding terbalik dengan kata-katanya yang ketus.

"Kamu mau makan apa? Ayo bilang.." bisik Hanbin.

"Makan apapun asal di rumah kamu. Boleh?"

- - -

"Pelan-pelan, Yujin," Hanbin mengusapi bahu Yujin yang tengah sibuk menyeruput kuah ramyeon-nya. "Buatan aku enak ya?"

"Enak banget, kamu tambahin macem-macem," rengek Yujin seraya meletakkan mangkuk yang sudah kosong di meja. "Sering-sering masakin aku ya?"

"Kamu mau nginep, Yujin?"

"Heh! Anterin aku pulang, enak aja nginep.. anak aku gimana?" Yujin sontak bangkit berdiri dan menarik tangan Hanbin. "Ayo anterin aku!"

"Oke oke, kalo gitu aku yang nginep."

"EH???"


- - - - -


Mereka berdua mengendap masuk ke rumah Gyuvin dengan kunci cadangan yang Yujin punya. Baru saja akan naik ke atas, saat lampu ruang tamu tiba-tiba saja dinyalakan.

"Lo ngapain disini?" sebuah suara berat namun kekanak-kanakan menyapa dengan nada tidak bersahabat.

"Gyuvin? Mabuk?" Yujin buru-buru menghampiri pemuda jangkung itu dan menangkup wajahnya. "Hei.. kamu kok pulang?"

"Disuruh pulang," sahut Gyuvin singkat.

"Kenapa?"

"Penting kenapa??" Gyuvin menaikkan nada suaranya.

"Aku 'kan tanya.. kok jawabnya gitu?"

"Selain benalu.. kamu tuh juga doyan ikut campur ya? Udah kangen dipukul lagi?" Gyuvin mencekik Yujin dan menghempaskan tubuh ringkihnya ke tembok. Hanbin pun buru-buru menghampirinya dan mendorong Gyuvin menjauh.

"Kamu gila ya?" lirih Hanbin.

"Lo yang gila! Ngapain lo di rumah gue, bareng dia? Mau tidur ya sama dia, meanwhile gue susah-susah latihan biar nanti bisa hidupin dia sama anak sialannya itu?" bentak Gyuvin seraya menarik kerah kemeja Hanbin.

"Ben.. udah jangan ribut, nanti mamanya Gyuvin kebangun.." cicit Yujin.

"Biarin aja! Biar mama liat kelakuan kamu yang kayak pecun. Udah punya anak masih aja sibuk sama cowok lain.." dengus Gyuvin.

"Tapi aku bukan siapa-siapa kamu," ucap Yujin seraya bersembunyi di balik punggung Hanbin. "Kamu sendiri yang bilang aku cuma benalu."

"Emang. Kalo bukan karna Jaeyun, aku juga nggak sudi ada kamu disini. Aku jadi nggak bebas," dengus Gyuvin. "Kamu selamat malem ini karna ada Ben. Besok-besok kalo kamu bikin aku marah lagi, jangan harap kamu bakal bisa jalan," ia berjalan ke arah tangga, mengacuhkan Yujin yang kini menangis dengan punggung gemetaran.

"Gyuvin.. aku nggak pernah minta kamu tanggung jawab. Ini kamu sama tante sendiri yang mau.. aku bisa pergi dari sini sekarang juga."

"Sombong. Mentang-mentang sekarang udah kerja ya, jadinya bisa ngomong gitu? Apa sih kerja kamu? Ngelayanin om-om? Jangan dipikir aku nggak tau ya, bangga kamu kayak gitu?" Gyuvin menoleh, memberinya senyuman remeh. "Oke. Silakan kamu pergi. Kayaknya pahlawan kesiangan itu udah siap nampung kamu, sekalian jadiin kamu mainannya, mungkin. Tau aja kalo kamu masih enak."


- - - - -


"Yah... balik lagi kesini," Hanbin tersenyum kecut seraya membukakan pintu rumahnya untuk Yujin, kali yang kedua di hari itu. Yujin masuk dengan langkah gontai, sembari membawa Jaeyun di dalam gendongannya.

"Kalian tidur di kamar aku aja, buat sementara. Besok kamar tamunya aku beresin biar bisa kalian pake," Hanbin merebut dan menjinjing koper Yujin, seraya menuntunnya ke tangga.

Mereka memasuki kamar Hanbin, dengan perasaan bercampur. Keduanya sama-sama gugup, ini adalah pertama kalinya bagi Yujin.

"Kamar kamu.. rapi banget buat anak cowok," Yujin terkekeh pelan.

"Hahaha. Iya, banyak juga yang bilang gitu."

Yujin mendudukkan dirinya di kasur, kemudian membaringkan Jaeyun dengan hati-hati. Putranya yang benar-benar mewarisi wajahnya itu telah terlelap, sama sekali tidak terusik. Untuk hal yang satu itu Jaeyun menuruni ayahnya.

"Aku lupa bawa pembatas kasurnya Jaeyun," keluh Yujin kemudian. "Duh.. tadi buru-buru. Tapi dia anteng sih," ringisnya.

"Iya, anteng. Sama kayak kamu. Now get some sleep, I'll see you in the morning. Jangan pikirin apa-apa lagi.." Hanbin menepuk pucuk kepala Yujin dan mengusak surainya dengan gemas.

"Kalo kita ke kampus yang ngurus Jaeyun siapa?" Yujin mengerjap pelan.

"Ada papa."

"Apa Om Serim nggak kaget liat kamu tiba-tiba bawa aku?"

"You can worry about it later. Now, sleep well."






.....tbc

—————


A/N : halo. Gyuvin masi ada ya guys :) ga kemana-mana dia. Cuma lagi retak aja ~

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Where stories live. Discover now